• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN

Dalam dokumen Makalah Temuan Audit (Halaman 7-35)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Temuan Audit

Temuan audit (audit findings) menurut Sawyer adalah penyimpangan dari norma-norma atau kriteria yang dapat diterima.

Temuan audit menurut I Gusti Agung Ra dalam buku Audit kinerja pada sektor publik: konsep, praktik, studi kasus ialah masalah-masalah penting (material) yang ditemukan selama audit berlangsung dan masalah tersebut pantas untuk dikemukakan dan dikomunikasikan dengan entitas yang diaudit karena mempunyai dampak terhadap perbaikan dan peningkatan kinerja; ekonomi, efisiensi dan efektivitas yang diaudit.

Jadi temuan audit adalah himpunan data dan informasi yang dikumpulkan, diolah dan diuji selama melaksanakan tugas audit atas kegiatan instansi tertentu yang disajikan secara analitis menurut unsur- unsurnya yang dianggap bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

B. Sifat-sifat Temuan Audit

Temuan audit bisa memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran. Misalnya, temuan-temuan tersebut dapat menggambarkan:

1. Tindakan-tindakan yang seharusnya diambil, tetapi tidak dilakukan, seperti pengiriman yang dilakukan tetapi tidak ditagih.

2. Tindakan-tindakan yang dilarang, seperti pegawai yang mengalihkan sewa dari perlengkapan perusahaan ke perusahaan kontrak pribadi untuk kepentingannya sendiri.

3. Tindakan-tindakan tercela, seperti membayar barang dan perlengkapan pada tarif yang telah diganti dengan tariff yang lebih rendah pada kontrak yang lebih menguntungkan.

4. Sistem yang tidak memuaskan, seperti diterimanya tindak lanjut yang seragam untuk klaim asuransi yang belum diterima padahal kalim tersebut bervariasi dalam jumlah dan signifikansinya.

5. Eksposur-eksposur risiko yang harus dipertimbangkan.

Meskipun temuan-temuan audit seringkali disebut sebagai ―kekurangan‖ (deficiency), banyak organisasi audit internal merasa bahwa istilah tersebut terlalu negatif; dan standar awal kelihatannya setuju dengan hal ini. Dalam kenyataannya, bahkan istilah temuan dianggap terlalu negatif di beberapa tempat. Kata-kata seperti ―kondisi‖ dianggap lebih nyaman dan tidak memberikan ancaman, serta tidak menimbulkan tanggapan defensif di pihak klien.

Walaupun sebutannya bisa bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lain, konsep dasarnya bersifat universal. Apapun nama yang diberikan, suatu temuan audit menjelaskan sesuatu yang saat ini atau pada masa lalu mengandung kesalahan, atau sesuatu yang kemungkinan akan terjadi kesalahan.

C. Ciri-ciri Temuan Audit yang Baik

Terdapat tida ciri temuan audit yang dikatakan baik, yaitu temuan audit harus didukung oleh biktu yang memadai, temuan audit harus penting (material), serta temuan audit harus mengandung unsur temuan (kondisi, kriteria, dan sebab akibat).

1. Temuan audit harus disukung oleh bukti yang memadai

Ciri pertama adalah temuan audit seharusnya didukung oleh bukti yang mencukupi agar pihak yang diaudit oleh pembaca temuan audit menjadi yakin tentang kebenaran isi temuan audit. semua unsur temuan harus didukung oleh bukti yang cukup. Pengembangan temuan audit dengan dukungan bukti yang kuat akan mempermudah penyusunan laporan sekaligus mempermudah menyiapan rekomendasi untuk mengatasi permasalah entitas yang diaudit.

2. Temuan audit harus penting (material)

Ciri kedua adalah temuan audit harus penting atau material. Penting dan tidaknya suatu temuan diindikasikan apabila pengguna laporan pengambil tindakan atau kebijakannya berdasarkan informasi yang ada dalam laporan atau temuan tersebut. Auditor judgment yang merupakan pertimbangan profesional auditor, juga

merupakan faktor yang dominan dalam meningkatkan tingkat materialitas atau tingkat pentingnya suatu permasalahan.

