• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN

A. Kesimpulan

diperoleh hanya untuk perusahaan tersebut.

B. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang menjadi responden yang akan

ditanyai untuk memperoleh informasi bagi penulis. Dalam penelitian ini

yang menjadi subyek penelitian adalah perawat dan bidan yang sudah

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah variabel-variabel yang akan diteliti. Dalam

penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah persepsi karyawan

pada lingkungan kerja dan semangat kerja perawat dan bidan yang bekerja

di rumah Sakit Panti Secanti Gisting, Lampung.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Panti Secanti Gisting, Lampung

D. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini, variabel penelitiannya terbagi menjadi dua yaitu

variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent

variable).

a. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab adanya perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah persepsi karyawan pada lingkungan

b. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini

adalah semangat kerja karyawan

2. Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini pengukuran variabelnya menggunakan skala

rating, yaitu skala Likert. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2004:86).

Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan

menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai

titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang berupa pernyataan

atau pertanyaan. Jawaban setiap pernyataan atau pertanyaan mempunyai

gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif dengan diberikan skor,

yaitu :

Sangat Setuju 4

Setuju 3

Tidak Setuju 2

E. Definisi Operasional

1. Persepsi Karyawan Pada Lingkungan Kerja Fisik

Persepsi karyawan pada lingkungan kerja fisik adalah

pemahaman/penilaian karyawan terhadap kondisi tempat kerja melalui

penginterprestasian terhadap penangkapan stimulus yang berupa keadaan

atau kondisi fisik tempat kerja dan akan mempengaruhi tingkah laku

karyawan dalam bekerja.

2. Persepsi Karyawan Pada Lingkungan Kerja Psikis

Persepsi karyawan pada lingkungan kerja psikis adalah

pemahaman/penilaian karyawan terhadap kondisi tempat kerja melalui

penginterprestasian terhadap penangkapan stimulus yang berkaitan dengan

hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun sesama rekan kerja.

3. Semangat Kerja

Semangat kerja adalah sikap kejiwaan dan perasaan individu-individu

maupun kelompok terhadap lingkungan kerjanya yang sikap kejiwaannya

dan peranan individu tercermin dengan adanya minat, gairah dan bekerja

secara lebih giat terhadap pekerjaan yang dilakukan

Tabel III.1.

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Skala

Persepsi Karyawan Pada Lingkungan kerja fisik (X1)

Kebersihan - Kebersihan dan kesehatan

di dalam lingkungan kerja terjamin

- Likert

- Kebersihan dan kesehatan

di luar lingkungan kerja terjamin

Penerangan - Penerangan Listrik mencukupi

- Likert

- Penerangan sinar matahari

mencukupi

- Likert

Keamanan fisik

- Rasa aman dan ketenangan

dalam bekerja

- Likert

Pertukaran Udara

- Ventilasi baik sehingga mendukung kelancaran bekerja

- Likert

Kebisingan - Pengaturan tata letak

ruangan

- Likert

Sarana dan Prasarana

- Sarana dan prasarana yang

cukup mendukung - Likert Persepsi Karyawan Pada Lingkungan kerja Psikis (X2) Hubungan dengan atasan

- Tercipta suasana akrab antara para karyawan dengan atasan

- Likert

- Informasi mengenai tugas

dan tanggungjawab selalu disampaikan atasan

- Likert

Hubungan dengan rekan kerja

- Memiliki kerjasama dan

interaksi dengan rekan

sekerja

- Likert

- Keberanian untuk meminta

bantuan pada rekan sekerja

- Likert

Semangat Kerja (Y)

Disiplin kerja

- Sikap, tingkah laku dan

perbuatan sesuai dengan peraturan perusahaan

- Likert

- Tepat waktu - Likert

Kegairahan kerja - Mengerjakan pekerjaan dengan senang - Likert Ketelitian kerja

- Seksama dan cermat dalam melaksanakan pekerjaan

- Likert

Kerajinan kerja

- Giat, dan sungguh-sungguh

dalam bekerja

- Likert

F. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan dari keseluruhan elemen dimana kita akan menarik

beberapa kesimpulan. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah

Gisting, Lampung minimal 1 tahun pada saat penelitian ini dilakukan, yang

berjumlah 60 orang.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data

sebenarnya dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan sebagian perawat dan bidan yang sudah bekerja di Rumah

