• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Pembahasan

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan ekstrsak steroid teripang

pasir pada umur larva yang berbeda terhadap keberhasilan pembentukan

monoseks jantan lobster air tawar, maka dapat disimpulkan.

1. Umur larva lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) yang paling efektif dalam pembentukan monoseks jantan adalah 14 hari sebesar 93,25%.

2. Kelulushidupan lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) tertinggi pada kontrol 86% dan umur 21 hari 75%, sedangkan terendah pada larva umur 0

hari 26%.

3. Berat total lobster air tawar tertinggi pada umur 21 hari (2,0125 gr) dan

panjang total lobster air tawar tertinggi pada umur 14 (3,89 cm) dan 21

hari (3,9025 cm).

4. Kualitas air selama 40 hari pemeliharaan masih dalam kisaran baik yaitu

suhu 27,71 – 28,45 oC, DO 5,77 – 7,71 mg/L dan pH yaitu 6,05 – 6,81.

Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah :

dilakukan penelitian lanjutan dengan lobster air tawar (Cherax

quadricarinatus) khusus umur 14 hari dengan konsentrasi steroid teripang pasir yang beragam.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi,R., dan U. Tang. 2006. Fisiologi Hewan Air. Universitas Riau . Riau. 217p. Anonim. 2010. Seri Budaya Ternak :Pedoman Budidaya Lobster Air Tawar.

Nuansaaulia. Bandung.

Aquafarm. 2009. Sand fish. http://www.aquafarm.biz/index.php?s=11&x=1. Diakses pada Selasa, 15 Maret 2011, pukul 10.05 WIB.

Aquakultur, B. 2011. Seks Reversal. http://riradevhinya.blogspot.com/2011/03/ seks-reversal.html. diakses pada tanggal 06 Oktober 2011

pada pukul 11.38 WIB.

Arisandi, A.2007. Efektivitas Ekstrak Steroid Teripang Untuk Memanipulasi Kelamin Udang Galah. Thesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Artikel Kimia. 2010. Identifikasi Steroid Teripang Pasir (Holothuria scabra) Indonesia. http://www.artikelkimia.info/identifikasi-steroid-teripang-pasir-holothuria-scabra-indonesia-03522102102011. Diakses pada 06 Oktober 2011 pukul 22.36 WIB.

Aulina, L. 2013. Anatomi dan Morfologi Lobster. http://lytauliana.wordpress com/2013/04/10/anatomi-morfologi-lobster/. Di akses 2 November 2013 15. 20 WIB.

Bisnis Indonesia. 2006. Perikanan: Pasar Lobster Air Tawar Makin Bergairah. http://www.lobsterairtawar.com/berita_lat.htm. Diakses pada 08 Oktober 2011 pukul 22.56 WIB.

Bisnis U.K.M. 2011. Potensi Teripang dan Segudang Manfaatnya.

http://bisnisukm. com/potensi-teripang-dan-segudang-manfaatnya.html. Diakses pada 05 Oktober pukul 01.04 WIB.

Boyd. C.E., 2003. Bottom Soil and Water Quality Management in Shrimp Ponds. The Haworth Press, Inc. pp. 11-33.

Chrism. 2010. The Ecology of Holothuria scabra! The CUKE-SEAGRASS Connection. http://echinoblog.blogspot.com/2010/06/ecology-of-holothuria-scabra-cuke-sea.html. Diakses pada 04 Oktober 2011 pada 20.37 WIB.

Cittleborough, R.G. 1975. Environmental Factors, Panulirus longipes (Milne Edwards) Aust. J. Mar And Freswater. Res. 26 : 177-196.

Darsono, P. 2005. Teripang (Holothurians) Perlu Dilindungi. Bidang Sumberdaya Laut, Puslit Oseanografi – Lipi, Jakarta.

Duniadinu. 2010. Kualitas Air Untuk Budidaya. http://duniadinu.blogspot.com /2010/10/sumber-dan-kualitas-air-untuk-budidaya.html. Diakses 10 Oktober 2013pukul 12.23 WIB.

Effendi, M. S. 1979. Metode Biologi Perikanan. PT GramediaPustaka Utama. Jakarta.

