BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dilapangan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Dalam ikatan pernikahan dalam masyarakat Jawa tidak menjadikan garis keturunan sebagai tolak ukur, melainkan lebih melihat kepada bagai mana penilaian masyasrakat terhadap keluarga tersebut, bagai mana pengamalan keluarga tersebut dalam menjalankan agama, dan melihat ikatan darah. Sehingga memungkinkan banyak masyarakat Jawa yang membangun keluarga yang berbeda keyakinan agama.
2. Sistem kekerabatan masyarakat jawa yang bersifat billateral berpengaruh terhadap bagai mana orantua mengasuh anak-anak mereka yaitu dengan tidak membedakan hak anak-anak mereka.
3. Keluarga merupakan sekelompok orang yang terkait melalui hubungan penikahan, kekerabatan, dan atau adopsi. Faktor pendorong memilih membangun sebuah keluarga yangberbeda keyakinan adala:
a. Rasa saling mencintai yang dirasakan oleh pasangan suami istri tersebut.
b. Tidak ingin melepas agama yang sudah dijalani.
c. Adanya keyakinan masing-masing untuk membangun keluarga tanpa harus melepaskan keyakinan masing-masing.
4. Ada tiga jenis pernikahan yang ditempuh pasangan berbeda keyakinan agar pernikahan dapat dilangsungkan yaitu:
a. Menikah dengan proses penikahan secara salah satu agama. Dalam hal ini salah satu diantara mereka harus berpindah agama sebagai formalitas dan kemudian setelah menikah mereka kembali menjalakan agama mereka masing-masing seperti semula.
b. Menikah dengan menggunakan catatan sipil. Dimana dengan menggunakan cara ini diantara mereka tidak perlu berpindah agama sebagai formalitas.
c. Menikah dua kali dengan menggunakan prosesi pernikahan masing- masing agama.
5. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebahagian keluarga berbeda keyakinan ini adala:
a. Adanya rasa saling menyayangi antar anggota keluarga (fungsi afeksi dalam keluarga)
b. Adanya komunikasi interpersonal yang baik dijalain antara anggota keluarga sehingga dapat memperoleh masukan dan solusi tebaik dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
c. Saling menghargai, menghormati, dan memeberikan kebebasan bagi seluaruh anggota keluarga dalam menjalakan ibadah sesuai dengan agama masing-masing.
e. Hadirnya anak dalam keluarga tersebut sehingga mamperkuat kekerabatan dalam keluarga yang mendukung dalam mempertahankan keluarga tersebut.
f. Adanya restu dan dukungan dari orangtua dan keluarga terdekat terhadap keputuhan membengunsebuahkeluarga berbeda agama yang sudah dipilih.
6. Konflik yang dihadapi keluarga berbeda keyakinan ini terbagi menjadi dua yaitu konflik sebelum menikah dan konflik setelah menikah. Konflik sebelum menikah pada umumnya berasal dari keluarga yaitu berkaitan tentang restu orangtua terhadap perinkaha tersebut. Konflik setelah menikah berkaitan tentang masalah ekonomi, prinsip dan perbedaan pendapat, pandangan miring masyarakat terhadap keluarga tersebut, dan masalah sosialisasi perbedaan agama kepada anak.
7. Keluarga berbeda keyakinan pada umumnya memberikan kebebasan kepada anak dalam memilih agama yang akan dianaut. Namun beberapa keluarga memilih untuk menentukan sendiri secara tegas agama anak dengan membuat kesepakatan sebelum menikah.
8. Dalam mengasuh anak, pada keluarga berbeda keyakinan menggunakan tiga sistem pola pengasuhan anak yaitu pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh demoratis dan otoriter.
9. Pemilihan pol pengasuhan anak pada keluarga berbeda keyakinan ini di pengruhi oleh beberapa faktor yaitu:
10.Kenyamanan orangtua dalam mendidik anaknya dengan pola asuh yang digunakannya.
a. Berdasarkan pengalaman orangtuanya yang dia dapatkan dari orangtuanya ketika mendidik mereka ketika masih kecil.
b. Jenis kelamin orangtua dimana Ayah bersikap tegas biasanya lebih otoriter sedangkan Ibu yang sifatnya penyayang bersifat lebih demoratis.
c. Usia anak sehingga pola pengasuhan dapat berubah dari waktu kewaktu.
d. Kondisi anak, dimana anak yang aktif, keras, dan agresif biasanya diperlakukan secara tegas sehingga menggunakan pola asuh otoriter. 11.Dalam melakukan sosialisasi agama pada anak dipengaruhi oleh pola pikir
dan daya nalar anak. Sehingga bentuk sosialisasi dalam keluarga ini akan terus mengalami perubahan sesuai dengan perkebangan dan usia anak. 12.Penerapan nilai-nilai agama dalam keluarga ini juga dipengaruhi oleh
kemauan anak. Tetapi sebagai orang tua mereka terus mendorong dan mengarahkan anak dalam menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
13.Kendala yang dihadapi dalam proses sosialisasi agama kepada anak adalah ketika anak sulit menerima keadaan keluarga yang memiliki dua agama dalam keluarga.
14.Beberapa masalah yang dihadapi anak dalam keluarga ini mulai dari mengenai perbedaan agama dalam keluarga, penerapan ajaran agama itu sendrin, dan pemilihan agama tersebut.
5. 2 Saran
Setelah melakukan penelitian ini terdapat beberapa saran yang ditujukan kepada semua pihak
yang berkepentingan yaitu sebagai berikut:
1. Sebaiknya sebagai orangtua yang berasal dari keluarga yang berbeda keyakinan memberikan kebebasan beragama kepada anak dalam menetukan agama yang ingin dianut anak-anak tersebut.
