• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Persepsi guru mata pelajaran Matematika dan IPA jenjang SMP di Kota Pangkal Pinang tentang praktik kepemimpinan sekolah dalam mengembangkan organisasi pembelajar diukur melalui pemahaman mereka tentang arti penting praktik kepala sekolah dan wakilnya dalam melibatkan guru dan peserta didik dalam pembuatan keputusan sekolah, mengembangkan dukungan bagi kejelasan visi, menyokong pengembangan profesional, dan menyokong jaringan kerja guru. Rata-rata skor untuk persepsi guru tentang praktik kepemimpinan sekolah dalam mengembangkan organisasi pembelajar berkriteria baik. Nilai ini mengindikasikan kesiapan mereka untuk dipimpin dan mengetahui tujuan tindakan yang dilakukan oleh pemimpin mereka. Mereka juga telah memahami peran dan tanggung jawab mereka sebagai warga sekolah yang belajar.

2. Persepsi guru mata pelajaran Matematika dan IPA jenjang SMP di Kota Pangkal Pinang tentang praktik manajemen sekolah dalam mengembangkan organisasi pembelajar diukur melalui pemahaman mereka tentang arti penting praktik kepala sekolah dan wakilnya dalam melibatkan guru dan peserta didik dalam pembuatan keputusan sekolah, mengembangkan dukungan bagi

pengetahuan guru, dan menyokong jaringan kerja guru. Rata-rata skor untuk persepsi guru tentang praktik manajemen sekolah dalam mengembangkan organisasi pembelajar berkriteria sangat baik. Nilai ini mengindikasikan kesiapan mereka untuk dikelola dan mengetahui tujuan tindakan yang dilakukan oleh manajer mereka. Mereka juga telah memahami peran dan tanggung jawab mereka sebagai warga sekolah yang belajar.

3. Optimisme akademik guru mata pelajaran Matematika dan IPA jenjang SMP di Kota Pangkal Pinang diukur melalui tingkat psikologi guru yang mendorong untuk melakukan sesuatu, yakni pada dimensi-dimensi: (1) kognitif yang terdiri atas efficacy guru dan efficacy kolektif guru, (2) afektif yang terdiri atas kepercayaan relational antar guru dan guru dengan pimpinannya, dan (3) psikomotorik, yaitu perilaku kewargaorganisasian. Skor rata-rata optimisme akademik guru berkriteria baik. Nilai ini mengindikasikan adanya beberapa sub-dimensi yang harus mendapat perhatian lebih, yaitu: efficacy kolektif guru dan kebersediaan mengemukakan pendapat. Optimisme akademik guru perempuan lebih tinggi dari optimisme guru laki-laki. Guru mata pelajaran IPA lebih vokal dari guru mata pelajaran Matematika. Tidak ada perbedaan efficacy guru bersertifikat dan yang belum bersertifikat.

4. Hubungan antara persepsi guru tentang praktik kepemimpinan sekolah dalam mengembangkan organisasi pembelajar dengan optimisme akademik guru adalah positif dan kuat dimana variansi optimisme akademik guru yang dapat dijelaskan oleh modelnya (yakni model II) ketika persepsi guru tentang

dikeluarkan dari model dan faktor konteks berpengaruh adalah sebesar 28,6%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara persepsi guru tentang praktik kepemimpinan sekolah dalam mengembangkan organisasi pembelajar dengan optimisme akademik guru mata pelajaran Matematika dan IPA jenjang SMP di Kota Pangkal Pinang adalah kuat. 5. Hubungan antara persepsi guru tentang praktik manajemen sekolah dalam