3. Temuan audit harus mengandung unsur temuan (kondisi, kriteria, dan sebab-akibat) Ciri ketiga adalah temuan audit harus menguraikan secara jelas kondisi, kriteria, dan sebab akibat. Pengalaman dilapangan menunjukan bahwa kesulitan dalam pembuatan laporan audit yang cepat dan mudah dipahami sering kali berkaitan dengan pengembangan dan pengorganisasian pengembangan tersebut dalam laporan.

Sering kali sulit membedakan secara jelas penyebab yang paling dominan terhadap suatu kondisi, mengingat demikian banyak variabel penyebab. Akibat yang ditimbulkan oleh penyebab tersebut dapat bervariasi. Untuk itu auditor dituntut untuk cermat dalam menentukan hubungan sebab-akibat dalam suatu temuan audit serta menentukan penyebab yang paling dominan. Mengenai unsur temuan akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian kriteria temuan audit.

D. Pendekatan untuk Mengontruksi Temuan

Mengembangkan fakta-fakta dan rincian menjadi temuan audit yang signifikan dan dapat dilaporkan untuk membutuhkan keahlian. Hal ini membutuhkan perbedaan berdasarkan pengalaman. Apa yang dianggap kelemahan serius bagi orang awam bisa jadi merupakan hal sepele bagi seorang auditor internal yang profesional.

Menemukan penyimpangan-penyimpangan kecil pada proses yang sedang berjalan relatif mudah. Kesempurnaan jarang diupayakan dan harga yang yang harus dibayar untuk itu juga terlalu mahal. Upaya yang dibutuhkan untuk mencapai lima persen terakhir kemurnian bisa melebih biaya yang diperlukan untuk mencapai 95 persen yang pertama. Auditor internal harus realistis dan adil dalam pertimbangan dan kesimpulan mereka. Mereka harus memiliki naluri bisnis yang baik untuk mengembangkan temuan-temuan mereka. Karena mereka membuat dan melaporkan temuan-temuan audit, auditor internal harus mempertimbangkan faktor-faktor ini:

1. Meninjau keputusan manajemen bisa jadi tidak adil dan realistis. Auditor internal harus mempertimbangkan keadaan-keadaan yang ada pada saat kelemahan terjadi. Keputusan manajemen didasarkan pada fakta-fakta yang tersedia saat ini. Auditor internal seharusnya tidak mengkritik suatu kebijakan hanya karena mereka tidak setuju atau karena mereka memiliki informasi baru yang tidak tersedia bagi pengambil keputusan. Auditor internal seharusnya tidak mengganti pertimbangan audit dengan pertimbangan manajemen.

2. Auditor, bukan klien, harus bertanggung jawab untuk memberikan bukti. Jika sebuah temuan audit belum ditemukan secara mendalam untuk memuaskan seseorang yang objektif dan wajar, maka temuan ini tidak bisa dilaporkan.

3. Auditor internal harus tertarik pada perbaikan kinerja tetapi kinerja tersebut tidak mutlak harus dikritik hanya karena kurang dari 100 persen.

4. Auditor internal harus meninjau temuan-temuan audit. Mereka harus memeriksa dengan teliti untuk menemukan alasan-alasan yang mengandung kesalahan. Auditor internal, seperti halnya pendukung pernyataan lainnya, akan tergoda untuk merasionalkan interpretasi untuk mendukung temuan mereka. Setelah menghabiskan banyak waktu dan tenaga, auditor cenderung melindungi dan mempertahankan temuan mereka menghadapi pertanyaan-pertanyaan sempurna yang logis. Akan tetapi, temuan-temuan tersebut mungkin tidak dapat dipertahankan dengan berjalannya waktu atau bila dihadapkam pada pertanyaan-pertanyaan yang lengkap.

