• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan pada bab IV, maka disimpulkan bahwa:

1. Perilaku supervisi akademis (PSA, X1) dari pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru senior Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Jambi secara umum berdasarkan skor ideal baru mencapai kategori ‘baik’ (80,91%). Kajian per item memperlihatkan bahwa item-item yang paling kurang dikuasai dan dilaksanakan adalah yang berhubungan dengan pembimbingan penyusunan silabus, pembimbingan pemilihan dan penggunaan strategi/metode/teknik pembelajaran, dan pembimbingan pelaksanaan pembelajaran baik di kelas, labor atau di lapangan. Terlihat juga bahwa dari beberapa aspek mereka masih merasa kurang dan belum banyak melaksanakan seperti membantu guru dalam analisis soal, pemanfaatan TIK/media dan sumber belajar yang variatif. 2. Terdapat korelasi dan pengaruh yang positif dan cukup signifikan dari

perilaku supervisi akademis (PSA, X1) dari pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru senior terhadap kinerja guru (KG, X2) sebagai bagian mutu proses pembelajaran yakni r: 0,363, dengan sig 0,003 dan juga terhadap efektivitas sekolah melalui pencapaian standar kompetensi lulusan-satuan pendidikan (SKL, Y) yaitu r: 0,494, dengan sig 0,000.

149

3. Kinerja guru (KG, X2) sekolah menengah atas negeri di Kota Jambi secara umum mencapai kategori baik (82,58%). Dari analisis per aspek, perencanaan dan evaluasi lebih sedikit rendah dari pelaksanaan, sehingga mungkin pelaksanaan baru dilaksanakan apa adanya kurang berdasarkan perencanaan yang juga seyogyanya berdasarkan hasil evaluasi sebagai sebuah feed back. Item yang mempunyai skor paling rendah adalah tentang penentuan peraga pembelajaran, penentuan sumber belajar, penggunaan sumber belajar yang variatif, pendayagunaan teknologi informasi, membangun pengalaman belajar peserta didik, data penilaian hasil belajar peserta didik, dan analisis soal. Jadi dapat disimpulkan bahwa guru masih ada kelemahan atau kekurangan di semua aspek baik perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi pembelajaran.

4. Namun kinerja guru (KG, X2) tersebut ternyata punya korelasi yang sangat rendah sehingga dianggap tidak ada terhadap pencapaian standar kompetensi lulusan – satuan pendidikan (SKL, Y) sehingga perlu kajian lebih lanjut. Uji otokorelasi membuktikan bahwa adanya otokorelasi yang ikut mempengaruhi sehingga menganggu hasil korelasinya.

5. Pencapaian standar kompetensi lulusan – satuan pendidikan (SKL, Y) sekolah menengah atas negeri Kota Jambi baru mencapai kategori ‘cukup baik’ (76,58%). Dari empat aspek yakni peningkatan kecerdasan dan pengetahuan, kepribadian dan akhlak, keterampilan hidup, dan kesempatan melanjutkan pendidikan, hanya satu yakni peningkatan kepribadian dan akhlak yang mencapai lebih sedikit dari dari empat, sementara yang lain masih dibawah

150

empat. Beberapa hal yang masih sangat perlu perhatian adalah masih banyaknya perkelahian antar kelompok, penguasaan siswa terhadap beragam ICT yang masih belum baik, kurang disenanginya tambahan waktu belajar, kurang dalam menganalisis dan memecahkan masalah kompleks, menganalisis gejala alam dan sosial, serta kurang kemampuan siswa memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab, siswa menghasilkan karya kreatif, dan siswa yang merokok, kurang keterampilan siswa menyimak, membaca, menulis dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

6. Perilaku supervisi akademis (PSA, X1) dan kinerja guru (KG, X2) secara bersama-sama memberi pengaruh yang cukup terhadap pencapaian standar kompetensi lulusan (SKL, Y) yakni r 0,244 sehingga perlu pengembangan akademis atau profesional terhadap perilaku supervisi akademis dan kinerja guru. Castetter (dalam Saud, 2009: 102) menyarankan model pengembangan guru yakni pengembangan guru yang dipadu secara individual (individual guided staff development), observasi atau penilaian (observation or assessment), keterlibatan dalam suatu proses pengembangan/perbaikan (involvement in a development/improvement process), pelatihan (training), dan pemeriksaan (inquiry).