mengembangkan organisasi pembelajar dengan optimisme akademik guru adalah positif dan kuat dimana variansi optimisme akademik guru yang dapat dijelaskan oleh modelnya (yakni model III) ketika persepsi guru tentang praktik kepemimpinan sekolah dalam mengembangkan organisasi pembelajar dikeluarkan dari model dan faktor konteks berpengaruh adalah sebesar 25,9%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara persepsi guru tentang praktik kepemimpinan sekolah dalam mengembangkan organisasi pembelajar dengan optimisme akademik guru mata pelajaran Matematika dan IPA jenjang SMP di Kota Pangkal Pinang adalah kuat. 6. Hubungan antara persepsi guru tentang praktik kepemimpinan dan

manajemen sekolah dalam mengembangkan organisasi pembelajar secara bersama-sama dengan optimisme akademik guru adalah positif dan kuat dimana variansi optimisme akademik guru yang dapat dijelaskan oleh modelnya (yakni model I) ketika faktor konteks berpengaruh adalah sebesar 27,7%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara persepsi guru tentang praktik kepemimpinan dan manajemen sekolah dalam

mata pelajaran Matematika dan IPA jenjang SMP di Kota Pangkal Pinang adalah kuat.

7. Hubungan antara faktor konteks dengan optimisme akademik guru dalam setiap model yang diberikan bernilai positif dan negatif. Pada model I dimana persepsi guru tentang praktik kepemimpinan dan manajemen sekolah dalam mengembangkan organisasi pembelajar digabungkan, jumlah guru berhubungan positif dan kuat dengan optimisme akademik guru, sedangkan jumlah tenaga dan umur sekolah berhubungan negatif dan sedang dengan optimisme akademik guru. Hubungan antara jumlah guru dan umur sekolah dengan optimisme akademik guru mata pelajaran Matematika dan IPA jenjang SMP di Kota Pangkal Pinang adalah kuat, sedangkan hubungan antara jumlah tenaga dengan optimisme akademik guru mata pelajaran Matematika dan IPA jenjang SMP di Kota Pangkal Pinang adalah sedang. B. Implikasi

1. Penelitian ini menggunakan perasaan atau konsepsi guru tentang bagaimana mereka ingin dipimpin dan dikelola menjadi organisasi pembelajar. Perlu adanya suatu penelitian yang mengevaluasi praktik kepemimpinan dan manajemen sekolah yang terjadi sesungguhnya dilapangan.

2. Pemahaman guru mata pelajaran Matematika dan IPA jenjang SMP di Kota Pangkal Pinang mengenai pelibatan guru dan peserta didik dalam pembuatan keputusan sekolah tidaklah buruk namun masih perlu diperbaiki.

4. Guru muda dan berusia muda memiliki potensi yang lebih baik untuk dipimpin. Administrator, LPMP, Universitas, dan pemangku kepentingan lainnya harus tanggap untuk membina mereka.

5. Guru madya dan guru senior dapat membantu kepala sekolah untuk mengelola sekolah menjadi organisasi pembelajar yang efektif karena pemahaman meraka yang baik untuk itu.

6. Kesadaran para guru mata pelajaran Matematika dan IPA jenjang SMP di Kota Pangkal Pinang untuk dipimpin dan dikelola untuk mewujudkan sekolah pembelajar sudah sangat baik. Hal itu berarti adanya suatu keinginan yang besar untuk membangun sekolah, mengembangkan diri secara berkelanjutan, dan bekerja secara profesional. Itu merupakan modal utama bagi agen-agen perubahan untuk mulai mengubah sekolah menjadi organisasi pembelajar yang efektif.

7. Perlu adanya upaya ekstra untuk meningkatkan efficacy guru bersertifikat melalui berbagai bentuk instrumen evaluasi diri termasuk secara khusus per mata pelajaran. Kepala sekolah dapat memainkan perannya disini. Instrumen evaluasi diri yang tepat akan mempermudah guru mengembangkan pengetahuannya daripada hanya mengadaptasikan pengetahuan. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan mereka dan menjadi berbeda dari guru tidak bersertifikat. Evaluasi diri yang belandaskan teori sosial kognitif Bandura sendiri dapat digunakan karena telah banyak digunakan dan berhasil di berbagai negara seperti Inggris, Amerika, dan Australia.

lebih vokal menyuarakan pendapat mereka. Budaya konvensional yang menghambat mereka untuk angkat suara tidak mengembangkan kesetaraan gender.