Menambah Logis

Dalam setiap aspek usaha, konsep menambah nilai (adding value) memiliki makna baru dan lebih jelas. Definisi terbaru mengenai audit internal secara khusus menyebutkan penambahan nilai. Fungsi-fungsi yang dianggap tidak menambah nilai berisiko untuk dirampingkan, atau bahkan dihilangkan. Salah satu cara auditor internal menambah nilai adalah dengan meyakinkan bahwa temuan dan rekomendasi yang mereka berikan jelas berdampak positif bagi organisasi. Auditor internal tidak hanya harus yakin bahwa pekerjaan mereka memberikan kontribusi yang berarti bagi tujuan dan kesuksesan organisasi, mereka juga harus yakin bahwa kontribusi tersebut dipahami dan dinilai oleh yang lain.

Temuan-temuan yang dihasilkan dari penelaahan ―awal-akhir‖ cenderung sangat bermanfaat. Jika auditor internal mampu mendeteksi masalah-masalah kontrol potensial dalam sistem penelusuran persediaan terkomputerisasi yang baru diterapkan sebelum – bukan sesudah – dirancang dan diimplementasikan, organisasi bisa mendapatkan keuntungan besar. Temuan-temuan yang menghasilkan nilai terbesar seringkali mengalahkan kekuatan teknologi, memberikan perubahan yang positif, dan berorientasi ke depan. Temuan-temuan ini membantu organisasi bergerak maju dan mencapai sasaran-sasaran mereka.

Temuan audit yang wajar dapat menghasilkan perbaikan dalam jumlah dolar atau rupiah yang besar, atau meningkatkan jasa, atau memperbaiki struktur dan proses organisasi. Auditor internal akan meningkatkan citra mereka sebagai penambah nilai, bukan sebagai pemakan sumber daya. Di sepanjang tahapan temuan-temuan audit, penting bagi auditor internal untuk tetap fokus menyediakan aktivitas-aktivitas dan jasa-jasa bernilai tinggi.

E. Signifikansi Temuan Audit

Auditor internal harus mempertimbangkan tingkat kerusakan yang bisa atau telah disebabkan oleh suatu kondisi kelemahan sebelum mengkomunikasikannya dengan

manajemen. Untuk kebanyakan tujuan, temuan-temuan audit bisa diklasifikasikan menjadi tidak signifikan, kecil, atau besar.

1. Temuan-temuan Tidak Signifikan

Temuan yang tidak signifikan (insignificant findings) adalah semacam kesalahan klerikal yang dialami semua organisasi yang tidak memerlukan tindakan formal. Dalam kenyataannya, memasukkan temuan seperti ini kedalam laporan audit formal akan menjadi tidak produktif karena akan mengaburkan temuan signifikan yang sebenarnya pada laporan, yang mengimplikasikan bahwa auditor internal tidak dapat melihat perbedaan antara setitik noda dengan noda yang menyebar. Hal ini juga akan semakin mengukuhkan citra auditor internal sebagai seorang yanghanya memerhatikan hal-hal kecil.

Masalah-masalah yang tidak signifikan seharusnya tidak disembunyikan atau dilewatkan. Tidakan yang dapat dilakukan adalah:

a. Mendiskusikan masalah tersebut dengan orang yang bertanggung jawab b. Melihat apakah situasi tersebut telah diperbaiki

c. Mencatat hal tersebut dalam kertas kerja

d. Tidak memasukan penyimpangan kecil tersebut kedalam laporan internal audit resmi.

Misalnya, tidak diambilnya beberapa diskon pembelian acak oleh pegawai utang usaha dapat dianggap kesalahan yang tidak signifikan.