Fatih.A. 2013. Cara Mudah Budidaya Lobster Air Tawar.http://kencanalobster. blogspot.com /2013/02/cara-mudah-budidaya-lobster-air-tawar.html. Diakses 10 Oktober 2013 pukul 12.36 WIB.

Fulierton, D.S. 1980. Steroid dan Senyawa Terapetik Sejenis. Buku teks Wilson dan Gisvold. Kimia Farmasi dan Medicinal Organik. Editor : Doerge R.F. Edisi VIII, Bagian II. J.B. Lippincott Company. Philadelphia – Toronto. USA. Hal. 675-754.

Gasper’s, V., 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico. Bandung. Guerrero, R.D. 1982. Sex Use of Androgens for The Production of All Male

Tilapia aurea (Steindachner). Reprinted from Transaction of The American Fisheries Society. Vol. 104.

Hakim, R.R.2008. Peningkatan Keberhasilan Pembentukan Monosex Jantan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) Melalui Pemberian Hormon Metiltestosteron dengan Lama Perendaman yang Berbeda. Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian-Peternakan. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Handajani, H. 2006. Pengujian Hormon Metiltestosteron Terhadap Keberhasilan Monosex Jantan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy). Jurnal Protein Fakultas Peternakan-Perikanan UMM, Vol. 13 No. 1 Malang.

Handoko. 2013. Habitat Dan Penyebaran Lobster Air Tawar. http://carabudidaya lobsterairtawar.blogspot.com/2013/05/habitat-dan-penyebaran-lobster-air-tawar.html. Di aksespada 3 November 2013 pukul 15.00 WIB. Hobikan. 2009. Teripang pasir. http://hobiikan.blogspot.com/2009/05/budidaya

Holthius, L.B. 1949. Decapoda Macrura with revision of the New Guinea parastacidae. Zoological result of the dutch New Guinae Expedition. Nova guinea: 59. 289 – 328

Johan Setiawan. 2013. Teripang. http://makalahteripang.blogspot.com/. Diakses pada 22 November 2013 pukul 19.00 WIB.

Kithakeni.T dan S.G.M. Ndaro. 2002. Some Aspects of Sea Cucumber, Holothuria scabra (Jaeger,1935), along the Coast of Dar es Salaam. Department of Zoology and Marine Biology, University of Dar es Salaam. Western Indian Ocean.

KPH Jember. 2006. Habitat Dan Penyebaran Lobster AirTawar.http://kphjember. com/files/CARA%20BUDIDAYA%20LOBSTER.pdf. Diakses pada 09 Oktober 2011 pukul 01.29 WIB.

Kustiariyah. 2006. Isolasi dan Uji Aktivitas Biologis Senyawa Steroid dari Teripang Sebagai Aprodisiaka Alami. Thesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lukito, A dan S Prayugo. 2007. Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Jakarta. Penebar Swadaya.

Matty, A.J. 1985. Fish Endrocinology. Timber press. Portland.

Martoyo, J., N. Aji dan T. Winanto.1994. Budidaya Teripang. Penebar Swadaya. Bogor.

Masduki, E. 2010. Sex Reversal. SUPM Negeri Bone. Sulawesi Selatan.

Matty, A.J. 1985. Fish Endocrinology. Croom Helm. Timbes Press. Oregon. USA. 264 pp.

Piferrer, F., S. Januy, M. Carrillo, I. I. Solar, R. H. Devlin and E. M. Donaldson. 1994. Brief Treatment With An Aromatase Inhibitor During Sex Differentiation Causes Chromosomally Female Salmon To Develop As Normal, Functional Males. Journal of Experimantal Zoology, 270:255-262. Wiley-Liss. Inc.

Potensi Negri Kami. 2010. Tekhnik Budidaya Lobster Air Tawar. http:// potensikami.blogspot.com/2010/07/teknik-budidaya-lobster-air-tawar.html. Diakses pada 08 Oktober 2011 pukul 23.06 WIB.

Pratiwi. 2010. Arthropoda. http://fahmilikhsan.blogspot.com/. Diakses pada 04 Oktober 2011 pukul 11.17 WIB.