9. Tenaga kependidikan diharapkan dapat memiliki pendidikan yang lebih tinggi dan jumlah yang sedikit sehingga mempermudah terjadi komunikasi dan pemahaman warga sekolah dan pada akhirnya memperbaiki iklim sekolah. 10. Pekerjaan sebagai guru mata pelajaran Matematika dan IPA sepertinya lebih

cocok bagi perempuan. Namun perlu adanya pengukuran secara spesifik per mata pelajaran untuk melihat perbedaan efficacy guru berdasarkan gender. 11. Guru mata pelajaran Matematika harus didorong lebih berani untuk

mengungkapkan pendapat mereka di dalam dan di luar kelas. Kecenderungan tidak bersuara membuat mereka dan siswa mereka sulit untuk mengkomunikasikan dengan baik ide-ide yang ada dalam benak mereka. 12. Kepala sekolah perlu untuk diberikan pengetahuan yang komprehensif

mengenai kepemimpinan dan manajemen dalam mengembangkan organisasi pembelajar dengan baik sehingga dapat mengeksekusinya dengan sempurna.

Argyris, C. dan Schön, D. (1996). Organisational learning II: Theory, Method, and Practice. New York: Addison-Wesley.

Argyris, C. dan Schön, D. (1978). Organisational Learning: A Theory of Action Perspective. Reading, MA: Addison-Wesley.

Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Attewell, P. (1992). Technology Diffusion and Organizational Learning: The Case of Business Computing. Dalam Organization Science. Vol 3. 9 halaman. Baier, A. C. (1986). Trust and Antitrust. Dalam Ethics. Vol 96. 30 halaman. Bandura, A. (2004) Cultivate Self-Efficacy for Personal and Organizational

Effectiveness. Dalam Locke, E. A. Blackwell Handbook of Principle of Organizational Behavior. USA: Blackwell Publishing Press.

Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H. Freeman.

Bandura, A. (1995). Exercise of Personal and Collective Efficacy in Changing Societies. Self-efficacy in Changing Societies, Cambridge University Press, New York, NY.

Bandura, A. (1993), Perceived Self-efficacy in Cognitive Development and Functioning. Dalam Educational Psychologist, Vol 28(2), 32 halaman.

Bateman, J. dan Organ, D. (1983), Job Satisfaction and The Good Soldier: The Relationship between Affect and Employee Citizenship, Academy of Management Journal, Vol 26 (4), 9 halaman.

Schools. Dalam School Effectiveness and School Improvement. Vol 13(2). 24 halaman.

Bogler, R. dan Somech, A. (2005). Organizational Citizenship Behavior in School: How does It Relate to Participation in Decision Making?. Dalam Journal of Educational Administration. Vol 43(5), 19 halaman.

Brockett, J.J., dan Le Tarte, C.E. (1993). Systems Thinking. In D.L. Hubbard (Ed.), Continuous Quality Improvement: Making the Transition to Education (pp. 305±317). Maryville, MO: Prescott.

Brown, J.S. dan Duguid, P. (1991). Organizational Learning and Communities of Practice: Towards a Unified View of Working, Learning and Innovation. Dalam Organizational Science. Vol 2. 17 halaman.

Bryk, A. S. dan Schneider, B. (2003). Trust in Schools: A Core Resource for School Reform. Dalam Educational Leadership. Vol 60(6). 5 halaman.

Bryk, A.S. dan Schneider, B. (2002). Trust in Schools: A Core Resource for Improvement. New York, NY: Russell Sage Foundation.

Bryk, A.S. dan Schneider, B. (1996). Social Trust: A Moral Resources for School Improvement. Washington, DC: U.S. Department of Education.