Tetapi tidak berarti kesalahan yang klerikal yang bersifat acak tidak pernah dilaporkan. Jika kesalahan-kesalahan tersebut merupakan gejala-gejala dari masalah yang lebih besar, mungkin harus ada pelaporan. Kesalah tersebut mungkin mengidentifikasikan pelatihan karyawan yang kurang, pengawasan yang lemah, atau instruksi tertulis yang tidak jelas. Pada kasus-kasus ini kelemahan kontrol lah yang menjadi temuan audit. kesalah acak adalah murni membuktikan adanya kelemahan dan membutuhkan perhatian manajemen.

2. Temuan-temuan Kecil

Temuan-temuan kecil (minor findings) perlu dilaporkan karena bukan semata-mata kesalah manusiawi yang bersifat acak. Jika tidak diperbaiki, maka akan berlanjut sehingga merugikan dan walaupun tidak menggangu tujuan operasi organisasi, namun

cukup signifikan untuk diperhatikan oleh manajemen. Beberapa temuan kecil lebihh baik dilaporkan dalam surat kepada manajemen (Management Letter).

Misalnya, seorang pegawai yang telah mencampuradukkan kas kecil pribadi dengan milik organisasi melanggar aturan organisasi dan pratik bisnis yang baik. Tentu hal ini harus dilaporkan dan diperbaiki, jika tidak maka akan terus berlanjut atau menyebar.

3. Temuan-temuan Besar

Temuan-temuan besar (major findings) adalah temuan yang akan mengahalangi tujuan utama suatu organisasi atau suatu unit dalam organisasi. Misalnya, salah satu tujuan utama departemen utang usaha adalah hanya membayar utang usaha yang benar-benar sah. Sistem kontrol yang lemah yang bisa atau akan mengakibatkan kesalahan pembayaran yang akan mencerminkan kelemahan yang bisa menghalangi departemen mencapai tujuan utamanya. Oleh karen aitu, hal ini merupakan temuan audit yang besar dan harus dilaporkan.

Memisahkan temuan audit yang besar dan kecil tidaklah mudah. Dibutuhkan pertimbangan audit yang baik untuk mebedakan keduanya. Namun jika tolok ukur yang baru saja dijabarkan bisa diterapkan secara wajar, maka ausitor internalharus mampu mengklasifikasi temuan-temuannya. Dan karen amelibatkan pertimbangan audit, keputusan akhir mengenai apakah sebuah temuan harus diklasifikasikan sebagai temuan besar atau kecil merupakan tanggung jawab auditor internal, bukan manajemen.

F. Elemen-elemen Temuan Audit

Auditor internal bukanlah orang yang maha tahu dan mereka tidak bisa diharapkan untuk mengetahui semua hal tentang operasi yang sedang diaudit. Pengetahuan tentang temuan audit yang dapat dilaporkan merupakan masalah lain, karena auditor internal mempertentangkan kelayakan status quo. Mereka mencari sistem atau transaksi yang tidak memenuhi standar operasi yang berlaku. Tetapi auditor internal bisa mengharapkan adanya tantangan dan mereka harus mengetahui lebih banyak tentang temuan-temuan audit mereka. Fakta-fakta yang ditemukan auditor internal haruslah meyakinkan, kriterianya harus dapat diterima, dan logika yang digunakan juga harus meyakinkan.

Kelayakan tindakan yang mereka lakukan paling baik diukur dengan membandingkannya dengan beberapa kriteria. Sama halnya dengan pengembangan temuan audit. Jika temuan yang dikembangkan memenuhi semua standar audit dapat diterima, maka temuan tersebut akan menjadi logis, wajar, dan meyakinkan. Temuan tersebut akan memberi stimulus untuk memotivasi tindakan perbaikan. Jika ada yang hilang dari temuan yang dilaporkan, maka temuan tersebut bisa dipertentangkan dan berakibat pada tindakan yang tidak menyenangkan atau bahkan tidak ada tindakan sama sekali.

