• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Pedagang meminjam dana sebab adanya keinginan menambah modal usaha dan adanya kebutuhan mendesak. Pedagang memilih meminjam pada rentenir sekalipun dengan beban bunga yang lebih tinggi dari pada lembaga keuangan formal sebab ada jaminan dan proses pengurusan pinjaman yang sulit pada lembaga keuangan formal. Adapun meminjam pada rentenir tidak membutuhkan jaminan dan pengurusannya pun mudah.

Modal sosial berperan membuat pedagang memilih rentenir dari pada lembaga keuangan formal. Dari sisi jaringan, hubungan personal setelah perkenalan membuat pedagang merasa nyaman berutang pada rentenir. Begitupun sebaliknya rentenir merasa nyaman memberikan pinjaman pada pedagang. Dari sisi kepercayaan, rentenir percaya untuk memberi pinjaman sebab adanya komunikasi yang intens dan adanya tempat jualan tetap pedagang. Dengan adanya kepercayaan ini pula dapat dilakukan negosiasi jika pedagang belum mampu membayar hutangnya pada saat rentenir menagih. Dari sisi nilai dan norma, adanya nilai Siri’ (tanggung jawab) membuat pedagang pantang lari dari hutang-hutangnya. Baik pedagang maupun rentenir tahu bahwa tidak boleh menambah hutang sebelum lunas hutang sebelumnya.

Ada temuan yang menarik terkait upaya rentenir menggaet nasabah. Rentenir memiliki keunikan yang tidak dimiliki lembaga keuangan formal. Keunikan rentenir antara lain proaktif, cepat, mudah, dan fleksibel.

67

Temuan lain ialah rentenir di Pasar Sentral Makassar terkesan sangat tertutup. Kesan tertutup ini muncul karena adanya rasa malu jika diketahui berprofesi sebagai rentenir. Pedagang pun malu jika diketahui berutang pada rentenir. Hal ini sangat berbeda dengan di Jawa dimana aktifitas rentenir bukan lagi sesuatu yang tabu.

6.2 Saran

Pinjaman pedagang kepada rentenir ternyata tidak menghasilkan akumulasi modal. Volume dagangan tidak bertambah secara signifikan. Keuntungan dagang terkuras untuk membayar bunga hutang. Atas kenyataan ini, maka sudah selayaknya ada upaya tertentu untuk melepaskan pedagang dari beban hutang kepada rentenir dan mencegah pedagang lain yang belum berhutang. Oleh karena itu penulis menyarankan antara lain:

Pertama, pedagang yang sedang terjerat hutang hendaknya didampingi oleh lembaga tertentu seperti Lembaga Amil Zakat. Lembaga ini cukup melunasi pokok hutang dan jika harus dengan bunga yang wajar. Beban hutang kepada rentenir seringkali justru dari bunganya yang tinggi berkisar antara 10-20% hingga utang berlipat-lipat jauh melebihi pokoknya. Dengan adanya pendampingan dari lembaga resmi seperti Lembagi Amil Zakat, pedagang tidak perlu lagi membayar bunga hutang yang sangat tinggi karena pada hakikatnya bunga itu dibuat sendiri secara sepihak oleh rentenir dan seringkali dipaksakan. Pendampingan seperti ini dijalankan oleh Lembaga Amil Zakat di Jawa Barat. Pinjaman selanjutnya dapat diarahkan ke koperasi atau ke Baitul Mal wa Tamwil (BMT) yang tidak menerapkan bunga seperti rentenir.

68

Kedua, lembaga keuangan formal hendaknya lebih kreatif dalam menjalankan usahanya. Upaya rentenir menggaet nasabah dengan bersikap proaktif, cepat, mudah, dan fleksibel dapat ditiru oleh lembaga keuangan formal.

Ketiga, lembaga keuangan formal perlu memanfaatkan aspek-aspek modal sosial untuk membangun kerjasama yang saling menguntungkan dengan para pedagang. Jika pedagang dapat meminjam pada rentenir dengan bunga yang lebih tinggi karena adanya modal sosial yang terjalin antar keduanya, maka sesungguhnya pedagang lebih dapat meminjam pada lembaga keuangan formal dengan modal sosial yang sama.

69

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: Rajawali Press.

Coleman, James S. 1988. Social Capital in the Creation of Human Capital. American Journal of Sociology, Vol. 94. University of Chicago

Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Djumhana, Muhammad. 2006. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Frank, Robert H., dan Bernade, Ben S. 2007. Principles of Microeconomic. New York: McGraw-Hill

Fukuyama, Francis. 2002. Trust-the social Vitues and The Creation of Prosperity. Diterjemahkan Trust-Kebijakan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Yogyakarta: Qalam

Hamka, A. Ali., Tyas Danarti. 2010. Eksistensi Bank Thithil dalam kegiatan Pasar Tradisional (Studi Kasus di Pasar Kota Batu). Journal of Indonesian Applied Economics, Vol. 4, (No.1) : 58-70

Hamka, A. Ali. 2009. Eksistensi Bank Thithil pada Persaingan dengan Lembaga Keuangan Formal Dalam Dinamika Pedagang Tradisional (Studi Kasus di Pasar Kota Batu). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakutlas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Hidayati, Bunga. 2014. Peran Modal Sosial pada Kontrak Pinjaman Bank Thithil dan Implikasinya Terhadap Keberlangsungan Usaha (Studi pada Pasar Blimbing Kota Malang). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Heertje, A. 2000. Perekonomian Informal. Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Haris Munandar dkk. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Lawang, Robert M.Z. 2004. Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologi: Suatu

Pengantar. Depok: FISIP UI Press.

Miles, Matthew B., dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Undonesia (UI-Press).

70

Moleong. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Remeja Rosdakarya. Prasetya, L. Adi. 2009. Modal Sosial Bisa Jadi Jaminan Pinjam Uang di Bank.

http://edukasi.kompas.com/read/2009/07/30/19501358/Modal.Sosial.Bisa. Jadi.Jaminan.Pinjam.Uang.di.Bank diakses pada 16 Januari 2015 pukul 22.34

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan Makroekomi) Edisi ketiga. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Robalino, David. 2000. Social Capital, Technology diffusion and Sustainable growth in the Developing world. Santa Monica: RAND Distrubution Service.

Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Supardan, Dadang. 2007. Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Usman dan Akbar. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Yustika, A.Erani. 2008. Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori, dan Strategi. Malang: Bayumedia Publishing.

http://www.tempo.co/read/news/2013/01/06/087452424/Kisah-Pilu-Ibu-Rumah-Tangga-Terjerat-70-Rentenir (diakses pada tanggal 15 Januari 2015 pukul 15.01 )

http://www.antarajateng.com/detail/rentenir-itu-memungut-bunga-hingga-400-persen.html (diakses pada tanggal 15 Januari 2015 pukul 15.12 ) http://www.bmtalmunawwarah.com/artikel_jihadmelawanrentenir.htm (diakses

Dokumen terkait