• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

jika interaksi pada variabel bebas tidak ada, maka tidak perlu dilakukan uji lanjut

antar sel pada kolom atau baris yang sama, kesimpulan perbandingan rataan antar

sel mengacu pada kesimpulan perbandingan rataan marginalnya. Langkah-

langkah uji komparasi ganda dengan metode Scheffe’ adalah sebagai berikut :

commit to user

b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.

c. Mencari nilai statistik uji F dengan rumus sebagai berikut :

1) Untuk komparasi rataan antar kolom adalah :

(

)

÷ ÷ ø ö ç ç è æ + - = - j i j i j i n n RKG X X F . . 2 . . . . 1 1

2) Untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama adalah :

(

)

÷ ÷ ø ö ç ç è æ + - = - kj ij kj ij kj ij n n RKG X X F 1 1 2

3) Untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama adalah :

(

)

÷ ÷ ø ö ç ç è æ + - = - ik ij ik ij ik ij n n RKG X X F 1 1 2

d. Menentukan tingkat signifikansi.

e. Menentukan daerah kritik (DK) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

1) DK = {Fi.-j. | Fi.-j. > (p – 1)F α;p-1,N-pq}

2) DK = {F.i-.j | F.i-.j > (q – 1)F α;q-1,N-pq}

3) DK = {Fij-kj | Fij-kj > (pq – 1)F α;pq-1,N-pq}

f. Menentukan keputusan masing-masing komparasi rerata.

g. Menyusun kesimpulan dari keputusan uji yang ada.

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Data dalam penelitian ini meliputi data hasil uji coba instrumen, data

prestasi belajar matematika, dan data aktivitas belajar matematika. Berikut ini

diberikan uraian tentang data-data tersebut:

1. Data Hasil Uji Coba Instrumen

Instrumen yang diujicobakan dalam penelitian ini berupa angket untuk

mengungkapkan data mengenai aktivitas belajar siswa dan tes prestasi belajar

matematika siswa pada pokok bahasan segi empat.

a. Hasil uji coba tes prestasi belajar

1) Analisis Instrumen

a) Validitas isi uji coba tes prestasi

Tes prestasi belajar matematika pada kompetensi dasar segi

empat terdiri dari 35 butir. Melalui dua orang validator, yaitu guru

SMP Negeri 2 Wiradesa dan SMP Negeri 2 Wonokerto diperoleh

bahwa 35 butir tes prestasi dinyatakan valid karena telah memenuhi

kriteria yang diberikan. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

commit to user b) Reliabilitas uji coba tes prestasi

Dengan menggunakan rumus KR-20, diperoleh r11 = 0,8309.

Karena r11 = 0,8309 > 0,7, maka instrumen tes dikatakan reliabel.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.

2) Analisis butir Soal

a) Daya Pembeda Uji Coba Tes Prestasi

Tes prestasi yang diujicobakan terdiri dari 35 soal tes obyektif.

Dari hasil uji daya pembeda menggunakan rumus korelasi produk

moment diperoleh 30 soal yang daya pembedanya berfungsi dengan

baik, sebab rxy dari 30 soal tersebut lebih besar dari 0,3. Sedang 5 soal

daya pembedanya tidak berfungsi dengan baik yaitu nomor 1, 17, 21,

26 dan 31 karena rxy dari 5 soal tersebut kurang dari 0,3. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

b) Tingkat kesukaran

Dari 35 soal tes uji coba prestasi didapat dua soal sukar yaitu

nomor 21 dan 31, dua soal mudah yaitu soal nomor 1 dan 17.

Sedangkan yang lainnya termasuk soal yang sedang artinya tidak

terlalu mudah dan juga tidak terlalu sukar. Perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 6.