Sakit Panti Secanti Gisting, Lampung minimal 1 tahun pada saat penelitian

ini dilakukan sebagai sampel, sebanyak 52 orang dengan menggunakan

rumus slovin (Umar, 1998:78):

N n = ——— 1 + Ne² Dimana: n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat ditolerir

60

n = 1 + 60 (0,05)² = 52

G. Teknik Pengambilan Sampel.

Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Sampling

nonprobabilitas yaitu cara pengambilan sampel yang tidak berdasarkan

peluang artinya kemungkinan setiap anggota populasi untuk menjadi anggota

adalah Accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti

dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang bahwa orang yang kebetulan

ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiono, 2009:77)

H. Sumber Data

1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumentasi untuk

memperoleh data yang mendukung dalam penelitian

I. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner adalah metode pengumpulan informasi atau data dengan cara

memberikan daftar pertanyaan tertulis kepada responden mengenai suatu

hal tertentu untuk dijawab secara tertulis pula.

2. Meneliti dokumen

Meneliti dokumen adalah metode pengumpulan informasi atau data

dengan cara mencatat, membaca dan mempelajari hal-hal yang

J. Teknik Pengujian Instrumen

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat ketepatan

antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian dengan data

yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2009:455). Dapat diukur

dengan menggunakan rumus Product Moment dari Pearson (Arikunto,

1989:138) sebagai berikut: 2 2 2 2 ) ( ) ( ) ( ) ( ) )( ( ) ( Y Y n X X n Y X XY n rxy Keterangan:

rxy = koefisien korelasi product moment

N = Jumlah Sampel

x = nilai dari variabel

y = nilai dari total variabel

Koefisiean korelasi antara variabel X dengan nilai total semua variabel

yang diuji (Y) disebut sebagai r hitung. Adapun kriteria valid atau tidaknya

suatu variabel, adalah sebagi berikut ( Nugroho, 2011:24) :

a. r hitung≥ rtabel, maka pertanyaan tersebut valid. b. r hitung < r tabel, maka pertanyaan tersebut tidak valid.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan pada satu pengertian

bahwa sesuatu instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto,

1989:142). Rumus yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas

suatu instrumen adalah rumus Spearman Brown sebagai berikut :

Keterangan:

R11 adalah nilai reliabilitas.

rb adalah nilai koefisien korelasi antara skor-skor belahan tes

Kriteria:

Instrument dikatakan reliabel:

Jika r 11 > r tabel (df: α, n-2)

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah keadaan dimana antara dua variabel

independen atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang

sempurna atau mendekati sempurna(Priyatno,2010:62). Uji asumsi

klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi berganda yang terdiri

X4,...Xn), dimana akan diukur tingkat asosiasi (keeratan) hubungan

atau pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui besaran koefisien

korelasi (r). Dikatakan terjadi multikolinearitas, jika koefisien korelasi

antar variabel bebas (X1 dan X2, X2 dan X3, X3 dan X4, dan seterusnya)

lebih besar dari 0,60. Dikatakan tidak terjadi multikolinearitas jika

koefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan

0,60 (r ≤ 0,60).

Untuk menguji ada tidaknya multikolinieritas dalam model regresi

dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya, yaitu dengan melihat

varian inflation factor. Dimana tolerance mengukur variabel-variabel

bebas yang terpilih tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.

Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi

(karena VIF = I/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinieritas yang

tinggi. Nilai cut-off yang umum dipakai untuk menjelaskan adanya

multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai

VIF > 10 (Ghozali dalam Nugroho, 2011:102).

Secara manual nilai VIF bisa dihitung dengan persamaan :

VIF=

Tolerance = I – R2

Dimana : R2 = koefisien determinasi

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui mengenai

observasi yang satu dengan observasi yang lain. Uji Heteroskedastisitas

akan diuji dengan menggunakan uji koefisien korelasi Spearman’s rho (Priyatno, 2012:158).