Kebanyakan temuan audit harus mencakup elemen-elemen tertentu, termasuk di dalamnya latar belakang, kriteria, kondisi, penyebab, dampak, kesimpulan, dan rekomendasi. Setiap temuan audit yang mencakup elemen-elemen ini, baik eksplisit maupun implisit, akan menjadi argumen yang kuat untuk dilakukannya tindakan perbaikan. Temuan tersebut akan menunjukkan bahwa tidak ada rintangan yang dibiarkan dalam menyajikan masalah dan solusinya. Pada beberapa kasus yang unik, elemen penyebab mungkin tidak tepat. Suatu masalah mungkin diakibatkan oleh kondisi tertentu.

Pembaca laporan harus diberikan informasi umum yang memadai agar dapat memahami sepenuhnya alasan-alasan mengapa auditor yakin bahwa temuan-temuan tersebut harus dilaporkan. Latar belakang juga dapat mengidentifikasi orang-orang yang berperan, hubungan organisasi, bahkan tujuan dan sasaran yang menjadi perhatian. Hal tersebut harus bisa menjelaskan secara umum lingkungan yang melingkupi operasi dan situasi yang menyebabkan auditor melaporkan temuan tersebut.

Elemen-elemen temuan adalah sebagai berikut. 1. Kriteria

Pengembangan temuan audit harus mencakup dua elemen penting dalam konsep kriteria:

a. Tujuan dan sasaran, dapat mencakup standar-standar operasi yang mencerminkan apa yang diinginkan manajemen untuk dicapai oleh operasi yang diaudit.

Tidak memahami saran atau tujuan operasi bagaikan menilai patung dengan matu tertutup. Mungkin saja dilakukan penilaian atas bagian yang dipegang, namun konteksnya tidak tepat. Dalam mengembangkan temuan audit, auditor internal harus dengan jelas melihat dan memahami gambaran keseluruhan, serta bagian lainnya.

Dalam setiap audit atas aktivitas, sasaran-sasaran kelayakan, efisiensi, ekonomis, dan efektivitas harus tercakup. Semua sumber daya harus digunakan tanpa terbuang percuma. Untuk menentukan seberapa layak efisien, ekonomis, dan efektifnya suatu operasi, auditor internal harus memiliki tolok ukur. Mereka harus mengidentifikasi standar atau kriteria kinerja yang valid. Sebelum mereka mengkritik apa yang terjadi, mereka harus tahu apa yang seharusnya.

Standar-standar operasi mungkin sudah ada di beberapa bidang organisasi. Misalnya manajemen bisa menyatakan bahwa tingkat penolakan produk-produk tertentu tidak boleh melebihi 2%. Tetapi sebelum menerima standar ini, auditor internal harus menilai validitasnya. Dasar penentuan standar mungkin harus diteliti ulang dan auditor mungkin ingin membandingkan standar dengan organisasi-organisasi srupa dan memeriksa kewajarannya dalam memenuhi sasaran-sasaran perusahaan.

Di sisi lain, manajemen mungkin belum memiliki standar yang teah ditetapkan. Dalam kasus ini, auditor internal dapat berpegang pada standara sebelumnya yang menyarankan:

―Kecermatan profesional mencakup pengevaluasian standar operasi yang ditetapkan dan menentukan apakah standar-standar tersebut dapat diterima dan telah tercapai. Jika standar-standar tersebut tidak jelas, interpretasi yang berwenang harus didapatkan. Jika auditor internal diminta mengintrepretasikan atau memilih standar-standar operasi, mereka harus mencari kesepakatan dengan klien mengenai standar-standar yang diperlukan untuk mengukur kinerja operasi.‖

Standar terkait erat dengan prosedur dan praktik. Prosedur merupakan intruksi manajemen yang umumnya tertulis, sementara praktik merupakan cara segala sesuatunya dilakukan, baik benar maupun salah. Prosedur yang lemah dapat mengakibatkan kondisi yang tidak memuaskan atau praktik-praktik yang lemah dapat melanggar prosedur yang memadai. Dalam membuat temuan-temuan audit, auditor

internal harus berupaya ntuk menentukan praktik dan prosedur apa saja yang diterapkan atau yang seharusnya.