Setelah dilakukan analisis terhadap 35 soal tes uji coba prestasi belajar

matematika diperoleh bahwa 5 soal tidak dapat digunakan yaitu nomor 1,

17, 21, 26 dan 31. Sehingga penulis hanya menggunakan 30 butir soal

commit to user b. Hasil uji coba angket aktivitas belajar siswa

1) Analisis Instrumen

a) Validitas isi uji coba angket

Angket aktivitas belajar siswa terdiri dari 36 butir. Melalui dua

orang validator, yaitu guru SMP Negeri 2 Wiradesa dan SMP Negeri 2

Wonokerto diperoleh bahwa 36 butir angket dinyatakan valid karena

telah memenuhi kriteria yang diberikan. Perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 8.

b) Reliabilitas uji coba angket

Dengan menggunakan rumus KR-20, diperoleh r11 = 0,89806.

Karena r11 = 0,89806 > 0,70, maka angket dikatakan reliabel.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10.

2) Analisis Butir Soal

a) Konsistensi internal angket

Angket yang diuji cobakan terdiri dari 36 butir. Dari hasil uji

konsistensi internal dengan menggunakan rumus korelasi produk

moment diperoleh 32 butir yang konsisten sebab rxy dari 32 butir

tersebut lebih besar dari 0,3. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 9.

Setelah dilakukan analisis terhadap 36 butir soal uji coba angket

aktivitas siswa diperoleh bahwa 32 butir soal tersebut dapat digunakan untuk

commit to user

2. Data Skor Prestasi Belajar Matematika Siswa

Dari data prestasi belajar matematika siswa, kemudian ditentukan ukuran

tendensi sentralnya yang meliputi rataan (X ), median (Me), modus (Mo), dan ukuran dispersi meliputi jangkauan (J), dan simpangan baku (s) yang dapat

dirangkum dalam tabel berikut ini.

Tabel 4. 1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa

Kelas

Ukuran

Tendensi sentral

Ukuran Dispersi

î Mo Me Skor min Skor maks J s

Kontrol 64,2213 67 63 43 97 54 10,7930

Eksperimen 69,2913 67 70 47 97 50 10,2463

3. Data Skor Aktivitas Belajar Siswa

Data tentang aktivitas belajar siswa diperoleh dari angket tentang

aktivitas belajar siswa, selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam tiga

kategori berdasarkan rata-rata gabungan (Xgab) dan standar deviasi gabungan

(Sgab). Dari hasil perhitungan kedua kelompok, diperoleh Xgab = 79,5984 dan Sgab = 13,3451.

Penentuan kategorinya adalah sebagai berikut: tinggi jika

gab gab s X X 2 1 +

> , sedang jika Xgab sgab X Xgab sgab

2 1 2 1 + £ £ - , rendah jika gab gab s X X 2 1 -

commit to user

sebagai aktivitas belajar rendah, skor antara 72,9258 dan 86,2709 dikategorikan

sebagai aktivitas belajar sedang, dan skor lebih dari 86,2709 dikategorikan

sebagai aktivitas belajar tinggi.

Berdasarkan data yang telah terkumpul, dalam kelas eksperimen terdapat

36 siswa yang termasuk kategori aktivitas belajar tinggi, 49 siswa yang termasuk

kategori aktivitas belajar sedang dan 42 siswa yang termasuk kategori aktivitas

belajar rendah. Sedangkan untuk kelas kontrol terdapat 35 siswa yang termasuk

kategori aktivitas belajar tinggi, 51 siswa yang termasuk kategori aktivitas belajar

sedang, dan 36 siswa yang termasuk kategori aktivitas belajar rendah.

Tabel 4. 2 Deskripsi Data Aktivitas Belajar Siswa

Kategori Nilai

Jumlah Siswa

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Tinggi 72,9258 < X 36 35

Sedang 80,2573 ≤ X≤ 86,2709 49 51

Rendah X < 72,9258 42 36

B. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Uji Prasyarat Perlakuan

Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel

mempunyai kemampuan awal sama. Sebelum diuji keseimbangan, masing-masing

sampel terlebih dahulu diuji apakah berdistribusi normal atau tidak serta variansi

homogen atau tidak. Hasil uji normalitas kemampuan awal kelas eksperimen dan

commit to user

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal

Uji Normalitas Lobs L0,05;n Keputusan Kesimpulan

Kelas Eksperimen 0.0759 0,0786 H0 diterima Normal

Kelas Kontrol 0,0606 0,0802 H0 diterima Normal

Berdasarkan tabel di atas, untuk masing-masing sampel ternyata

Lobs < L0,05;n, sehingga H0 diterima. Ini berarti masing-masing sampel berasal dari

distribusi normal.

