• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

A. Kesimpulan

Pada bab ini peneliti akan memaparkan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan dalam penelitian ini disusun berdasarkan pertanyaan penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Secara keseluruhan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tahap Penyelenggaraan Pelatihan Pupuk Kompos

Pada tahap penyelenggaraan pelatihan pembuatan pupuk kompos, terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tahap perencanaan dirancang sesuai dengan tahapan yang terdiri dari identifikasi kebutuhan, perumusan tujuan, perancangan kurikulum: fasilitator, peserta pelatihan, materi, metode, biaya, sarana prasarana, proses pelatihan dan tahapan evaluasi. Pada aspek perencanaan, tahap analisis kebutuhan bahwa pelaksanaan pelatihan dilihat bukan hanya dari aspek kebutuhan peserta saja, tetapi dilihat dari aspek pemberdayaan, aspek lingkungan dan aspek ekonomi. Pada komponen fasilitator, bahwa fasilitator benar-benar memiliki kualifikasi dan kemampuan dalam menyampaikan materi pengolahan pupuk. Hasil observasi dan pengamatan peneliti, untuk tempat pelaksanaan, sudah dapat menunjang pelatihan ini, dimana PKBM memiliki gedung belajar dan sarana lapangan untuk pengolahan pupuk. Begitu pula dengan sarana dan prasarana. Walaupun masih banyak keterbatasan, akan tetapi mampu dimaksimalkan. Selanjutnya pada komponen, metode, tutor menggunakan metode bimbingan langsung, dimana proses pelatihan terdiri dari pemberian materi dengan cara ceramah, kemudian dilanjutkan dengan praktek langsung. Untuk materi dalam pelatihan ini, terdapat dua materi pokok yakni konsep pengolahan daur ulang sampah organik dengan pengomposan dan materi kedua yaitu teknis umum pembuatan kompos. Selain pada tahapan perencanaan, pelaksanaan pelatihan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rangkaian pelatihan. Pada awal

99

Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan Kemandirian Lulusan Paket C Di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pelaksanaan, tutor melakukan persiapan baik materi maupun media untuk menunjang dalam pelatihan. Kontrak belajar pun dilakukan untuk menentuan waktu pelaksanaan dan Pada akhir pelatihan, evaluasi dilakukan baik menggunakan tes, maupun evaluasi bersama, antara tutor, penyelenggara dengan peserta. Ini dilakukan untuk menerima masukan dari berbagai pihak.

2. Implementasi Hasil

Untuk melihat penerapan hasil pengalaman belajar melalui pelatihan, dilihat dari tingkatan pengetahuan, didapat bahwa peserta menguasai materi yang disampaikan pada saat pelatihan. Materi tersebut diterapkan dalam proses pengolahan, mulai dari persiapan alat, persiapan alat dan bahan, proses pengolahan pupuk, menganalisis faktor penghambat dalam menjalankan produksi, menjelaskan jenis pupuk yang dapat diproduksi, dan yang terakhir mengevaluasi aspek apa saja yang harus ditingkatkan dalam pengolahan pupuk. Setelah melihat penerapan pengalaman belajar, selanjutnya untuk mengetahui proses implementasi tersebut, peneliti melakukan pendekatan komponen program pendidikan luar sekolah. Didapat kesimpulan bahwa tindak lanjut yang dilakukan oleh PKBM yaitu pembentukan Kelompok Wirausaha Desa (KWD) Bina Mandiri. Kelompok usaha ini diarahkan untuk memberi kemudahan serta membentuk sikap mandiri lulusan berupa mempraktekkan hasil pelatihan yang mereka dapat. Untuk pelaksananya sendiri, selain penyelenggara dan peserta, yang berperan besar dalam proses pengolahan yaitu dari dinas Pendidikan UPT Nonformal, dimana UPT mensuport PKBM sebagai penyelenggara program. Secara garis besar, komponen lingkungan yaitu respon masyarakat, hampir seluruhnya mendukung kegiatan untuk pengolahan yang dilakukan oleh PKBM. Aspek yang terakhir, yaitu hasil produksi, pupuk tersebut dijual dan dipasarkan oleh lulusan sendiri, dan juga PKBM. Sikap mandiri sudah mulai dirahkan oleh pengelola PKBM, mulai dari melibatkan lulusan dalam kepengurusan dan juga memberikan tanggung jawab kepada lulusan untuk mengolah pupuk secara mandiri tanpa bantuan dan pengarahan tutor.

100

Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan Kemandirian Lulusan Paket C Di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Kemandirian Lulusan

Kemandirian merupakan salah satu ciri kedewasaan individu. Individu yang mandiri ditandai oleh adanya kemauan dan kemampuan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup minimalnya secara wajar. Bentuk kemandirian lulusan melalui pelatihan adalah:

a. Kedisiplinan

Menurut lulusan, pelatihan ini menuntut lulusan untuk mau berusaha dalam memproduksi, sehingga lulusan selalu bersungguh-sungguh dalam menjalankan produksi. Aspek kedisiplinan terlihat ketika lulusan diberi tanggung jawab untuk mengolah pupuk yang dilakukan setiap 3 hari sekali. Ditandai dengan selalu siap sedianya lulusan apabila ada proses pengolahan.

b. Etos Kerja dan Kemauan Berusaha

Bahwa lulusan sebelum pelatihan, mereka ada yang menganggur dan kebingungan mencari pekerjaan, tetapi setelah mengikuti pengolahan sampah ini, mereka mempunyai keahlian dan mau berusaha, salah satunya mengikuti kegiatan pengolahan pupuk di KWD Bina Mandiri rintisan PKBM

c. Tanggung Jawab

bentuk tanggung jawab lulusan, yaitu dengan mengikuti rangkaian kegiatan dari awal hingga akhir dengan menjual hasil produksi pupuk tersebut. Selain itu, bentuk tanggung jawab lulusan yaitu dengan menjadi pengurus KWD Bina Mandiri tersebut.

d. Pemenuhan Kebutuhan Minimal

Walau tidak banyak hasil yang didapat, lulusan pada saat ini memiliki keterampilan yang bisa dimanfaatkan dimana saja. Hasil pelatihan ini membuka kesempatan berwirausaha yang dapat dijadikan sumber mata pencaharian sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup.

101

Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

Implementasi Hasil Pelatihan Pupuk Kompos Berbasis Life Skills Dalam Meningkatkan Kemandirian Lulusan Paket C Di PKBM Hidayatul Mualimin Kota Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu e. Bentuk Konkrit Kemandirian (Sosial, Intelektual dan Ekonomi)

Untuk bentuk konkrit kemandirian lulusan, dari segi interaksi sosial, intelektual maupun ekonomi, berubahan terjadi dalam bentuk penambahan pengetahuan, dimana menjadikan produksi pupuk sebagai penghasilan tambahan, juga adanya interaksi sosial berupa kegiatan sharing, yang mana dapat membuka jejaring dan peluang usaha.

Dokumen terkait