151

B. IMPLIKASI

Implikasi dari kesimpulan di atas adalah:

1. Perlunya penguatan bagi perilaku supervisi akademis baik pengawas sekolah, kepala sekolah maupun guru senior baik dari segi tanggung jawab, motivasi, kompetensi, kreativitas dan kesabaran dalam melaksanakan tugas supervisi khususnya supervisi akademis. Aspek tanggung jawab, motivasi dan kesabaran lebih bersifat moril dan psikologis sehingga bisa dilakukan dengan pendekatan yang sesuai. Sedangkan perbaikan aspek kompetensi dan kreativitas perlu ditunjang dengan pelatihan dan forum berbagi dan berdiskusi. Akan lebih baik lagi jika diperkuat dengan pendidikan yang mendukung seperti S2 administrasi pendidikan dan evaluasi pendidikan, karena mereka merasa kurang dalam hal kompetensi supervisi dan penilaian termasuk contoh di dalamnya analisis soal.

2. Kinerja guru juga belum rata meski secara umum baik (82,58%), namun masih kurang dalam hal penggunaan media pembelajaran, sumber bahasa asing, penggunaan IT serta metode evaluasi dan analisis soal sehingga membutuhkan penguatan dalam beberapa aspek kompetensi tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan menghidupkan rasa atau kesadaran saling membantu atau berbagi antar guru (supervisi teman sejawat) baik melalui forum internal sekolah maupun eksternal seperti MGMP, juga terbangunnya budaya pemecahan masalah dengan kepala sekolah dan pengawas sekolah dengan bingkai supervisi akademis. Perencanaan pembelajaran seperti penyusunan KTSP dan perangkatnya juga perlu penguatan terus menerus.

152

3. Pencapaian standar kompetensi lulusan satuan pendidikan sekolah menengah atas negeri di Kota Jambi masih pada kategori ‘cukup baik’ yakni 76,58% sehingga masih sangat membutuhkan berbagai upaya dari semua aspek bagi tercapainya efektivitas sekolah yang menjadi unsur mutu sekolah, mutu pendidikan secara umum. Selain memperbaiki proses pembelajaran, iklim organisasi, kepemimpinan dan sarana pendukung baik perangkat lunak (program) maupun keras berupa fasilitas juga mempengaruhi peningkatan mutu.

C. REKOMENDASI

Untuk itu maka direkomendasikan beberapa kebijakan atau program bagi keberlanjutan perbaikan mutu di sekolah menengah atas di Kota Jambi yang mencakup:

1. Penelitian ini menemukan bahwa perilaku supervisi akademis baik dari pengawas sekolah, kepala sekolah, maupun guru senior belum maksimal (sangat baik) sehingga dibutuhkan penguatan kesadaran internal (internal awareness) dan motivasi diri (intrinsic motivation) pelaku supervisi tersebut untuk meningkatkan kemampuan diri dan pengamalan tugasnya. Penguatan perilaku supervisi akademis ini sangat dibutuhkan karena pelaku supervisi merupakan personal yang secara fungsional sebagai penanggungjawab perbaikan mutu pendidikan sehingga mempengaruhi banyak proses.

153

2. Sekolah, dinas pendidikan dan LPMP juga diharapkan saling bersinergi merancang dan melaksanakan program membantu meningkatkan perilaku supervisi akademis baik aspek tanggung jawab, motivasi, kompetensi, kreativitas, komitmen dan kesabaran terhadap tugas supervisi akademis dari pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru senior tersebut.

3. Perlu adanya perberdayaan (empowering), penguatan (strengthening) dan pengembangan (enhancing) wadah atau forum untuk pengawas (KKPS), kepala sekolah (KKKS) dan guru (MGMP) sebagai sarana meningkatkan dan menguatkan kesadaran dan kemampuan supervisi, kinerja guru dan efektivitas sekolah.

4. Penelitian ini menemukan bahwa kinerja guru kurang berpengaruh pada pencapaian standar kompetensi lulusan sekolah sehingga disarankan kepada guru untuk selalu mempunyai motivasi memperbaiki dan meningkatkan kompetensi demi kinerja yang lebih baik dan optimal sehingga berpengaruhnya signifikan kepada pencapaian siswa (student achievement) dan perbaikan sekolah (school improvement). Kepada kepala sekolah diharapkan bisa menyiapkan iklim dan sarana optimalisasi sumber daya pendidikan termasuk guru.

5. Upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya melalui sekolah efektif bisa terinspirasi terhadap kebijakan pendidikan Negara Bagian Victoria, Australia yang mengaplikan delapan prinsip yakni: professional leadership, focus on teaching and learning, purposeful teaching, shared

154

vision and goals, high expectation of all learners, accountability, learning communities, dan stimulating and secure learning environment.

6. Professional leadership bisa dengan memilih dan menyiapkan kepala sekolah, pengawas sekolah, guru yang sesuai dengan standar pendidik dan tenaga kependidikan. Focus on teaching and learning dan

purposeful teaching dicapai dengan berusaha menerapkan dan mencapai standar proses (S.Proses), standar isi (SI). Shared vision and goals dan

learning communities bisa dicapai dengan implementasi standar pengelolaan, manajemen sekolah berbasis sekolah dan masyarakat, dan

juga pemberdayaan organisasi profesional kepala sekolah, pengawas dan guru. High expectation of all learners diharapkan dengan pencapaian standar kompetensi lulusan dengan penuh jujur dan bertanggungjawab.

Sedangkan accountability untuk semua pihak di sekolah dilakukan dengan penerapan optimal standar penilaian, evaluasi kinerja sekolah seperti evaluasi diri sekolah, kinerja kepala sekolah dan kinerja guru dan staf lain. Dan stimulating and secure learning environment diraih dengan implementasi standar sarana dan prasarana dengan dukungan standar pendidikan lain seperti pendidik dan tenaga kependidikan yang kompeten, komitmen dan professional, pengelolaan dengan manajemen yang terbuka tapi solid.

7. Kepada peneliti atau calon peneliti yang berminat dengan peningkatan mutu (quality improvement) dan penjaminan mutu pendidikan (quality assurance in education), disarankan melakukan penelitian lebih baik dan

155

lebih lanjut tentang pengaruh unsur-unsur lain dari efektivitas sekolah dan upaya-upaya perbaikan (improvement) dan penguatan (strengthening) bagi supervisi agar lebih maksimal dan optimal, serta berangkat dari supervisi sebagai sebuah gerakan moral (supervision as a moral action).

156 DAFTAR PUSTAKA

Aljabri dan Osman. (2008). ” Supervisiory behaviors and its Relationship with Teachers’ Motivation, Satisfaction and Performance in Sultanate of Oman”. International Journal of Education. Vol.2, no.2, 128-143. Bandung, UPI. Ang, James. (2007). Academic Supervision. Kuala Lumpur: Institut Aminuddin

Baki, Ministry of Education.

Anderson, Vivienne, et al. (1956). Pattern of Educational Leadership. New York: Englewoods Cliff Prentice Hall, Inc.

Arikunto, Suharsimi. (2004). Dasar-dasar Supervisi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Australian Indonesia Partnership. (2008). Quality Assurance Capacity Building of

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan dan Balai Keagamaan. Jakarta, Bindiklat.

Azwar, Saifuddin. (2005). Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bindiklat. Konsep Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. SDM Bindiklat

Boardman, Charles W, et al. (1961). Democratic Supervision in Secondary School. Boston: Houghton Mifflin Company.

Corina27. (2008). Konsep Sekolah Efektif dari Berbagai Riset. (Online). Tersedia di: http://manajemensekolah.teknodik.net/?m=200812. (22 April 2009). Danim, Sudarwan. (2002). Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Depdiknas. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2008). Rambu-Rambu Pengakuan Pengalaman Kerja Dan Hasil Belajar (PPKHB). Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/ Madrasah. Jakarta: Depdiknas.

157 Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2005). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Dharma, Surya. (2008). “Peranan dan Fungsi Pengawas Sekolah dan Madrasah”. Jurnal Tenaga Kependidikan. Vol.3, No.1, 1-13. Jakarta: Diktendik.

Diktendik. (2007). “Menggenjot Mutu Tenaga Kependidikan”, Forum Tenaga Kependidikan Ed. 1/Vo l. 1. Jakarta: Diktendik.