Untuk kelas eksperimen dengan jumlah siswa 127 siswa diperoleh rerata 69,3622 dan variansi 179,8519 sedangkan untuk kelas kontrol dengan jumlah

siswa 122 siswa diperoleh rerata 67,2623 dan variansi 171,3521.

Hasil uji homogenitas kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas

kontrol dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Sampel k χ2

obs χ20.05;n Keputusan Kesimpulan

Kelas 2 0,3324 3,841 H0 diterima Homogen

Berdasarkan tabel di atas, ternyata harga cobs2 < c02.05;n, sehingga H0 diterima. Ini

berarti variansi homogen.

Hasil perhitungan uji keseimbangan dengan menggunakan uji t diperoleh

thit = 1,25033 dengan t0,025;v = 1,96 dan –t0,025;v = -1,96. Ternyata diperoleh thit <

t0,025;v atau thit > –t0,025;v sehingga dapat disimpulkan bahwa antara kedua

kelompok tidak memiliki perbedaan rerata yang berarti atau dapat dikatakan

commit to user

2. Uji Prasyarat Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama a. Uji Normalitas

Uji normalitas masing-masing sampel dilakukan dengan menggunakan

metode Liliefors. Berdasarkan uji yang telah dilakukan diperoleh harga statistik

uji untuk taraf signifikansi 0,05 pada masing-masing sampel sebagai berikut :

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas

Uji Normalitas Lobs L0,05;n Keputusan Kesimpulan

Kelompok Eksperimen 0,0690 0,0786 H0 diterima Normal

Kelompok Kontrol 0,0702 0,0802 H0 diterima Normal

Aktivitas Tinggi 0,0930 0,1051 H0 diterima Normal

Aktivitas Sedang 0,0702 0,0886 H0 diterima Normal

Aktivitas Rendah 0,0982 0,1003 H0 diterima Normal

Berdasarkan tabel di atas untuk masing-masing sampel ternyata Lobs <

L0,05;n, sehingga H0 diterima. Ini Berarti masing-masing sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol serta antara

tingkat aktivitas siswa dilakukan dengan menggunakan Chi Kuadrat pada taraf

commit to user

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas

Sampel k χ2

obs χ20.05;n Keputusan Kesimpulan

Pendekatan Pembelajaran 2 0,3324 3,841 H0 diterima Homogen

Aktivitas Belajar Siswa 3 2,1656 5,991 H0 diterima Homogen

Berdasarkan tabel di atas, ternyata harga 2

obs

c dari kelas yang diberi perlakuan pendekatan pembelajaran dan aktivitas belajar siswa kurang dari c02.05;n, sehingga H0 diterima. Ini berarti variansi-variansi populasi yang dikenai perlakuan

pendekatan pembelajaran dan variansi-variansi aktivitas belajar siswa sama.

C. Hasil Pengujian Hipotesis

1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama

Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama

JK dK RK Fobs Ftabel Keputusan

Pendekatan

Pembelajaran (A)

1641,8311 1 1641,8311 21,4534 3,84 Ho Ditolak

Aktivitas (B) 9385,0181 2 4692,5090 61,3159 3,00 Ho Ditolak

Interaksi (AB) 9385,0181 2 7,0224 0,0918 3,00 Ho Diterima

Galat 18596,7972 243 76,5300

commit to user

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa HOA ditolak, HOB ditolak dan HOAB

diterima. Kesimpulannya adalah sebagai berikut:

a. Terdapat perbedaan efek antara pendekatan pembelajaran terhadap prestasi

belajar matematika.

b. Terdapat perbedaan efek antara aktivitas belajar siswa terhadap prestasi

belajar matematika.

c. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan aktivitas

belajar terhadap prestasi belajar matematika.