Adanya prosedur yang salah atau tidak adanya prosedur yang layak bisa menjadi alasan mengapa dibutuhkan tindak perbaikan. Dibutuhkan keahlian yang memadai untuk menulis hal ini tanpa menimbulkan kesalahpahaman bagi pembaca. Hanya hal-hal penting yang seharusnya dilaporkan, hindari rincian-rincian yang tidak perlu. Misalnya saja auditor tidak menemukan adanya prosedur operasi tertulis sebagai perbandingan kondisi yang terjadi, tetapi praktik operasi melanggar praktik bisnis yang baik. Karyawan hanya menghabiskan setengah hari untuk pekerjaan mereka. Pengawasan lemah dan penggunaan meteran tidak diperiksa. Auditor membuat standar mereka sendiri berdasarkan prosedur administratif yang dapat diterima dan informasi yang dikumpulkan dari organisasi lain pada bidang yang sama. Audit yang mereka lakukan kemudian didedikasikan untuk menunjukkan akibat-akibat prosedur yang tidak memadai dan merekomendasikan cara-cara untuk memperbaikinya.

2. Kondisi

Istilah kondisi mengacu pada fakta-fakta yang dikumpulakn melalui observasi, pengajuan pertanyaan, analisis, verifikasi, dan investigasi yang dilakukan auditor internal. Kondisi merupakan ktaKondisi harus mampu menghadapi serangan apapun. Kondisi juga harus mencerminkan total populasi atau sistem yang ditelaah, atau dalam kasus terpisah, harus merupakan kelemahan yang signifikan. Klien harus menyepakati fakta-fakta yang disajikan meskipun mereka bisa saja memperselisihkan signifikansi yang dilekatkan auditor pada temuan-temuan tersebut.

Klien bisa saja tidak menyetujui kesimpulan dan interpretasi audit, namun jangan pernah ada perbedaan dengan fakta-fakta yang mendasari kesimpulan. Suatu temuan bisa dianggap tidak layak apabila klien dengan valid menyatakan bahwa auditor internal tidak mendapatkan fakta dengan benar. Hal ini menjadi tidak relevan. Jadi, kondisi-kondisi tersebut harus dibahasa di awal dengan orang-orang yang mengetahui fakta-fakta tersebut. Setiap pertentangan tentang fakta-fakta harus dipecahkan sebelum temuan-temuan dilaporkan. Auditor internal harus mempertahankan reputasinya dalam hal akurasi dan berbuat sesuai pengamatannya sehingga jika auditor berpendapat seperti ini atau itu, maka hal tersebut pasti benar.

Sebagai contoh penggambaran kondisi yang dilaporkan, auditor internal menggunakan pengambilan sampel secara acak dalam memilih meteran untuk pengujian. Meteran yang dipilih dilepas kemudian diperiksa di laboratorium. Pengujian menunjukkan bahwa 17% dari meteran yang diuji tidak berfungsi sama sekali dan tambahan 23% berjalan lebih lambat dibandingkan standar yang ditentukan dalam ketentuan hukum.

3. Penyebab

Penyebab menjelaskan mengapa terjadi deviasi dari kriteria yang ada, mengapa sasaran tercapai, dan mengapa tujuan tidak terpenuhi. Identifikasi penyebab merupakan hal penting untuk memperbaikinya. Setiap temuan audit dapat ditelusuri penyimpangannya dari apa yang diharapkan. Masalah dapat diatasi hanya jika penyimpangan ini diidentifikasi dan penyebabnya diketahui.