Racotta, I.S., E. Palacios, and M.A Ibarra. 2003. Shrimp Larval Quality in Relation to Broodstock Condition. Aquaculture. 227 : 107 – 130. Ramadhan, W. 2008. Teripang Pasir Sebagai Sumber Testosteron Alami.

http://wahyuramadhan.blogspot.com/2008/08/teripang-pasir-sebagai-sumber.html. diakses pada 06 Oktober 2011 pukul 11.15 WIB.

Riata, R. 2010. Isolasi Steroid Teripang Pasir (Holothurias scabra). http://ritariata.blogspot.com/2010/01/isolasi-steroid-pada-teripang-pasir.html. Diakses pada 06 Oktober 2011 pukul 13.57 WIB. Rouse, D. B. 1997. Production of Australian Red Claw Crayfish. Auburn

University Alabama. UA. 11 halaman.

Royadi, 2011. Ciri Ciri Lobster Jantan dan Betina. http://lobster83.blogspot. com/2011/07/lobster-air-tawar.html. Diakses Tanggal 22 November 2013 Pukul 12.30 WIB.

Rumimoharto, K dan S. Juwana. 2005. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta.

Sarida, M. 2008. Efektifitas Ekstrak Steroid Teripang Pasir (Holothuria scabra) Dalam Produksi Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii De Man) Jantan. Jurusan Budidaya Perikanan. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi –II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008. Hlm 197-208.

Satrio.A. 2009. Klasifikasi dan Struktur Anatomi Molusca . http://asatrio.

blogspot.com/2009/11/laporan-prakikum-biologi-klasifikasi.html. Diakses 2 November 2013 pukul 15. 30 WIB.

Satyantini, W.H., dan Mukti, A.T., 2006. Maskulinisasi Larva Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) dengan menggunakan 17α-Metiltestosteron. Kumpulan abstraksi pada seminar nasional hasil penelitian Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.

Setiawan,C. 2010. Jurus Sukses Budidaya Lobster Air Tawar. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Studivianto, G., 2007. Pengaruh Perendaman Benih Lobster Air Tawar Capit Merah (Cherax Quadricarinatus) Pada Umur Yang Berbeda Dalam Hormon Sintetik 17 Alpha Metiltestosteron Terhadap Persentase Kelamin Jantan. http://adln.lib.unair.ac.id/. Diakses pada tanggal 3 November 2013.

Sukmajaya, Y dan Suharjo. 2003. Mengenal Lebih Dekat Lobster Air Tawar, Komoditas Perikanan Prospektif. Agromedia Pustaka Utama. Sukabumi.

Sutaman, 1993. Petunjuk Peraktis Budidaya Teripang. Kanisius. Yogyakarta.

Tacon, A. 1987. The Nutrition and Feeding of Farmed and Shrimp – A Training Manual 3. Feeding Methods. The Field Document N0. 7/B.,

FAO-Italy.208 p.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Lobster Air Tawar. Bandung. Nuansa Aulia.

Tripod. 2010. Tekhnik Budidaya (Secara Sex Reversal). http://mitra-bisnis. tripod.com/hiasbd.html. Diakses pada 06 oktober 2011 pukul 22.23 WIB.

Widha W. 2003. Beberapa Aspek Biologi Reproduksi Lobster Air Tawar Jenis Red Claw (Cherax quadricarinatus, Von Martens; Crustace;

Parastacidae). Tesis. Bogor. Sekolah Pascasarjana. IPB.

Wiyanto, R.H. dan R. Hartono. 2003. Merawat Lobster Hias di Akuarium. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yamamoto, T.O. 1969. Sex Differentiation. In: Fish Physiology (W.S.Hoar and D.J. Randall, eds), vol 3, pp. 117-175. Academic Press. New York.

Yoshikawa H, M. Oguri. 1981: Ovarian Differentiation In The Medaka, Oryzias Latipes, With Special Reference To The Gradient of The

Differentiation. Bull Jpn Soc Sci Fish 47:43–50.

Zairin, M.Jr. 2004. Memproduksi Benih Ikan Jantan atau Betina. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tabel 1. Data hasil rasio pembentukan individu jantan pada 30 dan 40 hari pengamatan.

