• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kemungkinan pemerintah daerah mendapat opini WTP/WTP-DPP dengan

menggunakan variabel derajat desentralisasi fiskal, kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah dan tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan BPK dengan variabel kontrol yaitu asset tetap, umur administratif daerah dan daerah induk yang mengalami pemekaran sebesar 26.39 %. Sebaliknya kemungkinan pemerintah daerah mendapat opini selain WTP/WTP-DPP dengan menggunakan variabel derajat desentralisasi fiskal, kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah dan tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan BPK dengan variabel kontrol yaitu asset tetap, umur

administratif daerah dan daerah induk yang mengalami pemekaran sebesar sebesar 92.24 %.

2. Pemerintah daerah dengan derajat desentralisasi fiskal yang sangat baik kemungkinan mendapat opini WTP/WTP-DPP semakin besar, sebaliknya pemerintah daerah dengan derajat desentralisasi fiskal yang sangat kurang cenderung mendapatkan opini selain WTP/WTP-DPP. Hal ini sesuai dengan

grand design desentralisasi fiskal bahwa visi desentralisasi fiskal adalah menciptakan alokasi sumber daya nasional yang efisien melalui hubungan

keuangan pusat dan daerah yang transparan, akuntabel dan berkeadilan. Selain itu Moisiu (2013) menyatakan bahwa tingkat otonomi daerah

merupakan indikator paling penting dalam menetukan akuntabilitas. Karena dengan otonomi daerah, maka daerah akan lebih berkompeten dan

bertanggung jawab dalam pengelolaan keuangan daerah.

3. Pemerintah daerah yang mendapatkan skor EKPPD dengan status kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah yang sangat tinggi, kemungkinan akan mendapatkan opini WTP/WTP-DPP lebih besar. Hal ini sesuai PP No.3 Tahun 2007 bahwa dasar penyusunan LPPD yang menjadi dasar pelaksanaan EKPPD menganut prinsip transparansi dan akuntabilitas. Sehingga dengan pencapaian skor EKPPD yang sangat tinggi, maka pengelolaan keuangan pemerintah daerah semakin transparan dan akuntabel. Penelitian Mudofar dan Tahar (2016) menyatakan bahwa kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap akuntabilitas yang diproksikan dengan opini BPK.

4. Pemerintah daerah dengan persentase yang tinggi dalam menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan kemungkinan mendapatkan opini WTP/WTP- DPP semakin besar. Hasil penelitian ini sesuai dengan Setyaningrum (2014) yang menyatakan bahwa untuk mempertahankan opini audit yang sudah baik pada tahun lalu, perlu menaikkan persentase tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan pada periode ini. Selain itu dengan menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan tahun lalu, maka kesalahan yang sama tidak akan terulang kembali pada tahun berikutnya. Sehingga pencapaian opini tahun berikutnya juga diharapkan semakin baik karena kualitas laporan keuangan meningkat.

5. Variabel kontrol yaitu :

- Pemerintah daerah yang mempunyai jumlah asset tetap banyak, maka kemungkinan pemerintah daerah mendapatkan opini WTP/WTP-DPP semakin besar. Hal ini disebabkan karena pemerintah daerah sudah melaksanakan perbaikan administrasi terhadap inventarisasi asset tetap, penyempurnaan pencatatan asset tetap ke dalam neraca, penambahan asset tetap sudah dicatat dalam Kartu Inventaris Barang (KIB) dan pencatatan asset tetap ke dalam neraca sudah didukung dengan bukti kepemilikan dan pembelian.

- Umur daerah yang lebih lama tidak menjamin pemerintah daerah mendapatkan opini WTP/WTP-DPP. Hal ini karena pemerintah daerah yang baru lebih termotivasi untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian pegawainya supaya tidak tertinggal dari daerah induk. Daerah otonomi baru cenderung memiliki masalah yang lebih sedikit karena baru terbentuk. Hal ini sejalan dengan penelitian Fatimah et al. (2014) yaitu umur daerah tidak berpengaruh terhadap opini .Selain itu hasil penelitian Feriyanti et al. (2015) juga menyatakan bahwa umur pemerintah daerah berhubungan negatif dengan pengungkapan laporan keuangan.