Coleman, J. S. (1990). Foundations of Social Theory. Cambridge, MA: Belknap Press of Harvard University Press.

Coleman, J. S. (1988). Social Capital in The Creation of Human Capital. Dalam American Journal of Sociology. Vol 94(1), 25 halaman.

Coleman, J.S. et al. (1966). Equality of Educational Opportunity. Washington, DC: U.S. Government Printing Office.

Leadership and School Reform. Dalam K. Leithwood, J. Chapman, D. Carson, P. Hallinger, dan A. Hart (Eds.), International Handbook of Educational Leadership and Administration (pp. 589–652). Dordrecht, The Netherlands: Kluwer Academic Publishers.

Creemers, B.P.M. dan Reezigt, G.J. (2005). Linking School Effectiveness and School Improvement: The Background and Outline of the Project. Dalam School Effectiveness and School Improvement, Vol 16(4), 13 halaman.

Cummings, L. L. dan Bromily, P. (1996). The Organizational Trust Inventory (OTI): Development and Validation. Dalam Kramer, R. dan Tyler, T. (Eds.), Trust in Organizations (pp. 302-330). Thousand Oaks, CA: Sage.

Cuttance, P. (1995). Building High Performance School Systems. Keynote Address to the Eighth International Congress for School Effectiveness and Improvement. Netherlands: Leeuwarden.

Cuttance, P. (1994). Building the Future: Next Steps in The Development of Quality Assurance in The NSW School System. Sydney: Department of School Education.

Dixon, N. (1994). The Organisational Learning Cycle: How We Can Learn Collectively. New York: McGraw-Hill.

Detert, J. R. , Louis, K. S., dan Schroeder, R. G.(2001). A Culture Framework for Education: Defining Quality Values and Their Impact in U.S. High Schools. Dalam School Effectiveness and School Improvement. Vol 12(2). 30 halaman. Deutsch, M. (1960). The Effect of Motivational Orientation upon Trust and

Suspicion. Dalam Human Relations. Vol 13. 14 halaman.

DiPaola, M. and Hoy, W.K. (2005). School Characteristics that Foster Organizational Citizenship Behavior. Dalam Journal of School Leadership. Vol 15(4). 20 halaman.

Budaya Organisasi terhadap Kemampuan Profesional Tenaga Pendidik pada SMK di Kabupaten Bangka. Tesis Master Pendidikan pada UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Furqon. (2008). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Greenwood, M.S. dan Gaunt, H.J. (1994). Total Quality Management for School. London: Cassell.

Gist, M.E. dan Mitchell, T.R. (1992). Self-efficacy: A Theoretical Analysis of Its Determinants and Malleability. Academy of Management Review, 17(2). 29 halaman.

Goddard, R.D., Hoy, W.K. dan Woolfolk Hoy, A. (2000). Collective Teacher Efficacy: Its Meaning, Measure, and Impact on Student Achievement. Dalam American Educational Research Journal. Vol 37(2). 12 halaman.

Goddard, R.D. (2002). A Theoretical and Empirical Analysis of the Measurement of Collective Efficacy: The Development of a Short Form. Dalam Educational Educational and Psychological Measurement. Vol 62(1). 14 halaman.

Hallinger, P. dan Heck, R. (1997). Exploring the Principal’s Contribution to School Effectiveness. Dalam School Effectiveness and School Improvement. Vol 8(4). 35 halaman.

Hart, C. dan Shoolbred, M. (1993). What's in It for Me? Organisational Culture, Rewards and Quality. Dalam Shaw, M. dan Roper, E. (Eds.). Aspects of Education and Training Technology. Vol XXVI: Quality in Education and Training (halaman 17±28). London: Kogan Page.

Hargreaves, D.H. (1999). The Knowledge-Creating School. Dalam British Journal of Educational Studies. Vol 47. 12 halaman.