No Bak Rasio kelamin (%)(kelamin individu/jumlah sampel 2 Juni 2012 12 Juni 2012 J B J B 1 O-1 20 80 30 70 2 O-2 20 80 30 70 3 O-3 30 70 25 75 4 O-4 40 60 35 65 Rerata 27,5 62,5 30 70 1 A-1 66.66 33.34 66.66 40 2 A-2 60 40 60 28.58 3 A-3 66.66 33.34 66.66 25 4 A-4 71.42 28.52 71.42 22.23 Rerata 48.09 33.8 66.18 28.95 1 B-1 42.85 57.15 42.85 44.45 2 B-2 66.66 33.34 66.66 27.27 3 B-3 40 60 40 42.86 4 B-4 42.85 57.15 42.85 45.45 Rerata 48.09 51.91 48.09 40.00 1 C-1 100 0 100 0 2 C-2 100 0 100 0 3 C-3 82.35 17.65 82.35 17.65 4 C-4 81.81 18.19 90.90 9.1 Rerata 91.04 8.96 93.3125 6.68 1 D-1 78.94 21.06 78.94 21.06 2 D-2 62.5 37.5 62.5 37.95 3 D-3 81.81 18.19 81.82 18.18 4 D-4 71.42 28.52 85.71 14.29 Rerata 73.6675 26.3175 77.2425 22.87

Tabel 2. Rerata hasil penelitian rasio maskulinisasi juvenil lobster air tawar pada hari ke-40 pemeliharaan (16 Mei 2012)

Perlakuan Ulangan SD 1 2 3 4 Control 30% 30% 25% 35% 120% 30% 4,082% 0 hari 66.66% 60% 66.66% 71.42% 265% 66.25% 4,694% 7 hari 42.85% 66.66% 40% 42.85% 192% 48% 12,452% 14 hari 100% 100% 82.35% 90.90% 373% 93.25% 8,474% 21 hari 78.94% 62.50% 81.82% 85.71% 309% 77.24% 10,212% 318% 319% 296% 326% 1259% 315% 39,914%

Keterangan : = rerata data

SD = standar deviasi data

Tabel 3. Hasil analisis ragam maskulinisasi lobster air tawar C.quadricarinatus dengan ekstrak steroid teripang pasir H. scabra pada umur yang berbeda pada hari ke-40

SK Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung F Tabel Kelompok 0.010299116 3 0.003433039 0.409245 3.490295 Perlakuan 0.977257203 4 0.244314301 29.1242* 3.259167 Galat 0.100664449 12 0.008388704 Total 1.088220768 19 Koefisien keragaman = ( 0,83/63) x 100% =1,446 %

Tanda * menunjukkan berbeda nyata dalam taraf kepercayaan 5%

Tabel 4. Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dalam taraf kepercayaan (α) = 5%

maskulinisasi lobster air tawar C.quadricarinatus dengan ekstrak steroid teripang pasir H. scabra pada umur yang berbeda

Ket. S.E.M = Standard Error Mean data. Huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata dalam taraf kepercayaan 95%

Perlakuan (perbedaa umur lobster air tawar)