- Daerah induk yang mengalami pemekaran berpengaruh negatif dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak daerah yang dimekarkan, maka kemungkinan pemerintah daerah untuk mendapatkan opini WTP/WTP-DPP semakin kecil. Hal ini terjadi karena pemekaran daerah akan menimbulkan masalah yang berdampak pada pencapaian opini laporan keuangan pemerintah daerah. Antara lain masalah serah

terima asset yang tidak didukung dengan dokumentasi dan data, perebutan wilayah daerah otonomi baru dengan daerah induk dan tidak ada berita acara mengenai jumlah bantuan yang diserahkan dari kabupaten induk kepada daerah otonomi baru. Sejalan dengan penelitian Simamora dan Halim 2013 yang menyatakan bahwa permasalahan yang ditimbulkan akibat pemekaran daerah dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah variabel derajat desentralisasi fiskal terhadap opini LKPD belum di dukung dengan penelitian sebelumnya yang memadai. Variabel asset tetap yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah asset tetap dan tidak memperhitungkan jumlah temuan audit BPK mengenai asset tetap. Selain itu pengelompokan kategori untuk variabel dependen yaitu opini LKPD tidak di dukung dengan literatur yang cukup memadai. Sehingga perlu kehati-hatian dalam menyimpulkan mengenai hasil dari penelitian ini.

5.3 Saran

1. Bagi pemerintah daerah dengan tingkat desentralisasi fiskal yang masih sangat kurang, seharusnya terus menggali potensi yang ada di daerah baik potensi sumber daya alam maupun dari penerimaan pajak daerah. Sehingga pemerintah daerah lebih mandiri dalam menyelenggarakan pemerintahannya dan tidak tergantung dari pemerintah pusat.

2. Pemerintah daerah dengan status kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah sedang dan rendah sebaiknya meningkatkan pencapaian SPM, kebijakan teknis mengenai penyelenggaraan pemerintah harus sesuai dengan undang- undang, pengelolaan keuangan harus lebih transparan, kemampuan sumber daya manusia lebih professional. Sehingga kualitas penyelenggaraan pemerintah daerah meningkat.

3. Pemerintah daerah yang belum menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan, wajib menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan. Berdasarkan Peraturan BPK No. 2 Tahun 2010, pemerintah daerah melalui bupati/walikota wajib menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah laporan hasil pemeriksaan diterima.

4. Pemerintah daerah yang mempunyai umur yang lebih lama hendaknya meningkatkan kualitas dan kemampuan pegawai khususnya dalam hal penyusunan laporan keuangan sehingga menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas.

5. Pemerintah pusat lebih bijaksana dalam membentuk daerah otonomi baru. Karena pembentukan daerah otonom baru dengan harapan mewujudkan sistem pemerintahan yang lebih baik dapat mengakibatkan permasalahan yang berdampak pada kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. 6. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel lain yang

lebih berpengaruh dengan literatur dan penelitian sebelumnya yang memadai sehingga diharapkan hasil penelitiannya semakin baik. Selain itu untuk asset

tetap sebaiknya di ukur menggunakan jumlah temuan audit sehingga lebih mencerminkan pengaruh terhadap pencapaian opini LKPD.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Sait. 2005. Desentralisasi; Konsep, Teori, dan Perdebatannya. Jurnal Desentralisasi Vol. 6, No. 4.

Abimanyu, Anggito. 2004. Exit Strategy dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2004. http://www.fiskal.depkeu.go.id/

Aheruddin. 2008. Pengelolaan Keuangan Daerah di Era Otonomi. Melalui (http://www.sumbawanews.com). (29/07/2016).

Ariefianto, Moch. Doddy. 2012. Ekonometrika Esensi Aplikasi Dengan Menggunakan EViews. Jakarta: Erlangga

Astuti, Titik Puji. 2016. Good Governance Pengelolaan Keuangan Desa Menyongsong Berlakunya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014. Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.1, No.1, Maret 2016.

Badan Pemeriksaan Keuangan. 2009. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK RI Semester I Tahun 2008. BPK Perwakilan Nusa Tenggara Timur. Kupang.

Badan Pemeriksaan Keuangan. 2012a. Laporan Survei EksternalIndikator Kinerja Utama BPK. Jakarta.

