• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Kinerja Pelayanan RSUD Dr. Moewardi tahun 2020 berdasarkan data dan analisis dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. INDIKATOR KINERJA RUMAH SAKIT BERDASARKAN RENSTRA TAHUN 2018–2023

a. Persentase capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Hasil capaian indikator sesuai Standar Pelayanan Minimal tahun 2020, dari 140 indikator sebanyak 114 indikator telah memenuhi standar (81,43%) dan 26 indikator belum memenuhi standar (18,57%).

Capaian SPM untuk tahun 2020 melebihi target yang ditetapkan (80%), disebabkan RSUD Dr. Moewardi sebagai rumah sakit kelas A sudah melaksanakan Akreditasi dengan predikat paripurna pada tahun 2018 dan terus berupaya meningkatkan mutu pelayanannya pada semua jenis pelayanan serta adanya koordinasi yang baik antar unit kerja baik fungsional maupun struktural sehingga ketika ditemukan permasalahan dapat segera teratasi. Selain itu telah dilakukan alternatif solusi yaitu: 1) Peningkatan secara kualitatif dan kuantitatif sarana pelayanan

kesehatan.

2) Peningkatan secara kualitatif (profesionalitas SDM) dan kuantitatif sumber daya manusia.

b. Nilai Kepuasan Masyarakat

Hasil capaian nilai kepuasan masyarakat sebesar 85,87% melebihi target yang ditetapkan yaitu 80%. Survei kepuasan masyarakat dilakukan secara eksternal, sehingga nilai kepuasan masyarakat ini dapat lebih obyektif hasilnya untuk mengetahui seberapa jauh tanggapan masyarakat dalam hal ini pasien rumah sakit terhadap pelayanan di rumah sakit baik mulai dari petugas terdepan seperti parkir, greeting woman, screening, dan pendaftaran juga tenaga dokter, perawat, tenaga

kesehatan lainnya sampai dengan petugas keamanan.

Tercapainya Nilai Kepuasan Masyarakat pada tahun 2020 ini disebabkan antara lain adanya kemudahan yang didapatkan pasien antara lain saat ini rumah sakit sudah membangun aplikasi pendaftaran pasien yaitu e-patient sehingga pasien maksimal satu hari sebelum berencana melakukan pemeriksaan dapat mendaftar melalui aplikasi tersebut tanpa perlu mengantri. Hal ini juga berdampak pada berkurangnya antrian pasien pada bagian pendaftaran. Selain itu fasilitas sarana dan prasarana yang disediakan rumah sakit mampu memberikan kenyamanan bagi pasien. Dan yang tak kalah penting adalah keramahan petugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan keluarganya.

c. Nilai SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Target untuk tahun 2020 sebesar 80,00 dengan capaian sebesar 89,72, melebihi target yang telah ditetapkan dan termasuk dalam katagori “A” (memuaskan). Rincian nilai berdasarkan komponen penilaian yaitu perencanaan kinerja (29,19), pengukuran kinerja (21,88), pelaporan kinerja (12,11), evaluasi kinerja (8,62), dan capaian kinerja (17,92). Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2019 yaitu 89,15 terjadi peningkatan hasil nilai SAKIP. Pencapaian ini menunjukkan bahwa RSUD Dr. Moewardi termasuk instansi pemerintah yang berkinerja tinggi, sangat akuntabel, dan memimpin perubahan. Keberhasilan ini tidak terlepas dari kerjasama yang baik dan keseriusan seluruh pegawai dan para pejabat baik struktural maupun fungsional dalam melaksanakan tugas sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

2. PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN

a. Kegiatan Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan penyediaan fasilitas perawatan kesehatan bagi penderita dampak asap rokok atau disebut Dana Bagi Hasil Cukai dan Hasil Tembakau (DBHCHT) adalah terealisasinya pembangunan gedung kedokteran nuklir dan radioterapi tahap III, pembangunan laboratorium stemcell tahap I dan pengadaan alat kedokteran sebanyak 68 unit dengan capaian fisik 100% dan realisasi

keuangan 97,87%.

b. Kegiatan Pemenuhan Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan Rujukan (DAK) adalah tersedianya jumlah alat kesehatan untuk pelayanan pasien di IGD dan Ruang Operasi sebanyak 40 unit dengan capaian fisik adalah 100% dan realisasi keuangan 98,22%. Tidak ada kendala dalam pelaksanaan kegiatan ini.

3. PROGRAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN BLUD

a. Kegiatan Pelayanan dan Pendukung Pelayanan BLUD adalah

beroperasinya unit layanan dan pendukung pelayanan secara optimal dengan capaian fisik sebesar 99,80% dan realisasi keuangan sebanyak 94,61%, ada beberapa pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan, karena adanya pandemi COVID-19 tidak memungkinkan waktu untuk dikerjakan. 1) Cakupan kunjungan pasien rawat jalan, rawat darurat dan rawat inap

a) Kunjungan pasien rawat jalan menurun sebesar 14,28% (kunjungan tahun 2019 sebesar 313.980, tahun 2020 sebanyak 269.141 pasien)

b) Kunjungan pasien rawat darurat menurun sebanyak 28,90% (tahun 2019 sebesar 30.095 pasien sedangkan tahun 2020 sebanyak 23.347 pasien). Hal ini dikarenakan adanya pemberlakuan rujukan berjenjang dari BPJS, sehingga pasien dari PPK I tidak dapat dirujuk langsung ke RSDM (PPK III).

c) Kunjungan pasien rawat inap menurun sebesar 14,62% (kunjungan tahun 2019 sebanyak 36.251 pasien dan tahun 2020 sebesar 30.952 pasien).

Cakupan kunjungan pasien rawat jalan, rawat darurat dan rawat inap menurun, karena adanya pemberlakuan rujukan berjenjang dari BPJS, sehingga pasien dari PPK I tidak dapat dirujuk langsung ke RSUD Dr. Moewardi (PPK III).

2) Tingkat pemanfaatan tempat tidur (BOR) sebesar 52,36%, menurun dibandingkan tahun 2019 (61,39%). Dengan adanya penambahan jumlah tempat tidur berpengaruh pada tingkat pemanfaatan tempat tidur. Realisasi BOR di bawah batas ideal menurut standar Depkes

RI (60–85%). BOR rumah sakit belum memenuhi standar.

3) Lengt Of Stay (LOS) sebesar 3,37 hari, menurun dibandingkan tahun 2019 (3,90 hari). Hal ini kurang ideal bila dibandingkan standar Depkes RI (6–9 hari).

4) Angka kematian bersih (NDR) sebesar 71,05‰, menurun bila dibandingkan tahun sebelumnya (78,92‰). Sedangkan angka kematian kotor (GDR) 98,48‰, meningkat dibandingkan tahun 2019 (97,86‰). Angka kematian bersih dan angka kematian kotor masih cukup tinggi, sehingga perlu peningkatan mutu pelayanan. Berbagai program dan kegiatan telah diupayakan dalam menekan angka kematian, antara lain meningkatkan ketrampilan petugas melalui pelatihan-pelatihan serta penambahan peralatan kesehatan dan obat untuk life saving di rawat inap serta rencana strategis baik yang berdampak langsung maupun tidak langsung dalam upaya penurunan

angka kematian melalui pengembangan ruang perawatan.

4. INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT

Hasil capaian indikator mutu rumah sakit untuk tahun 2020 secara keseluruhan masih perlu ditingkatkan lagi, karena indikator yang memenuhi target hanya sebesar 34,78% yaitu 8 (delapan) indikator dari 31 (tigapuluh satu) indikator. Upaya peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien perlu ditingkatkan agar target yang telah direncanakan dapat terpenuhi.

5. INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

Pada tahun 2020 indikator SPM di RSUD Dr. Moewardi tercapai sebesar 81,43% melebihi target 81,00% namun dari 140 indikator hanya 114 indikator yang memenuhi standar yang ditetapkan sedangkan 26 indikator lainnya belum memenuhi standar (18,57%) sehingga masih diperlukan upaya keras agar pelayanan minimal dapat tercapai.

6. KINERJA KEUANGAN

Kinerja keuangan dilihat dari penerimaan fungsional mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2019. Realisasi penerimaan

rumah sakit tahun 2020 sebesar Rp.932.792.814.864, sedangkan tahun

2019 realisasi mencapai Rp.682.447.684.996,- meningkat sebanyak

Rp.250.345.129.868 atau sebesar 26,84%. Pada tahun 2020 total anggaran

Rp.977.034.719.000,- penyerapannya sebesar Rp.933.812.198.154

(95,58%) sedangkan pada tahun 2019 total anggaran sebesar

Rp.931.839.399.000,- penyerapannya sebesar Rp.894.591.249.645

(96,05%).

Cost Recovery total tahun 2020 sebesar 99,89%, artinya organisasi RSUD Dr. Moewardi mengalami defisit sebesar 0,11 atau sebesar Rp.1.019.383.290,-. Dibandingkan dengan tahun 2019 Cost Recovery Total mengalami peningkatan (tahun 2019 CRR Total 82,16%).

Cost Recovery Parsial tahun 2020 adalah sebesar 135,28%. Cost recovery mencapai diatas 100% artinya organisasi RSUD Dr. Moewardi terdapat surplus sebesar selisih antara realisasi pendapatan dengan realisasi belanja atau sebesar 35,28% atau sebesar Rp.243.287.401.153,00. Dibandingkan dengan tahun 2019 Cost Recovery Parsial mengalami peningkatan (tahun 2019 CRR Parsial 104,02%).

Dokumen terkait