Rasio juvenil jantan (%) ± S.E.M

0 hari (kontrol) 30±2,04e

0 hari 66,25±2,34c

7 hari 48±6,22d

14 hari 93,25±4,23a

Tabel 5. Data kelulushidupan juvenil lobster selama 40 hari pemeliharaan

No Bak 0 Kelulushidupan (rerata individu per bak = x / 20) 10 20 30 40

1 0 – 1 20 19 18 17 17 2 0 – 2 20 19 19 18 18 3 0 – 3 20 18 17 17 17 4 0 – 4 20 18 18 18 17 Rerata 100% 96,25% 95% 88% 86% 0 10 20 30 40 5 A – 1 20 17 9 3 3 6 A – 2 20 15 9 5 5 7 A – 3 20 18 11 6 6 8 A – 4 20 14 10 7 7 Rerata 100 80 9.75 5.25 5.25 0 10 20 30 40 9 B – 1 20 16 11 7 7 10 B – 2 20 14 14 9 9 11 B – 3 20 15 9 6 5 12 B – 4 20 17 10 7 7 Rerata 100% 15.5 11 7.25 7 0 10 20 30 40 13 C – 1 20 18 16 15 15 14 C – 2 20 18 17 15 15 15 C – 3 20 19 18 17 17 16 C – 4 20 15 13 11 11 Rerata 100% 17.5 16 14.5 14.5 0 10 20 30 40 17 D – 1 20 19 19 19 19 18 D – 2 20 18 18 16 16 19 D – 3 20 19 15 11 11 20 D – 4 20 19 14 14 14 Rerata 100% 18.75 16.5 15 15

Tabel 6. Rerata hasil penelitian kelulushidupan maskulinisasi lobster air tawar C.quadricarinatus dengan ekstrak steroid teripang pasir H. scabra pada umur yang berbeda pada hari ke 40 pengamatan

Perlakuan Ulangan SD 1 2 3 Control 85% 90% 85% 85% 345% 86% 2,500% 0 hari 15.00% 25% 30.00% 35.00% 105% 26% 8,539% 7 hari 35.00% 45.00% 25% 35.00% 140% 35% 8,165% 14 hari 75% 75% 85.00% 55.00% 290% 73% 12,583% 21 hari 95.00% 80.00% 55.00% 70.00% 300% 75% 16,832 305% 315% 280% 280% 1180% 295% 48,619%

Keterangan : = rerata data

SD = standar deviasi data

Tabel 7. Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dalam taraf kepercayaan

(α) = 5% maskulinisasi lobster air tawar C.quadricarinatus

dengan ekstrak steroid teripang pasir H. scabra pada umur yang berbeda

SK Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung F Tabel Kelompok 0.019 3 0.006333333 0,483306836248023 3.490294821 Perlakuan 1.13175 4 0.2829375 21,5914149443562* 3.259166727 Galat 0.15725 12 0.013104167 Total 1.308 19 Koefisien keragaman = ( 1,31/59) x 100% =1,939%

Tanda * menunjukkan berbeda nyata dalam taraf kepercayaan 5%

Tabel 8. Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dalam taraf kepercayaan (α) = 5%

maskulinisasi lobster air tawar C.quadricarinatus dengan ekstrak steroid teripang pasir H. scabra pada umur yang berbeda

Ket. S.E.M = Standard Error Mean data. Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dalam taraf kepercayaan 95%

Perlakuan (perbedaa umur lobster air tawar)

Rasio juvenil jantan (%) ± S.E.M

0 hari (kontrol) 86 ± 1.25a

0 hari 26± 4,27e

7 hari 35± 4.08d

14 hari 73± 6,29c

Tabel 9 . Data berat total juvenil lobster air tawar selama 40 hari pemeliharaan (rerata berat total individu per bak)

No Bak Berat total / gram (rerata individu per bak)

0 10 20 30 40 1 0 – 1 0,06 0,09 0,13 0,15 0,17 2 0 – 2 0,05 0,10 0,13 0,19 0,23 3 0 – 3 0,04 0,10 0,14 0,15 0,17 4 0 – 4 0,05 0,11 0,13 0,15 0,19 Rerata 0,05 0,10 0,13 0,16 0,19 0 10 20 30 40 5 1 – 1 0,06 0,09 0,16 0,76 1,00 6 1 – 2 0,06 0,15 0,19 0,65 3,00 7 1 – 3 0,04 0,12 0,17 0,48 2,15 8 1 – 4 0,04 0,12 0,30 0,33 0,70 Rerata 0,05 0,12 0,21 0,55 1,71 0 10 20 30 40 9 2 – 1 0.9 0.20 0.45 0.97 1.33 10 2 – 2 0.10 0.23 0.55 1.02 1.40 11 2 – 3 0.13 0.18 0.57 0.93 1.26 12 2 – 4 0.12 0.23 0.63 1.0 1.37 Rerata 0.3125 0.21 0.55 0.98 1.34 0 10 20 30 40 13 3 – 1 0.13 0.33 0.84 1.05 1.50 14 3 – 2 0.21 0.41 0.87 1.06 1.62 15 3 – 3 0.24 0.35 0.77 1.09 1.43 16 3 – 4 0.27 0.47 0.81 1.05 1.44 Rerata 0.2125 0.39 0.8225 1.0625 1.4975 0 10 20 30 40 17 4 – 1 0.43 0.67 1.00 1.78 2.00 18 4 – 2 0.44 0.66 1.01 1.78 2.01 19 4 – 3 0.43 0.71 1.01 1.77 2.03 20 4 – 4 0.44 0.63 1.04 1.80 2.01 Rerata 0.435 0.6675 1.015 1.7825 2.0125