Metode uji heteroskedastisitas dengan korelasi Spearman’s rho yaitu mengorelasikan variabel independen denagan nilai unstandardized

residual. Penggujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan uji

2 sisi. Jika korelasi antara variabel independen dengan residual di dapat

signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi

masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan dimana pada model regresi ada korelasi

antara residual pada periode t dengan residual pada periode sebelumnya

(t-1). Model regresi yang baik adalah yang tidak terdapat masalah

autokorelasi. Metode pengujian yang dilakukan uji Durbin-Watson

(DW test). (Priyatno, 2012:172).

Cara untuk menguji adanya Autokorelasi adalah dengan mengunakan

uji Durbin-Watson. Pengambilan keputusan pada uji Durbin Watson

adalah sebagai berikut :

DU < DW< 4-DU maka H0 diterima, artinya tidak terjadi autokorelasi.

DW<DL atau DW>4-DL maka H0 ditolak, artinya terjadi autokorelasi.

DL<DW<DU atau 4-DU<DW<4-DL, artinya tidak ada kepastian atau

d. Uji Normalitas

Uji Normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah

nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal

atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual

yang berdistribusi secara normal. Uji normalitas yang digunakan untuk

penelitian ini adalah uji one sample Kolomogorov Smirnov, dalam hal

ini untuk mengetahui apakah residual terdistribusi normal, jika nilai

signifikansi lebih dari 0.05. (Priyatno, 2012:144).

K. Teknik Analisis Data.

Untuk menguji hipotesis yaitu apakah persepsi karyawan pada lingkungan

kerja fisik dan psikis berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan,

maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mencari persamaan regresi linier berganda dengan menggunakan

rumus :

Y = a + b1 X1 + b2 X2

Keterangan:

Y : variabel terikat (semangat kerja)

X1 : variabel bebas (persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja

Fisik)

X2 : variabel bebas (Persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja

a : Konstanta

b1 : Koefisien regresi X1

b2 : Koefisien regresi X2

b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa

besar prosentase sumbangan pengaruh variabel independen secara

bersama-sama terhadap variabel dependen. (Priyatno, 2010:83)

c. Uji F

Menurut Kuncoro dan Ridwan (2007:82-83), uji statistik F pada

dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan

dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel terikat. Untuk mengetahui apakah persepsi karyawan pada

lingkungan kerja fisik dan psikis secara simultan berpengaruh pada

semangat kerja karyawan secara signifikan maka digunakan uji F,

dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan :

R2 = Koefisien determinasi

k = jumlah variabel independent

Langkah-langkah Uji F adalah sebagai berikut:

1) Rumusan hipotesis

H0 : b1 =b2 = 0, persepsi karyawan mengenai lingkungan kerja fisik

dan psikis secara simultan tidak berpengaruh terhadap semangat

kerja karyawan.

Ha : Paling sedikit satu nilai b tidak sama dengan 0, persepsi

karyawan mengenai ligkungan kerja fisik dan pskis secara simultan

berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan.

2) Level of significance

Probabilitas keyakinan yang digunakan adalah sebesar α =5%

3) Menghitung nilai Fhitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

R2 = Koefisien determinasi

k = jumlah variabel independent

n = banyaknya sampel

4) Menentukan kriteria pengujian

H0 diterima apabila F hitung ≤ F tabel, sedangkan Ha diterima apabila F hitung > F tabel.

5) Kesimpulan

Jika H0 diterima berarti persepsi karyawan mengenai

lingkungan kerja fisik dan psikis secara simultan tidak berpengaruh

terhadap semangat kerja karyawan.

Jika Ha diterima berarti persepsi karyawan mengenai

ligkungan kerja fisik dan pskis secara simultan berpengaruh

terhadap semangat kerja karyawan.

d. Uji t

Uji t untuk mengetahui apakah secara parsial variabel independen

berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen.