2. Uji Lanjut Pasca Anava

Dari hasil perhitungan anava diperoleh bahwa H0A ditolak, tetapi karena

metode pembelajaran hanya memiliki dua kategori maka untuk antar baris tak

perlu dilakukan uji komparasi ganda. Kalaupun dilakukan komparasi ganda, dapat

dipastikan bahwa hipotesis nolnya juga akan ditolak. Komparasi ganda tersebut

menjadi tidak berguna, karena anava telah menunjukkan bahwa H0A ditolak. Dari

rataan marginalnya (X1. = 69,2913 > 64,2213= X2.) dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika realistik menghasilkan prestasi belajar lebih baik

dibandingkan pembelajaran dengan pendekatan mekanistik. H0B ditolak sehingga

dilakukan uji komparasi ganda dengan menggunakan metode Scheffe’ dan

dirangkum dalam tabel berikut. (perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam

commit to user

Tabel 4.7 Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom

No Hipotesis Nol F hitung F tabel Keputusan

1 2 3 1 m = m2 1 m = m3 2 m = m3 83,5363 91,8532 1,0341 6,00 6,00 6,00 H0 ditolak H0 ditolak H0 diterima

Dari uji komparasi ganda antar kolom di atas diperoleh terdapat perbedaan

pengaruh antara aktivitas belajar tinggi dan sedang terhadap prestasi belajar

matematika siswa, terdapat perbedaan pengaruh antara aktivitas belajar tinggi dan

rendah terhadap prestasi belajar matematika siswa dan tidak terdapat perbedaan

pengaruh antara aktivitas belajar sedang dan rendah terhadap prestasi belajar

matematika siswa. Selanjutnya karena H0AB diterima maka tidak perlu dilakukan

uji komparasi antar sel pada kolom atau baris yang sama.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

Berdasarkan hasil uji hipotesis statistik yang telah diuraikan di atas dapat

dijelaskan kelima hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Hipotesis Pertama

Dari hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh Fa = 21,4534 > 3,84 = F

151 ; 1 ; 05 ,

0 . Nilai Fa terletak didaerah kritik maka HOA ditolak berarti terdapat

perbedaan efek pendekatan pembelajaran terhadap prestasi belajar pada pokok

commit to user

adalah 69,2913 lebih besar dari rataan marginal pendekatan mekanistik adalah

64,2213 menunjukkan bahwa pembelajaran matematika realistik menghasilkan

prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan pendekatan

mekanistik pada pokok bahasan segi empat.

2.Hipotesis Kedua

Dari hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh Fb = 61,3159 >3=

F0,05;2;151. Nilai Fb terletak di daerah kritik maka HOB ditolak berarti terdapat

perbedaan efek aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.

Setelah dilakukan uji Shceffe dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki

aktivitas belajar tinggi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang

memiliki aktivitas belajar sedang, siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi

prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang memiliki aktivitas belajar

rendah, sedangkan siswa yang memiliki aktivitas belajar sedang prestasi

belajarnya sama dengan siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah.

3.Hipotesis Ketiga, Keempat dan Kelima

Dari hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh Fab = 0,0918 < 3 =

F0,05;2;151. Nilai Fab tidak terletak di daerah kritik maka HOAB diterima berarti tidak

terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan aktivitas belajar terhadap

prestasi belajar pada pokok bahasan segi empat. Berdasarkan hasil uji hipotesis

pertama, pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik

menghasilkan prestasi yang lebih baik dibandingkan menggunakan pembelajaran

dengan pendekatan mekanistik. Karena tidak ada interaksi maka hal tersebut juga

commit to user

matematika realistik menghasilkan prestasi yang lebih baik dibandingkan

pembelajaran dengan pendekatan mekanistik untuk setiap kategori aktivitas

belajar yang dimiliki siswa.