Badan Pemeriksaan Keuangan. 2013. Rencana Strategis. Badan Pemeriksaan Keuanga (BPK). http://www.bpk.go.id/page/rencana-strategis (download 31 Juli 2016)

Bahl, Roy W. 2000. China: Evaluating the Impact of Intergovernmental Fiscal Reform dalam Fiscal Decentralization in Developing Countries.

Edited by Richard M. Bird and Francois Vaillancourt, United Kingdom: Cambridge University Press.

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga

Bird, Richard M., Vaillancourt, Francois. 2000. Desentralisasi Fiskal di Negara- Negara Berkembang. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Carnegie dan West. 2005. Making Accounting Accountable in the Public Sector. Critical Perspective on Accounting (vol.16), pp.905-928

Chalid, Pheni. 2005. Keuangan Daerah, Investasi dan Desentralisasi tantangan dan hambatan. Jakarta : PT Kemitraan.

Dwiputrianti, Septiana. 2008. Efektivitas laporan hasil temuan pemeriksaan dalam mewujudkan reformasi transparansi fiskal dan akuntabilitas sektor publik di Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi, Vol.V, No. 4.

Dwirandra. 2008. Efektivitas dan Kemandirian Keuangan Daerah Otonom Kabupaten/Kota di Propinsi Bali Tahun 2002 – 2006. Jurnal Ilmiah. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Udayana. Denpasar.

Fatimah, Desi, Ria Nelly Sari, Rasuli. 2014. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern, Kepatuhan Terhadap Perundang-undangan, Opini Audit Tahun Sebelumnya Dan Umur Pemerintah Daerah Terhadap penerimaan Opini Wajar Tanpa Pengecualian Pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Di Seluruh Indonesia. Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 1, Oktober 2014.

Feriyanti, Mira, Hermanto, Ni Luh Suransi. Determinan Kepatuhan Pada Ketentuan Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Jurnal Infestasi, Vol.11, No. 2, Desember 2015, Hal. 171 - 185

Fontanella, Amy dan Hilda Rossieta. 2014. Pengaruh Desentralisasi Fiskal Dan Kinerja Terhadap Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Pemda Di Indonesia.

Simposium Nasional Akuntansi XVII. Lombok..

Gujarati, Damodar N. Porter, Dawn C. 2012. Dasar-dasar ekonometrika. Edisi 5. Buku 2. Salemba Empat. Jakarta

Halim, Abdul & Syam Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik :Teori, Konsep dan Aplikasi.Jakarta : Salemba Empat

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi dan Pengendalian Keuangan Daerah.Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Halim, Abdul & Syam Kusufi. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.

Halim, Abdul. 2011. Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi Ketiga. UPP AMP YKPN.

Haryanto, Sahmuddin, dan Arifuddin. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Pertama: Universitas Diponegoro. Semarang.

Hasthoro. Handoko A. Sunardi. Tata Kelola Publik dan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. XIX No. 1, April 2016.

Heriningsih, Sucahyo, Marita. 2013. Buletin ekonomi Vol. 11, No. 1.

Heriningsih, Sucahyo. Analisis Kinerja Penyelenggara Pemerintah Daerah Dan Tingkat Korupsi Di analisis Dari Opini Auditor. Univesity Research Colloquium 2015

Huther, Jeff and Anwar Shah. 1998. Applying a Simple Measure of Good Governance to the Debate on Fiscal Decentralization. Washington, DC : World Bank

Jensen, M., and Meckling, W. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs, and ownership structure. Journal of Financial Economics, 3: 305-360.

Kadjatmiko, 2002. Dinamika Sumber Keuangan bagi Daerah dalam Rangka Otonomi Daerah. Prosiding Workshop Internasional Implementasi Desentralisasi Fiskal sebagai Upaya Memberdayakan Daerah dalam Membiayai Pembangunan Daerah. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.

Kementerian Keuangan. 2012. Grand Design Desentralisasi Fiskal Indonesia. Dirjen Perimbangan Keuangan.