Dalam hal ini untuk mengetahui apakah secara parsial variabel

persepsi karyawan pada lingkungan kerja fisik dan psikis berpengaruh

secara signifikan atau tidak terhadap semangat kerja karyawan, maka

perlu dilakukan uji t pada masing-masing variabel dengan rumus

sebagai berikut.

t =

keterangan:

b : Koefisien regresi seb : Standar eror dimana:

Dalam penelitian ini akan diuji dua variabel independen yang akan

diketahui pengaruh dari masing-masing variabel terhadap variabel

dependen yaitu :

1) Persepsi karyawan pada lingkungan kerja fisik

a) Rumusan hipotesis:

H0 : b1 = 0, Persepsi karyawan pada lingkungan kerja fisik tidak

berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan.

Ha : b2 ≠ 0, Persepsi karyawan pada lingkungan kerja fisik berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan.

b) Level of significance

Probabilitas keyakinan yang digunakan adalah sebesar α =5% c) Menghitung Nilai thitung dengan mengunakan rumus:

keterangan:

b1 = koefisien regresi Sb1 = Standard deviation n = jumlah sampel

d) Menentukan kriteria pengujian

H0 diterima apabila (-) ttabel ≤ thitung ≤ (+) ttabel H0 ditolak apabila (-) ttabel > thitung > (+) ttabel

e) Kesimpulan

Jika H0 diterima berarti Persepsi karyawan pada lingkungan

kerja fisik tidak berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan.

Jika H0 ditolak berarti Persepsi karyawan pada lingkungan kerja

fisik berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan.

2) Persepsi karyawan pada lingkungan kerja psikis

a) Rumusan hipotesis:

H0 : b1 = 0, Persepsi karyawan pada lingkungan kerja psikis

tidak berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan.

Ha : b2 ≠ 0, Persepsi karyawan pada lingkungan kerja psikis berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan.

b) Level of significance

Probabilitas keyakinan yang digunakan adalah sebesar α =5% c) Menghitung Nilai thitung dengan mengunakan rumus:

keterangan:

b1 = koefisien regresi Sb1 = Standard deviation n = jumlah sampel

d) Menentukan kriteria pengujian

H0 diterima apabila (-) ttabel ≤ thitung ≤ (+) ttabel H0 ditolak apabila (-) ttabel > thitung > (+) ttabel

e) Kesimpulan

Jika H0 diterima berarti Persepsi karyawan pada lingkungan

kerja psikis tidak berpengaruh terhadap semangat kerja

karyawan.

Jika H0 ditolak berarti Persepsi karyawan pada lingkungan kerja

46

BAB IV

GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya Rumah Sakit Panti Secanti

Pada tahun 1955-1956 Suster-suster Fransiskanes dari Pringsewu sering

berkunjung ke Gisting. Mulanya tujuan mereka hanyalah untuk beristirahat

karena Gisting merupakan daerah di kaki Gunung Tanggamus yang berhawa

sejuk, namun kemudian para suster melihat bahwa masyarakat sekitar

membutuhkan pelayanan terutama dalam bidang kesehatan. Pada tanggal 2

Januari 1956 para suster membeli sebidang tanah dari salah seorang

penduduk, yaitu Tuan K. Kloer. Di sana didirikan sebuah klinik yang sangat

sederhana, serta sebuah biara untuk tempat tinggal para suster.

Tanggal 26 November 1956 Klinik Bersalin Panti Secanti diresmikan

oleh dr. Darwis Kepala Dinas Kesehatan Rakyat Daerah Kabupaten Lampung

Selatan. Sebagai supervisor ditunjuk dr. E. Eibl, seorang dokter

berkebangsaan Jerman yang bertempat tinggal di Kota Agung. Sewaktu

diresmikan klinik Bersalin Panti Secanti hanya memiliki enam buah tempat

tidur, dengan sarana dan prasarana yang sangat sederhana. Tahun 1961 Klinik

dikembangkan menjadi delapan belas tempat tidur, dilengkapi dengan sebuah

ruang persalinan serta penunjang yang lebih memadai.