Berdasar uji hipotesis kedua dan uji komparasi ganda, siswa yang

memiliki aktivitas belajar matematika tinggi prestasi belajarnya lebih baik

daripada siswa yang memiliki aktivitas belajar matematika sedang, siswa yang

memiliki aktivitas belajar matematika tinggi prestasi belajarnya lebih baik

daripada siswa yang memiliki aktivitas belajar matematika rendah, sedangkan

siswa yang memiliki aktivitas belajar matematika sedang prestasi belajarnya sama

dengan siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah. Karena tidak ada interaksi,

maka karakteristik perbedaan aktivitas belajar akan sama pada setiap pendekatan

pembelajaran. Artinya kalau secara umum aktivitas belajar tinggi lebih baik

daripada aktivitas belajar sedang dan rendah, maka kalau ditinjau pada

pembelajaran matematika realistik, juga akan berlaku kesimpulan aktivitas belajar

tinggi akan lebih baik daripada aktivitas belajar sedang. Demikian pula, kalau

ditinjau dari pendekatan mekanistik, maka aktivitas belajar tinggi juga akan lebih

baik daripada aktivitas belajar sedang. Selanjutnya aktivitas belajar tinggi lebih

baik daripada aktivitas belajar rendah ditinjau dari pembelajaran matematika

realistik maupun pembelajaran dengan pendekatan mekanistik. Sedangkan,

aktivitas belajar sedang sama dengan aktivitas belajar rendah ditinjau dari

commit to user E.Keterbatasan Penelitian

Meskipun peneliti berusaha untuk mengeliminir kelemahan yang mungkin

muncul dalam penelitian ini tetapi akibat dari keterbatasan yang ada pada peneliti

ditemukan kemungkinan kelemahan penelitian ini sebagai berikut:

1) Instrumen penelitian ini hanya dibuat oleh peneliti sendiri, walaupun sudah

diujicobakan terlebih dahulu namun diyakini masih ada kelemahan dan

kekurangannya.

2) Meskipun koordinasi secara efektif telah dilakukan dengan guru kelas

eksperimen, namun dalam pelaksanaannya guru belum berani melaksanakan

pembelajaran matematika realistik secara mandiri. Hal tersebut berakibat

pelaksanaan pembelajaran realistik (pada kelas eksperimen) dilakukan oleh

peneliti dan guru kelas bertindak sebagai pendamping. Sebagai usaha agar

manfaat penelitian ini tercapai, setelah pelaksanaan eksperimen dilakukan

refleksi dan diskusi dengan guru dan kepala sekolah tempat eksperimen.

3) Dalam pengerjaan soal tes kemungkinan sekali masih ada yang kerja sama,

sehingga akan berakibat data untuk nilai prestasi belajar pada penelitian ini

menjadi kurang murni. Demikian juga dalam pengisian angket aktivitas

belajar matematika kemungkinan masih banyak peserta didik kurang jujur,

sehingga berakibat pembagian kelompok aktivitas tinggi, sedang dan rendah

commit to user BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya analisis serta mengacu pada

perumusan masalah yang telah diuraikan di muka, dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Prestasi belajar matematika siswa dalam pembelajaran matematika realistik

lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan pendekatan mekanistik pada

pokok bahasan segi empat.

2. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi

lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai

aktivitas belajar sedang dan rendah, sedangkan prestasi belajar matematika

siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang sama dengan prestasi belajar

matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah.

3. Pembelajaran matematika realistik menghasilkan prestasi belajar matematika

yang lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan pendekatan mekanistik

untuk setiap kategori aktivitas belajar yang dimiliki siswa.

4. Pada pembelajaran matematika realistik, prestasi belajar matematika siswa

yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang

mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah, sedangkan prestasi belajar

matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang sama dengan

commit to user

5. Pada pembelajaran dengan pendekatan mekanistik, prestasi belajar

matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik

daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah,

sedangkan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas

belajar sedang sama dengan prestasi belajar matematika siswa yang

mempunyai aktivitas belajar rendah.

Dokumen terkait