Menentukan penyebab merupakan latihan pemecahan masalah dan prosesnya mengikuti langkah-langkah klasik berikut:

a. Kumpulkan fakta-fakta. b. Identifikasi masalah.

c. Jelaskan hal-hal utama dari masalah. d. Uji penyebab-penyebab yang mungkin.

e. Tetapkan tujuan-tujuan potensi tindakan perbaikan.

f. Bandingkan tindakan-tindakan alternatif dengan tujuan dan secara tentatif pilih yang terbaik.

g. Pikirkan keadaan-keadaan buruk yang dipicu oleh tindakan perbaikan yang telah dipilih.

h. Pertimbangan ―bagaimana seandainya‖. i. Apakah terdapat kondisi-kondisimitigasi.

j. Rekomendasikan kontrol untuk memastikan bahwa tindakan terbaik benar-benar telah dilakukan.

Contoh berikut menggambarkan penyebab kondisi yang tidak layak:

Dengan menggunakan analisisi regresi berganda, auditor menetapkan korelasi tertentu antara kondisi-kondisi operasi meteran dan usianya. Bila meteran tersebut telah beroperasi selama beberapa tahun, maka ada kecenderungan untuk melambat

dan perlahan-lahan tidak berfungsi. Setelah berbicara dengan manajer dari organisasi utilitas lainnya, auditor menyatakan bahwa praktik-praktik yang diterapkan di organisasi mereka tidak berfokus pada meteran yang telah tua, tidak memberdayakan sepenuhnya pengawas meteran, tidak membuat pengawas menyadari adanya meteran yang tidak berfungsi, atau tidak memberikan pengawasan yang dibutuhkan.

4. Dampak

Dampak menjawab pertanyaan ―lalu kenapa‖. Anggaplah semua fakta telah disajikan, lalu kenapa/ siapa atau apa yang dirugikan, seberapa buruk? Apa konsekuensinya? Akibat-akibat yang merugikan haruslah signifikan, bukan hanya penyimpangan dari prosedur. Dampak merupakan elemen yang dibutuhkan untuk meyakinkan klien dan manajemen pada tingkat lebih tinggi bahwa kondisi yang tidak diinginkan jika dibiarkan terus terjadi akan berakibat buruk dan memamakan biaya yang lebih besar daripada tindakan yang dibutuhkan untuk memeprbaiki masalah tersebut.

Untuk temuan-temuan keekonomisan dan efisiensi, dampak biasanya diukur dalam dolar atau rupiah. Dalam temuan-temuan efektivitas, dampak biasanya meupakan ketidakmampuan untuk menyelesaikan hasil akhir yang diinginkan atau diwajibkan. Dampak adalah hal yang membuat yakin dan sangat diperlukan untuk suatu temuan audit. Jika tidak disajikan ke manajemen dengan memadai maka kecil kemungkinannya akan diambil indak perbaikan.

Sebagai contoh dampak yang signifikan, auditor internal dapat menunjukkan melalui sampel mereka bahwa telah terjadi kehilangan pendapatan sebesar $2 juta per tahun. Mereka juga menunjukkan bahwa tarif air sangat tinggi secara tidak beralasan sehingga terjadi kelebihan pendapatan setidaknya $1.5 juta setiap tahun.

5. Kesimpulan

Kesimpulan (conclusion) harus ditunjang oleh fakta-fakta; namun harus merupakan pertimbangan professional, bukan berisi rincian yang tidak perlu. Dalam membuat kesimpulan, auditor internal jelas memiliki peluang untuk memberikan kontribusi kepada organisasi. Jika auditor internal secara konsisten menyajikan

kesimpulan yang bisa menghasilkan kinerja yang baru dan tingkatan kinerja yang lebih tinggi, menguranggi biaya dan meningkatkan kualitas ptroduksi, menghilangkam [ekerjaan yang tidak dibutuhkan, mendayagunakan kekuatan teknologi, meningkatkan kepuasan pelanggan, merningkatkan jasa, dan meningkatkan posisi kompetitif organisasi, maka audit internal jelas bernilai. Kesimpulan dapat menekankan pemahaman auditor atas usaha organisasi dan hibungan fungsi yang

Dalam dokumen Makalah Temuan Audit (Halaman 7-35)

Dokumen terkait