• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Mekong River Commission (MRC) yang didirikan oleh negara-negara

sungai Mekong hilir yaitu Kamboja, Laos, Thailand dan Vietnam pada tahun 1995 dipandang sebagai sebuah organisasi regional yang penting dan aktor kunci dalam manajemen pemanfaatan sumber daya sungai Mekong. Hal ini karena keberhasilan MRC dalam mencapai kesepahaman bersama dari empat negara anggota MRC dan dua negara mitra Dialog MRC atas struktur kepentingan nasional masing-masing negara yang beragam dan kompleks terkait pemanfaatan sungai Mekong.

Kerjasama pemanfaatan aliran sungai Mekong yang melalui MRC ditinjau dari kontinum kerjasama sudah jelas terkoordinasi dengan baik dan semakin kolaboratif. Procedures for Notification, Prior Consultation and

Agreement (PNPCA) yang merupakan perwujudan dari pasal 5 Perjanjian

Mekong tahun 1995 telah mewajibkan negara-negara riparian untuk bersama- sama untuk memberitahukan, mengkonsultasikan, membuat kesepakatan setiap proyek yang diusulkan, tidak hanya proyek PLTA, tapi semua proyek yang berkaitan dengan pemanfaatan aliran sungai Mekong. Sudah banyak proyek pemanfaatan air yang diberitahukan dan dikonsultasikan melalui MRC seperti proyek PLTA, salah satunya PLTA Xayaburi yang dikonsultasikan oleh Laos. Selain itu semenjak ditandatanganinya prosedur Data and Information Exchange

and Sharing telah menjadikan koordinasi semakin kuat dalam kerjasama MRC.

informasi telah membantu empat negara riparian mengelola banjir melalui data dan alat-alat yang membuat peramalan yang tepat mengenai waktu banjir dan memungkinkan studi dampak dan penanggulangan banjir.282

MRC semakin kolaboratif ketika pada tahun 2010 MRC meluncurkan

IWRM-based Basin Development Strategy yang merupakan kesepakatan negara

anggota MRC bagaimana mereka akan memanfaatkan, mengelola dan melestarikan sumber daya air untuk mencapai tujuan Perjanjian Mekong yang ditandatangai pada tahun 1995. Diluncurkannya IWRM-based Basin Development

Strategy menurut penulis telah mengantarkan MRC kepada level kolaborasi yang

sangat baik dinama ini merupakan pertama kalinya setelah lima belas tahun berdiri bagi negara MRC berbagi rencana nasional untuk mengidentifikasi peluang dan resiko dari proyek dan mencapai suatu kesepahaman bersama. Ini menunjukkan kolaborasi yang mereka lakukan berhasil.

Tantangannya sekarang bagi MRC adalah untuk menerjemahkan komitmen tersebut ke dalam tindakan. Implementasi dari IWRM-based Basin

Development Strategy ini akan mengantarkan MRC dari titik kolaborasi menuju

join action. Sadoff dan Grey mengatakan bahwa situasi yang menujukkan joint

action adalah adanya kerjasama yang kuat, kapasitas yang kuat, dan institusi yang

kuat. Pada saat ini kegiatan joint action yang MRC lakukan sudah merancang bersama-sama action plan yang nantinya akan akan diimplementasikan secara bersama-sama. MRC juga melibatkan partisipasi dari negara hulu Cina dan

282 Flood Management & Mitigation Programme diakses dari

http://www.mrcmekong.org/about-the-mrc/programmes/flood-management-and-mitigation- programme/ pada tanggal 12 Maret 2013 pukul 23.46 WIB

Myanmar yang merupakan Mitra Dialog MRC yang diharapkan akan meningkatkan kinerja MRC saat implementasi BDP 2011-2015 ini.

Dilihat dari sifat kontinum kerjasama sungai internasional, kerjasama MRC bersifat iterative yaitu kerjasama koordinasi dan kolaborasi akan terus berulang-ulang dan tidak terpaku kepada jenis kerjasama yang itu-itu saja. Terutama dalam pertukaran informasi yang merupakan bentuk kerjasama koordinasi. Pertukaran informasi selalu dibutuhkan oleh MRC agar setiap rencana nasional yang berhubungan dengan pemanfaatan aliran sungai Mekong dilakukan secara transparansi dan tidak ada yang ditutupi. Pertukaran informasi juga akan membawa kerjasama lebih kolaboratif karena meningkatnya saling kepercayaan dan memudahkan kerjasama menuju joint action (aksi bersama).

Kerjasama MRC dengan Mitra Dialog yaitu Cina dan Myanmar ditinjau dari kontinum kerjasama juga semakin konstruktif. Pada awalnya, disaat Cina dan Myanmar menjadi Mitra Dialog MRC pada tahun 1996, kerjasama MRC dan Mitra Dialog hanya pertukaran data hidrologi. Kemudian tahun-tahun selanjutnya area kerjasama semakin luas yaitu PLTA dan perlinndungan sumber daya air, navigasi, dan manajemen banjir. MRC sendiri sudah mengakui bahwa kerjasama dengan Mitra Dialog telah sangat membantu MRC dalam menganalisis sungai Mekong secara luas (Basin Development Plan wide-view), dan kerjasama dalam pertukaran dan berbagi informasi hidrologi, informasi bendungan telah sangat membantu MRC dalam peramalan banjir.

Berdasarkan perspektif Neoliberalisme Institusional kerjasama MRC dalam manajemen pemanfaatan aliran sungai Mekong menjadi penting karena kerjasama ini mampu meminimalisir konflik atau pertentangan antara negara

riparian. MRC adalah satu-satunya lembaga dengan mandat untuk mempertemukan data nasional, rencana, dan tindakan sehingga membantu analisis sungai secara luas. MRC telah berhasil menjembatani kepentingan yang berbeda- beda dari negara riparian terkait pemanfaatan air dan mencapai kesepahaman bersama yang nantinya akan saling menguntungkan negara-negara. Basin

Development Strategy merupakan hasil kesepahaman bersama MRC setelah 15

tahun berdiri. BDS telah menghasilkan langkah yang sangat signifikan dimana negara riparian hilir sungai Mekong untuk pertama kalinya berbagi rencana nasional, dan mencapai kesimpulan umum atas dampak lintas batas dari rencana nasional dan peluang pengembangan sumber daya air tersebut. Keohane juga menjelaskan bagaimana pentingnya peran sebuah institusi, yang salah satunya dari institusionalisasi tersebut adalah untuk menyimpan dan mengirimkan informasi yang mampu mengurangi ketidakpastian karena ia merupakan hal yang berubah- ubah. BDP2 telah menghasilkan data dan informasi yang cukup bagi negara- negara untuk mengembangkan dan mengevaluasi kepentingan mereka terkait air, pilihan pembangunan baik secara individu maupun kolektif. Dengan demikian menurut penulis, perspektif Neoliberalisme Institusional telah mendukung keberadaan MRC sebagai satu-satunya institusi yang mengatur pemanfaatan aliran sungai Mekong.