2. Dalam proses sosialisasi agama sebaiknya orngtua memilih bentuk sosialisasi yang benar agar tidak terjadi kesulitan dalam menangkap konsep keagamaan yang di sosialisasikan oleh orangtua.
3. Sebaiknya orangtua peka terhadap kondisi anak sehingga anak tidak merasa bersalah dan sukan dalam menentukan agama yang ingin dianutnya kelak.
4. Kejelasan agama adalah tanggung jawab orangtua. Oleh sebab itu sebaiknya kedua orangtua sama-sama meluangkan waktu dalam mengenalkan agama masing-masing agar anak biasa memahami tentang kedua agama dalam keluarga dan dapat dengan mudah menentukan agama yang memang sesuai dengan hatinya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir, Muhamad. 2004. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana
Bungin, Burhan. 2007. Metode Penelitian kualitatif. Jakarta : Prenada Media Group
Greeley, Andrew M. 1988. Agama Suatu Teori Sekular. Jakarta: Erlangga
Ihromi, T.O. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
IPNB. 1990. Pola Pengasuhan Anak Secara Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
IPNB. 1993. Pola Pengasuhan Anak Secara Tradisional di Kalimantan Selatan. Banjarmasin: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Kertamuda, Fatchiah E. 2009. Konseling Pernikahan Untuk Keluarga Indonesia. Jakarta: Salemba Humanika
Khairuddin. 1997. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta : Liberty
M.H, Rochie Linda. 2009. Peran Istri yang Bekerja Sebagai Penunjang Perekonomian Keluarga (Studi Deskriptif Pada Buruh /Karyawan Wanita yang Telah Berkeluarga di Perkebunan Sawit PT. Soefindo, Kebun Mata Pao, Kabupaten Serdang Bedagai). Tesis (s-1) Diterbitkan. Medan: Program Studi Sosiologi Universitas Sumatera Utara
Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Su’adah. 2003. Sosiologi Keluarga. Malang : UMM Press
Ritzer, George. 2011. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Sumber Internet:
Belina, S L. 2007. Konflik Moral Pada Anak Pasangan Beda Agama “Studi Kasus Pada Anak Pasangan Islam-Nasrani”. Skripsi (Online).
Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Budaya UII
12:48 WIB)
Calvina, dan Adriani Yusuf. 2012. Konflik Pemilihan Agama Pada Remaja Dari
Perkawinan Beda Agama.Jurnal (Online). Medan : Fakultas Psykology
USU
di akses pada tanggal 16 November 2013 pukul 11.42 WIB)
Hanindya, Afny. 2013. Studi Kasus Konflik Pada Anak Yang Berasal dari Keluarga Beda Agama, Skripsi (online). Surakarta: Fakultas Kedokteran
UNS
akses pada tanggal 16 November 2013 pukul 16.38)
Natascha, D Y, dkk . Konflik Interpersonal Dalam Memeluk Agama Pada Remaja Dengan Orang Tua Yang berbeda Agama. Jurnal (Online)
(https://www.academia.edu/4565617/KONFLIK_INTRAPERSONAL_DAL AM_MEMELUK_AGAMA_PADA_REMAJA_DENGAN_ORANG_TUA_Y ANG_BERBEDA_AGAMA_Oleh_Dessya_Natascha_Y_Fb_scha_at_yahoo .com, di akses pada tanggal 19 November 2013 pukul 11:08WIB)
Pratiwi, Nine Is. 2010. Pola Asuh Anak Pada Pernikahan Beda Agama. Skripsi (online). Tangerang: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma (http://library.gunadarma.ac.id/articles/graduated/pshycology/Artikel_10 500279.pdf di akses pada 26 Agustus 2013 pukul 20:58 WIB)
Ridwan, Muhtadir. 2010. Struktur Sosial Masyarakat Jawa. Skripsi (Online) Malang: UIN Malang (uin- malang.ac.id/muhtadiridwan/2010/06/16/struktur-sosial-masyarakat- jawa/ diakses pada tanggal 28 November 2013 pukul 10:05 WIB)
Sulvianty.2012. Harmonisasi Dalam Keluarga Beda Agama DI Desa Rembon Kecamatan Rembon Kabupaten Tana Toraja. Jurnal (online). Makassar : Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin 2013 pukul 16.16 WIB)
Widyaningrum, Rosyidah. 2011. Fenomena Keluarga Beda Agama Di Kelurahan Kalipancur Kecamatan Ngaliyan, skripsi (online). Semarang : Fakultas
Syari’ah IAIN Walisongo Semarang
di akses
pada 27 Agustus 2013 pukul 15:38 WIB)
yang di akses pada tanggal 10
Oktober 2013 pukul 7.35 WIB
di akses
LAMPIRAN
Hasil Dokumentasi Penelitian Bulan Januari dan Februari 2014
Foto Bapak Djodi dan Ibu Suci saat setelah wawancara di rumahnya
Foto Keluarga Bapak Edi dirumahnya saat wawancara
Foto Keluarga Bapak Sutara saat setela wawancara di rumahnya
Foto Bapak Toyo sebagai informan yang merupakan keturuan ningrat di desa Sukorejo Setelah awancara
Akta nikah Bapak Djodi dan Ibu Suci
Akta Nikah Ibu Sri
Akta nikah Bapak Wantoro dan Ibu Siti
Akta nikah Bapak Nugraha dan Ibu Hartanti