Khasanah, Nur lailatul. 2014. Pengaruh Karakteristik, Kompleksitas dan Temuan Audit terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Diponegoro Journal of Accounting Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 1-11

Komite Nasional Kebijakan Governance. 2010. Pedoman Umum Good Public Governance.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Yogyakarta: Erlangga

Lane, J.E. (2000). New Public Management. Routledge, London.

LAN dan BPKP. 2001. Akuntabilitas dan Good Governance. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara (LAN).

Lesmana, Sigit I. 2010. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib di Indonesia. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Mandell, Lee M. 1997. Performance Measurements and Management Tools in North Carolina Local Goverment.Public Administration Quarterly. Spring 1997; Vol. 21:96.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi. Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:

Penerbit Andi

Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi. Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi

Moisiu, Alexander (2013). Decentralizations and The Increased autonomy in Local Governments. Procedia-Social and Behavioral Sciences, pp.459- 463.

Mudhofar, Kurniatun dan Afrizal Tahar. 2016. Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Terhadap Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Di Indonesia: Efek Moderasi dari Kinerja. Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol. 17 No. 2, Hlm: 176-185.

Musgrave, Richard A dan Peggy B Musgrave. 1991. Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Edisi ke-5 Penerbit Erlangga

Parker, Wayne C. (1993). Performance Measurement in the Public Sector. State of Utah.

Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan PertanggungjawabanKepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi LaporanPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat.

Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan No. 2 Tahun 2010 Tentang Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 73 Tahun 2009 tentang Tata cara Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Jakarta : Kementrian Dalam Negeri.

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Puspita, Rora & Martani, Dwi. 2012. Analisis Pengaruh Kinerja Dan Karakteristik Pemda Terhadap Tingkat Pengungkapan Dan Kualitas Informasi Dalam Website Pemda. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XV.

Raharjo, Eko. 2007. Teori Agensi dan Teori Stewardship dalam Perspektif Akuntansi. Fokus Ekonomi. Vol 2 No 1. Juni 200

Rasul, Syahrudin. 2002. Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan Anggaran dalam Perspektif UU No. 17/2003 Tentang Keuangan Negara. PNRI. Jakarta

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan antara Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang seharusnya PP No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Jakarta.

Saragih, Juli Panglima . 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Sari, Diana. 2013. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan, Penyelesaian Temuan Audit terhadap Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Penelitian Pada Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Barat dan Banten). Simposium Nasional Akuntansi XVI, Manado.

Setyaningrum, D., Gani, L., Martani, D. dan Kuntadi, C. 2014. Pengaruh Kualitas Auditor dan Pengawasan Legislatif terhdap Temuan Audit dengan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan sebagai Variabel Intervening. Simposim Nasional Akuntansi XVII

Setyaningrum, Dyah . 2012. Analisis Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol 9 No. 2, Desember 2012 (154-170).

Simamora, Rudianto, Abdul Halim. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Asset Pasca Pemekaran Wilayah dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah di Kabupaten Tapanuli Selatan.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 13, No. 02.

Supriyadi, Armandelis dan Selamet Rahmadi. 2013.Analisis Desentralisasi Fiskal di Kabupaten Bungo. Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Turner, Mark and Hulme, David. 1997. Governance, Administrasi, and Development: Making The State Work. London: Mac Millan Press Ltd. Winarno, Wing Wahyu. 2015. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan

EViews. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

http://aliffathurrochman12.blogspot.co.id/2010/01/analisis-sensitivitas.html http://muhammadahsanthamrin.blogspot.co.id/2016/03/tindak-lanjut-temuan- kerugian-negara.html http://www.kompasiana.com/ibnujandi/kajian-atau-analisis-rasio-anggaran- pendapatan-daerah-pada-apbd-2014-di-34-provinsi-dalam-wilayah-nkri, 20 Juni 2015 http://www.kemendagri.go.id/news/2015/05/07/hasil-ekppd-terhadap-lppd-tahun- 2013-dalam-rangka-memperingati-hari-otda-ke-xix- tanggal-27-april-2015) http://www.warungkopipemda.com/sekilas-permasalahan-aset-tetap- danpengaruhnya-terhadap-opini-laporan-keuangan-pemerintah-daerah/ http://www.bpk.go.id/assets/files/magazine/edisi-04-volii-april- 2012_hal_2_____22_.pdf, 20 Desember 2016

Dokumen terkait