Hipp, K.A. (1996). Teacher Efficacy: Influence of Principal Leadership Behaviour. Makalah pada American Educational Research Association. New York.

Evaluation and Student Achievement. Dalam School Effectiveness and School Improvement, Vol 20(1), 22 halaman.

Hosmer, L. T. (1995). Trust: The Connecting Link between Organizational Theory and Philosophical Ethics. Dalam Academy of Management Review. Vol 20. 35 halaman.

Hoy, C., Bayne-Jardine, C., dan Wood, M. (2000). Improving Quality in Education. London: Falmer Press.

Hoy, W. K. dan Tarter, C. J. (1995). Administrators Solving The Problems of Practice: Decision-making Concepts, Cases, and Consequences. Boston: Allyn & Bacon.

Hoy, W. K. dan Tschannen-Moran, M. (1999). Five Faces of Trust: An Empirical Confirmation in Urban Elementary Schools. Dalam Journal of School Leadership. Vol 9. 24 halaman.

Hoy, W.K., Tarter, C.J., dan Woolfolk Hoy, A.W. (2006). Academic Optimism of Schools: A force for Student Achievement. Dalam American Educational Research Journal, Vol. 43(3), 22 halaman.

Huber, G.P. (1991). Organizational Learning: The Contributing Processes and Literatures. Dalam Organization Science. Vol 2(1). 36 halaman.

Juran, J.M. (1999). Juran’s Quality Handbook (fifth ed.). USA: McGraw-Hill Companies,Inc.

Kaplan, R.M. dan Saccuzzo, D.P. (1993). Psychological Testing: Principles, Applications and Issues. USA, California: Brooks/Cole.

Karambayya, R. (1990). Contexts for Organizational Citizenship Behavior: Do High Performing and Satisfying Unitshave Better 'Citizens'. York University working paper.

Considerations in The Study of Trust and Suspicion. Dalam Journal of Conflict Resolution. Vol 14. 9 halaman.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2010b). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 tentang Program Induksi bagi Guru Pemula. Indonesia: Kemdiknas.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2010a). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014. Indonesia: Kemdiknas. Tersedia:

http://planipolis.iiep.unesco.org/upload/Indonesia/Indonesia%20UNDAF.pdf.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta: Kemdiknas.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2007c). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 50 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Daerah. Jakarta: Kemdiknas.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2007b). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemdiknas.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2007a). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tentang Standar Kepala Sekolah. Jakarta: Kemdiknas.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2002). Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 44 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Jakarta: Kemdiknas.

Kotter, J.P. (1996). Leading Change. New York: Harvard Business School Press. Kotter, J.P. (1990a). What Leaders Really Do: Good Management Controls

Complexity; Effective Leadership Produce Useful Change. Dalam Harvard Business Review, Vol 90(3), 10 halaman.

Management. New York: The Free Press.

Kramer, R. M., Brewer, M. B., & Hanna, B. A. (1996). Collective Trust and Collective Action: The Decision to Trust as a Social Decision. In R. Kramer & T. Tyler (Eds.). Trust in Organizations (pp. 357-389). Thousand Oaks, CA: Sage.

LePine, J.A. dan Van Dyne, L. (1998). Predicting Voice Behavior in Work Groups. Dalam Journal of Applied Psychology. Vol 83. 16 halaman.

Lambert, L. (2000). Building Leadership Capacity in Schools. Australia: Australian Principals Centre.

Leithwood, K., Jantzi, D. dan Steinbach, R. (1999), Changing Leadership for Changing Times. Open University Press, London.

Louis, K.S. (1994). Beyond ‘Managed Change’: Rethinking how school improve. Dalam School Effectiveness and School Improvement, Vol 5(1), 23 halaman. March, J.G. (1996). Exploration and Exploitation in Organizational Learning.

Dalam Cohen, M.D. dan Sproull, L.S. (Eds.). Organizational learning (pp. 101–123). Thousand Oaks, CA: Sage.