Pada tahun 1982, dr. Anisah, Kepala Puskesmas Gisting, menyarankan

sebuah poli klinik (Balai Pengobatan), memperhatikan banyaknya kasus yang

dilayani selain ibu hamil dan bayi-bayi/anak-anak. Bulan Juli 1982 balai

pengobatan Panti Secanti diresmikan oleh dr. Christian MPH, Kepala Kantor

Wilayah Departemen Kesehatan RI di Lampung waktu itu. Saat itu jumlah

tempat tidur 32 buah dan rumah sakit mulai banyak diminati para pasien.

Pelayanan untuk melayani masyarakat, rumah sakit ibu dan anak Panti

Secanti sangat mengutamakan KASIH UNIVERSAL; tanpa membedakan

suku, ras, agama serta tidak mencari keuntungan (non profit). Ini tercermin

dalam spiritual yang dihidupi oleh para suster FSGM yang mengutamakan

pelayanan bagi penderita sakit yang kurang mampu. Perkembangan

selanjutnya, atas dukungan masyarakat/pasien, RB-BKIA-BP Panti Secanti

mempertimbangkan untuk mengadakan rawat inap bagi semua penderita

sakit. Hal tersebut dibicarakan dengan Pimpinan Kongregasi Suster-suster

Fransiskanes dan pihak Yayasan Dwi Bakti, sebagai pemilik dan

penyelenggara.

Mengingat Sumber Daya Manusia yang belum memungkinkan, Panti

Secanti bersama Kepala Puskesmas Gisting mengkonsultasikannya dengan

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan. Dalam konsultasi

bulan Agustus 1996, disetujuilah peningkatan pelayanan Panti Secanti

menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak. Hal ini direalisir dengan rekomendasi

dari dr. Yudi Prayuda MPH, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung

Gerak dan gejolak masyarakat yang berawal pada tanggal 27 Juli 1997

ternyata membawa dampak luas. Masyarakat secara menyeluruh sering

mempercayakan keselamatan mereka ke RSIA Panti Secanti. Gejala

kebutuhan yang mendesak ini menggugah hati pengelola dan pemilik Panti

Secanti untuk segera memperluas jangkauan dan pembenahan dilaksanakan

agar dapat menstandarkan dan memaksimalkan pelayanan bagi semua pasien.

Pada Tahun 2002 tepatnya pada bulan Oktober RSIA Panti Secanti

meningkatkan pelayanan menjadi Rumah Sakit Umum dengan direktur dr. T.

Welly Stefanus. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan

menyetujui dan menandatangani semua hal yang berkaitan dengan mulainya

rumah sakit Panti Secanti, yang menerima semua penderita sakit. Pada

tanggal 28 Februari 2005 Departemen Kesehatan memberikan izin

operasional tetap. Perkembangan rumah sakit hingga saat ini semakin baik

dan terakreditasi sehingga pihak pemerintah setempat memberikan izin

penyelenggaraan Rumah Sakit Panti Secanti perpanjangan II menurut

Kepmenkes No. B. 195/33/12/2010, Dengan masa berlaku dari tahun 2010-

B. Visi, Misi, Motto, Nilai Dasar, Tujuan dan Filosofi Rumah Sakit Panti Secanti.

1. Visi

Rumah Sakit yang peduli, profesional, dan menyelamatkan sebagai tanda

kasih Allah yang penuh kerahiman melalui pelayanan yang holistik.

2. Misi

a. Memberikan pelayanan kesehatan dengan ramah, bermutu, dan

penuh kasih yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat bersama

mitra kerja demi meningkatkan derajat kesehatan.

b. Melayani penuh tanggung jawab dengan meningkatkan kualitas dan

kuantitas sumber daya manusia serta sarana prasarana secara terus

menerus.

c. Menjaga dan memelihara lingkungan yang sehat dan harmonis.

3. Motto

Melayani dengan ramah dan kasih.

4. Nilai Dasar Rumah Sakit Panti Secanti

a. Bekerja dengan ikhlas

b. Keterbukaan dan ramah tamah

c. Saling menghargai dan kasih sayang

5. Tujuan

Meningkatkan kemampuan pelayanan melalui penyediaan sarana dan

prasarana, Profesionalisme SDM secara berkesinanbungan dan

peningkatan hubungan kemitraan dengan unit atau intlasi dan organisasi.

