• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa secara signifikan pada materi bangun ruang. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan postes kelompok kontrol dengan menggunakan uji U dan menggunakan = 5% two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,000. Karena yang diuji satu arah, jadi 0,000 dibagi dua, sehingga P-value (Sig.1-tailed) = 0,000. Karena P-value (Sig.1-tailed) nilainya kurang dari , maka ditolak atau diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa secara signifikan pada materi bangun ruang. Artinya, model pembelajaran konvensional yang selama ini dianggap buruk ternyata sebenarnya tidak seburuk yang dituduhkan kepadanya. Dengan model pembelajaran yang dilakukan dengan baik, seperti perencanaan yang matang, kinerja guru yang optimal, siswa diarahkan dengan baik, dan sebagainya maka hasilnya pun akan baik.

2. Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe think-pair-share dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa secara signifikan pada materi bangun ruang. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan data postes kelompok eksperimen dengan menggunakan uji t’ Sampel Independen dan menggunakan = 5% two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,000 (dilihat dari equal variances not assumed). Karena yang diuji satu arah, sehingga 0,000 dibagi dua, sehingga P-value (Sig.1-tailed) = 0,000. Hasil yang diperoleh P-value < , maka ditolak atau diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe think-pair-share dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa secara signifikan pada materi bangun ruang. Artinya, suatu hal yang wajar model kooperatif tipe think-pair-share dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, karena dengan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe think-pair-share, siswa dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas, siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil, siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, di mana tiap kelompok hanya terdiri dari dua orang, dan siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan seluruh temannya sehingga ide yang ada menyebar.

3. Pembelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe think-pair-share lebih baik secara signifikan daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi bangun ruang. Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,000. Karena yang diuji satu arah, jadi 0,000 dibagi dua, sehingga P-value (Sig.1-tailed) = 0,000. Karena P-value (Sig.1-tailed) nilainya kurang dari nilai , maka ditolak dan diterima. Ini berarti peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bangun ruang menggunakan model kooperatif tipe think-pair-share lebih baik daripada pembelajaran bangun ruang menggunakan model konvensional untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa kelas IV. Artinya, jika guru sudah terbiasa menggunakan konvensional dengan baik, maka upaya-upaya guru untuk menambah pengetahuan mengenai pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe think-pair-share akan lebih berdampak positif. Selain itu, ada beberapa poin dalam model kooperatif tipe think-pair-share yang tidak ditemukan dalam model pembelajaran konvensional, sehingga wajar model kooperatif tipe think-pair-share lebih baik daripada pembelajaran bangun

109

ruang menggunakan model konvensional dalam meningkatkan kemampuan komunikasi siswa.

4. Setelah melakukan pembelajaran bangun ruang dengan menggunakan model kooperatif tipe think-pair-share, siswa memberi respon positif terhadap pembelajaran perkalian menggunakan model kooperatif tipe think-pair-share yaitu siswa senang dengan adanya diskusi bersama teman, memberikan pendapat kepada teman kelompok lain, belajar dalam suasana yang tenang, dan mendapat penghargaan dari guru. Setelah diberikannya angket, rata-rata skor siswa yang diperoleh siswa sebesar 4,20 atau siswa memiliki respon positif. Artinya, sebuah pembelajaran jika dilakukan dengan baik dan menyenangkan ternyata mampu membuat respon siswa menjadi positif, sehingga siswa akan belajar dengan baik.

5. Faktor yang mendukung dalam pembelajaran bangun ruang dengan menggunakan model kooperatif tipe think-pair-share yaitu kinerja guru yang optimal, dan aktivitas siswa yang cenderung dalam kategori baik. Adapun faktor penghambat terlaksananya pembelajaran bangun ruang dengan menggunakan model kooperatif tipe think-pair-share selama penelitian ini, yaitu terutama dari faktor siswa. Pada tahap pair, masih saja ada siswa yang suka ribut saat diskusi. Artinya, pengawasan guru terhadap siswa harus lebih ditingkatkan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang diajukan yaitu sebagai berikut.

1. Bagi Guru

a. Sebelum melakukan proses pembelajaran, disarankan guru harus mengetahui kemampuan awal siswa, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran guru dapat memberikan perlakuan yang berbeda pada siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

b. Siswa yang memiliki kemampuan awal rendah hendaknya selalu diperhatikan dan diberi perlakuan yang berbeda, serta harus selalu

dimotivasi dan diberi kiat-kiat mudah dalam memahami materi, untuk meningkatkan kemampuan dalam memahami materi pelajaran.

c. Guru harus lebih memahami karakter dari masing-masing siswa.

d. Guru-guru yang mengajar dengan model pembelajaran konvensional yang masih buruk, belajarlah mengenai model pembelajaran konvensional dengan benar, karena memang sudah terbukti model pembelajaran konvensional itu jika dilakukan dengan cara yang benar itu bagus. Setelah belajar konvensional yang benar, lanjutkan belajar model pembelajaran yang lain supaya hasilnya lebih bagus.