Mascall, B., Leithwood, K., Straus, T., dan Sacks R. (2008). The Relationship between Distributed Leadership and Teachers’ Academic Optimism. Dalam Journal of Educational Administration. Vol 46(2), 15 halaman.

MacGilchrist, B., Myers, K., dan Reed, J. (2004). The Intelligent School. London: Sage.

Mishra, A. K. (1996). Organizational Responses to Crisis: The Centrality of Trust. In R. Kramer & T. Tyler (Eds.). Trust in Organizations (pp. 261-287). Thousand Oaks, CA: Sage.

Student Learning in Schools. Dalam School Leadership & Management. Vol 25(4). 10 halaman.

Mulford, W., Halia, S., dan Leithwood, K. (2004). Educational Leadership for Organizational Learning and Improved Student Outcomes. USA: Kluwer Academic Press.

Nasir, M. (1998). Metode Penelitian (Cetakan III). Jakarta: Ghalia Indonesia. OECD. (2010). PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do – Student

Performance in Reading, Mathematics and Science(Volume I). Canada: OECD Publishing.

OECD. (2007). PISA 2006: Science Competencies for Tomorrow’s World.

Canada: OECD Publishing. Tersedia:

http://dx.doi.org/10.1787/141844475532.

OECD. (2002). Financing Education – Investments and Returns: Analysis of the World Education Indicators. Canada: UIS.

Organ. D. W. (1990). The Motivational Basis of Organizational Citizenship Behavior. Dalam B. M. Staw dan L. L. Cummings (Eds.), Research in Organizational Behavior. Vol 12, 30 halaman.

Organ. D. W. (1988). Organizational Citizenship Behavior: The Good Soldier Syndrome. Lexington, MA: Lexington Books.

Pallant, J. (2007). SPSS Survival Manual: A Step by Step Guide to Data Analysis using SPSS for Windows (3th Ed.). England: Open University Press

Pedder, D. dan MacBeath, J. (2008). Organisational Learning Approaches to School Leadership and Management: Teachers’ Values and Perceptions of Practice. Dalam School Effectiveness and School Improvement, Vol 19(2), 18 halaman.

Indonesia Nomor 66 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. (2008). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tentang Guru. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. (2000). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tentang Program Pembangunan Nasional tahun 2000 – 2004. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Perkins, D. (2003). King Arthur’s Round Table: How Collaborative Conversations Create Smart Organizations. Hoboken, NJ: John Wiley.

Podsakoff, P.M., MacKenzie, S.B, Paine, J.B, dan Bachrach, D.G. (2000). Organizational Citizenship Behavior: A Critical Review of the Theoretical and Empirical Literature and Suggestions for Future Research. Dalam Journal of Management. Vol 26(3), 53 halaman.

Podsakoff, P.M., Ahearne, M., dan MacKenzie, S.B. (1997). Organizational Citizenship Behavior and the Quantity and Quality of Work Group Performance. Dalam Journal of Applied Psychology. Vol 82(2), 13 halaman. Podsakoff, P., MacKenzie, S., Moorman, R., dan Fetter, R. (1990).

Transformational Leader Behaviors and Their Effects on Followers’ Trust in Leader Satisfaction and Organizational Citizenship Behaviors. Dalam Leadership Quarterly. Vol 1(2), 36 halaman.

Pollitt, C. (1990). Doing business in the temple? Managers and Quality Assurance in The Public Services. Dalam Public Administration. Vol 68. 18 halaman.

terhadap Mutu Informasi: Studi Implementasi ISO 9001:2000 di LPMP Babel. Tesis Master Pendidikan UPI Bandung: tidak dipublikasikan.

Rawlings, J.O., Pantula, S.G., dan Dickey, D.A. (1998). Applied Regression Analysis: A Research Tool. USA: Springer.