6. Filosofi

Melayani dengan gembira dalam kasih, setiap pribadi yang bekerja di

Rumah Sakit Panti Secanti Tanggamus, siap melayani setiap orang yang

membutuhkan pelayanan kesehatan sehingga rumah sakit merupakan

rumah ke dua yang nyaman.

C. Struktur Organisasi

Organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang bekerjasama

untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi rumah sakit Panti Secanti

menunjukkan adanya hubungan antar bagian dalam rumah sakit. Rumah sakit

Panti Secanti secara organisasi berada di bawah Yayasan Santo Georgius

yang dimiliki oleh para suster FSGM. Rumah sakit Panti Secanti dipimpin

oleh seorang Direktur yang bertanggung jawab langsung kepada Yayasan

Santo Georgius. Bagan struktur organisasi rumah sakit Panti Secanti dapat

dilihat pada gambar 4.1.

1. Tugas pokok Direktur sebagai berikut:

a. Menciptakan kekaryaan yang nyaman, tanggungjawab dan rasa

b. Merencanakan dan mengembangkan pelayanan, sumber daya dan

fasilitas.

c. Melaksanakan pengendalian serta pengawasan yang berkaitan dengan

aktivitas pemanfaatan sumber daya, mengadakan penilaian dan

pelaporan mengenai tanggungjawab direktur kepada Yayasan.

d. Melaksanakan semua kebijakan yang telah ditetapkan oleh Yayasan.

2. Komite medis mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme staf medis

dengan cara melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan

melakukan pelayanan di rumah sakit. Melalui penyusunan dan

pengkomplikasian daftar kewenangan klinik sesuai dengan masukan dari

kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang berlaku,

memelihara mutu profesi, menjaga disiplin, etika dan perilaku staf medis.

3. Komite etik mempunyai tugas memberikan masukan kepada direktur

melalui ketua komite medis mengenai hal-hal terkait dengan kode etik

kedokteran, menerima laporan tentang masalah-masalah etika medis,

memberi usulan, saran dan rekomendasi serta pertimbangan dalam

penanganan kasus etika medis, memberikan usulan saran serta

pertimbangan kepada direktur melalui ketua komite medis.

4. Tim mutu rumah sakit memiliki tugas mengkoordinir semua kegiatan yang

berkaitan dengan upaya meningkatkan mutu pelayanan, memimpin rapat-

rapat mengenai upaya meningkatkan mutu pelayanan, menentukan jadwal

kebijakan yang telah disepakati serta bertanggungjawab atas pelaksanaan

kegiatan dan hasil-hasil kebijakan yang sudah disepakati bersama

5. Sekretariat humas dan pemasaran, bertugas mengelola sistem surat

menyurat baik surat masuk atau keluar, baik intern maupun ekstern dalam

lingkup direksi, menyusun perumusan kebijakan secretariat, kebijakan

humas dan pemasaran, membuat program kerja, meningkatkan kinerja

rumah sakit yang optimal kepada pasien, keluarga pasien dan masyarakat

atau pihak ketiga, berwenang memberikan saran dan pertimbangan sebagai

masukan yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas sekretariat, humas

dan pemasaran demi kemajuan rumah sakit, mengusulkan rencana

program kerja serta bertanggungjawab secara fungsional dalam mengelola

kegiatan di bidang humas dan pemasaran untuk meningkatkan kinerja

rumah sakit yang optimal.

6. Seksi Pelayanan keperawatan, bertugas memimpin dan mengoordinasi

pelaksanaan dan kegiatan teknis bagian keperawatan, membantu kepala

pelayanan medis dalam perencanaan dan kegiatan teknis keperawatan,

membuat perencanaan dan target pelayanan kesehatan pada instalasi-

instalasi yang dibawahinya, menyusun program pelaksanaan, perencanaan

dan penyelenggaraan yang optimal kepada pasien dan keluarga pasien,

mengkoordinasikan seluruh pelaksanaan kegiatan dalan keperawatan,

Dokumen terkait