2. Bagi Siswa

a. Siswa disarankan untuk memanfaatkan waktu dengan baik, sehingga setiap tahapan yang ada dalam proses pembelajaran think-pair-share dapat terlaksana dengan baik.

b. Siswa yang ditegur oleh guru, tidak perlu berkecil hati apalagi menimbulkan trauma, jadikan motivasi untuk lebih baik kedepannya. c. Siswa tidak perlu malu atau takut dalam mengemukakan pendapat,

bertanya atau menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

3. Bagi Peneliti Lain

a. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian pada mata pelajaran IPA guna mengetahui keberhasilan penerapan pembelajaran kooperatif model think-pair-share.

b. Apabila ingin menerapkan model pembelajaran ini, agar disesuaikan dengan jumlah siswa di sekolah tempat diadakan penelitian.

4. Bagi Sekolah

a. Kepala sekolah hendaknya lebih menghimbau, mendorong, serta mengusahakan peningkatan kualitas dan keterampilan guru, dengan memberikan dana yang cukup bagi guru untuk mengikuti diklat, workshop, penataran, profesi guru, sertifikasi, dan lain-lain.

111

b. Mengundang pakar dari setiap mata pelajaran yang ada di SD, sehingga guru dapat berkonsultasi atau sharing mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masing-masing mata pelajaran.

112 Daftar Pustaka

Adjie, N. dan Maulana. (2006). Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: UPI Press.

Ananda, Ridho. (2012). Komunikasi Matematika. [Online]. Tersedia:

http://modelpembelajaranonline.blogspot.com/2012/11/komunikasi-matematika-nctm.html. [15 April 2013].

Barlita, Karrinda (2011). Penerapan Model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kepercayaan Diri Siswa SMP. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=5941. [ 3 Desember 2012].

Dimas. (2009). Teori-teori Motivasi. [Online]. Tersedia: http://d1maz.blogspot.com/2009/12/v-behaviorurldefaultvml-o.html. [30 Mei 2013].

Djamarah, Syaiful Bahri. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Fadholi, A. (2009). Kelebihan & Kekurangan TPS. [Online]. Tersedia: http://arif fadholi.wordpress.com/kelebihan-&-kekurangan-tps/ [10 Desember 2012]. Herdian. (2010). Kemampuan Matematika. [Online]. Tersedia:

http://herdy07.wordpress.com/tag/kemampuan-matematika/ [8 Desember 2012].

Isjoni. (2007). Cooperative Learning (Efektivitas Pembelajaran Kelompok). Bandung: Alfabeta.

Kartini. (2010). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi. [Online]. Tersedia: http://kartiniokey.blogspot.com/2010/05/meningkatkan-kemampuan-komunikasi.html. [8 Desember 2012].

Lie, A. (2005). Cooperative: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Maulana. (2008). Pendidikan Matematika 1: Bahan Belajar untuk Guru, Calon Guru, dan Mahasiswa PGSD. Bandung: Tidak Dipublikasikan.

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar: Panduan Sederhana bagi Mahasiswa dan Guru Calon Peneliti. Bandung: Learn2Live n Live2Learn.

113

Moleong, L.J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Nurmala. (2011). Perbandingan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan Model Pembelajaran Generatif dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Komunikasi Matematik Siswa dalam Pembelajaran Matematika. Skripsi pada UNSAP jurusan STKIP Pendidikan Matematika. Sumedang: Tidak diterbitkan.

Nurmeidina, Rahmatya. (2013). Kemampuan Komunikasi Siswa dalam

Matematika. [Online]. Tersedia:

http://tyanurdina.wordpress.com/2013/01/05/kemampuan-komunikasi-siswa-dalam-matematika/. [15 April 2013].

Pitadjeng. (2006). Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas.

Purnamasari, Krisma. (2012). Pengaruh Model Resource-Based Learning (RBL) terhadap Peningkatan Kemampuan Kreativitas Matematika pada Siswa SMP. Skripsi pada UNSAP jurusan STKIP Pendidikan Matematika. Sumedang: Tidak diterbitkan.

Riyanti. (2012). Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia: http://sin-riyanti.blogspot.com/2012/10/pembelajaran-konvensional_5536.html. [20 Maret 2013].

Rumapea, Dormantio. (2013). Model Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia: http://dormatio.blogspot.com/2013/01/model-pembelajaran-konvensional.html. [20 Maret 2013].

Ruseffendi, E. T., dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.

Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media. Sarbini. (2012). Cara Mengatasi Siswa yang Bermasalah. [Online]. Tersedia:

http://karsonosarbini.blogspot.com/2012/01/cara-mengatasi-siswa-bermasalah.html. [30 Mei 2013].

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyanto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Suherman, E., dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Suherman, E. (2008). Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran. Hands Out Perkuliahan pada FMIPA UPI. Bandung: Tidak Dipublikasikan.

Suwangsih, E dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI PRESS.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Trisna, Ridwan. (2013). Model Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia:

http://mediafunia.blogspot.com/2013/01/model-pembelajaran-konvensional.html. [3 Maret 2013].

Waluyo, Budi. (2010). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share dengan Pendekatan Kontekstual. Tesis Jurusan PGSD FIP UPI. Bandung. Tidak dipublikasikan.

Dokumen

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk SD/MI. Jakarta : Dharma Bakti.

Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang (2012). Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional (DKHUN) SD/MI Kecamatan Sumedang Selatan Tahun Ajaran 2011/2012. Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Fokus Media.

Dokumen terkait