Riduwan dan Akdon. (2007). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika. Bandung: Alfabeta.

Rousseau, D., Sitkin, S. B., Burt, R., dan Camerer, C. (1998). Not so Different after All: A Cross-Discipline View of Trust. Dalam Academy of Management Review. Vol 23. 12 halaman.

Ross, J.A. dan Gray, P. (2006). Transformational Leadership and Teacher Commitment to Organizational Values: The Mediating Effects of Collective Teacher Efficacy. Dalam School Effectiveness and School Improvement. Vol 17(2), 21 halaman.

Ross, J.A., Hogaboam-Gray, A. dan Gray, P. (2004). Prior Student Achievement, Collaborative School Processes and Collective Teacher Efficacy. Dalam Leadership and Policy in Schools. Vol 3(3). 26 halaman.

Rotter, J. B. (1967). A New Scale for the Measurement of Interpersonal Trust. Dalam Journal of Personality. Vol 35. 15 halaman.

Senge, P.M. (2006). TheFifth Discipline. New York: Doubleday.

Senge, P.M., Cambron-McCabe, N., Lucas, T., Smith, B., Dutton, J., dan Kleiner, A. (2001). The School That Learn. New York: Doubleday.

Shoraku, Ai. (2008). Educational Movement Toward School-Based Management in East Asia: Cambodia, Indonesia and Thailand. Paris: UNESCO.

Teacher Leadership and Student Outcomes. Dalam School Effectiveness and School Improvement. Vol 15(4). 24 halaman.

Smith, C.A., Organ, D.W. dan Near, J.P. (1983). Organizational Citizenship Behavior: Its Nature and Antecedents. Dalam Journal of Applied Psychology. Vol 68(44). 10 halaman.

Spillane, James P. (2006). Distributed Leadership. San Francisco: John Wiley and Sons.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R and D. Bandung: Alfabeta.

Sun, H., Creemers, B.P.M. dan de Jong, R. (2007). Contextual Factors and Effective School Improvement. Dalam School Effectiveness and School Improvement, Vol 18(1). 30 halaman.

Sweetland, S., & Hoy, W. K. (2001). Varnishing the Truth: Principals and Teachers Spinning Reality. Dalam Journal of Educational Administration. Vol 39(3). 12 halaman.

Tschannen-Moran, M. dan Hoy, W.K. (2000). A Multidisiplinary Analysis of the Nature, Meaning, and Measurement of Trust. Dalam Review of Educational Research. Vol 70(4). 47 halaman.

Tabachnick, B.G. dan Fidel, L.S. (2007). Using Multivariate Statistics (Fifth Edition).USA: Pearson Education Inc.

UPI. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia 2010. Bandung: UPI.

Van Dyne, L.. Cummings, L. L., dan Parks. J. M. 1995. Extra-role Behaviors: In Pursuit of Construct and Definitional Clarity (A Bridge over Muddied Waters). Dalam L. L. Cummings dan B. M. Staw (Ed.s.), Research in Organizational Behavior (Vol. 17): 215-285. Greenwich, CT: JAI Press.

Evidence of Construct and Predictive Validity. Academy of Management Journal. Vol 41. 11 halaman.

Virany, B., Tushman, M., dan Romanelli, E. (1992). Executive Succession and Organisation Outcomes in Turbulent Environments: An Organisation Learning Approach. Dalam Organisation Science. Vol 3. 20 halaman.

Wahlstrom, K. dan Louis, K. (2008). How Teachers Experience Principal Leadership: The Roles of Professional Community, Trust, Efficacy and Shared Responsibility. Dalam Educational Administration Quarterly. Vol 44(4). 38 halaman.

Wills, F. dan Peterson, K. (1992). External Pressures for Reform and Strategy Formation at The District Level: Superintendents’ Interpretations of State Demands. Dalam Educational Evaluation and Policy Analysis. Volume 14(3). 20 halaman.

Dokumen terkait