Guru Pembaharu. (2009). Model-model Instrumen. (Online). Tersedia di:

http://gurupembaharu.com/file_download/model_instrumen/model-instrumen/. 7 Januari 2010.

Goldhammer, Robert, et al. (1980). Clinical supervision. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Harris, Ben M. (1975). Supervisory Behavior in Education. New Jersey: Prentice Hall.

Hasbullah. (2006). Otonomi Pendidikan : Kebijakan otonomi daerah dan implikasinya terhadap penyelenggaraan pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Hopkins, D., dan Harris, A. (1997). Improving the quality of education for all. Support for Learning, 12(4), 147-151. Bahan Kuliah dari Monash University, Melbourne.

Indrafachrudi, Soekarto, et al. (1983). Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya: Usaha Offset Printing.

158 Indrafachrudi, Soekarto. (1994). Prinsip Umum Supervisi Guru. Jakarta:

Depdikbud.

Ingvarson dan Rowe. (2008). ”Conceptualising and evaluating teacher quality”. Australian Journal of Education, Vol. 52, No. 1, 2008, 5–35.

Kristerforsberg.com. (2009). The Quality Management Principles. Bahan kuliah dari Monash University, Melbourne.

Komariah, Aan. (2004). Visionary Leadership, Menuju Sekolah Efektif. Bandung: Bumi Aksara.

Kurniati, Laeli. (2007). Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 1 Purbalingga. Semarang: UNS. Skripsi. (online).

Kustimi. (2003). Kinerja Kepala Sekolah dan Pengawas dalam Membina Kemampuan Mengajar Guru. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.

LPMP Jambi. (2008). Laporan Analisis Kebutuhan Pengawas Sekolah. Jambi: LPMP Provinsi Jambi.

Mahmud. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia

McMillan, J. H. dan Schumacher, S. (2001). Research in Education. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurahman. (2007). Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia.

Mulyasa. (2007). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Neagley, Ross L. (1980). Handbook for Effective Supervision of Instruction. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Oliva, Peter F. (1976). Supervision for Today’s Schools. New York: Harper & Row, Publishers, Inc.

Pidarta, Made. (2009). Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta. Rahmat. (2009) Supervisi dan Penjaminan Mutu. (Online). Bahan seminar.

Terdapat pada:http://gurupembaharu.com/peningkatan-mutu/pengawasan /supervisi-penjaminan-mutu/. 3 February 2010.

159 Rahmat. (2009). Teknik Penerapan Standar Evaluasi dan Penilaian. (Online). Bahan Workshop. Terdapat pada: http://gurupembaharu.com/. 3 Februari 2010.

Sahertian, Piet A, Prof., Drs. (2000). Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Saleh. (2009). Persepsi Guru Terhadap kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dalam Hubungan dengan Kinerja Mengajar Guru. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sallis, Edward. (2008). Total Quality Management in Education. Yogyakarta: IRCiSoD.

Sammons, et al. (2009). Effective Schools. (online). Department of Education and Early Childhood Development. Terdapat pada: www.education.vic.gov.au. Agust 2009.

Saud, Udin Syaefudin. (2009). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. Sergiovanni, Thomas J. & Robert J. Starrant. (1979). Supervision: human

perspectives. New York: McGraw-Hill, Inc.

Sergiovanni, Thomas J. & Robert J. Starratt. (1993). Supervision: a redefinition. New York; McGraw-Hill, Inc.

Sidi, Indra Djati. (2001). Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Paramadina. Soetjipto, Raflis Kosasi. (2004). Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta. Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Riduwan dan Sunarto. Pengantar Statistik untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Trimo, Soejono. (1986). Pengembangan Pendidikan. Bandung: Remaja Karya. Usman, Husaini. (2008).”Peningkatan Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah”.

Jurnal Tendik, Vol. 3, No. 3. Jakarta: Tendik.

Wahyono, Teguh. (2008). Belajar Sendiri SPSS 16. Jakarta. PT Elex Media Komputindo.

160 Wiles, Kimball, John T Lovell, (1975). Supervision for Better Schools. New

Jersey: Prentice-Hall.

Worldbank. (2005). Improving Education Quality (Indonesian: Ideas for the Future): World Bank Indonesia. (Bahan Kuliah dari Monash University)

Dokumen terkait