Tabel 10. Data panjang total juvenil lobster air tawar selama 40 hari pemeliharaan (rerata berat total individu per bak)

No Bak 0 Panjang total / Cm (rerata individu per bak) 10 20 30 40

1 0 – 1 1,00 1,26 1,40 1,85 2,00 2 0 – 2 0,90 1,36 1,50 1,77 2,13 3 0 – 3 0,90 1,30 1,50 1,22 2,00 4 0 – 4 0,80 1,30 1,48 1,80 2,13 Rerata 0.9 1.305 1.47 1.66 2.065 0 10 20 30 40 5 1 – 1 0.90 1.10 1.40 2.00 2.50 6 1 – 2 1.00 1.30 1.50 2.10 2.70 7 1 – 3 0.90 1.30 1.50 1.70 3.00 8 1 – 4 0.90 1.10 1.30 1.60 2.40 Rerata 0.925 1.2 1.425 1.85 2.65 0 10 20 30 40 9 2 – 1 1.10 1.70 2.7 2.20 3.30 10 2 – 2 1.00 1.20 1.90 2.40 3.60 11 2 – 3 1.20 1.30 1.80 2.50 3.30 12 2 – 4 1.10 1.30 1.90 2.70 3.50 Rerata 1.1 1.375 2.075 2.45 3.425 0 10 20 30 13 3 – 1 1.50 2.57 3.08 3.43 3.87 14 3 – 2 1.65 2.50 3.07 3.58 3.89 15 3 – 3 1.71 3.31 3.40 4.00 4.16 16 3 – 4 1.65 3.11 3.28 3.37 3.67 Rerata 1.6275 2.8725 40 3.595 3.8975 0 10 20 30 40 17 4 – 1 1.90 2.45 2.97 3.36 3.89 18 4 – 2 1.87 2.61 2,90 3.40 3.79 19 4 – 3 1.90 2.58 3.00 3.40 3.90 20 4 – 4 2.10 2.40 2.87 3.45 4.03 Rerata 1.9425 2.51 2.21 3.4025 3.9025

Tabel 11. Data suhu bak perlakuan selama 40 hari pemeliharaan No Bak Suhu oC 10 20 30 40 1 0 – 1 27.58 28.3 27.62 28.48 2 0 – 2 27.6 28.8 27.83 28.28 3 0 – 3 28.4 28.73 27.9 27.6 4 0 – 4 28 28.3 28.2 28.1 Rerata 27.895 28.5325 27.8875 28.115 5 1 – 1 28.5 28.3 27.6 26.9 6 1 – 2 28.2 28.1 27.3 28 7 1 – 3 27.5 27.78 27.1 28.1 8 1 – 4 27.1 27.4 28.2 27.4 Rerata 27.825 27.895 27.55 27.6 9 2 – 1 27.9 27.6 28.7 28 10 2 – 2 28.1 27.2 27.53 28.2 11 2 – 3 27.9 28.2 27.9 28.4 12 2 – 4 28.3 27.9 27.6 27.8 Rerata 28.05 27.725 27.9325 28.1 13 3 – 1 27.7 28.6 28.2 28.6 14 3 – 2 28.2 27.6 27.9 28 15 3 – 3 27.15 28.1 27.7 28.3 16 3 – 4 27.8 28.5 27.8 28.9 Rerata 27.7125 28.2 27.9 28.45 17 4 – 1 27.5 28.5 27.1 28.6 18 4 – 2 27.8 28.3 27.4 28.4 19 4 – 3 27.3 28.2 27.4 28.3 20 4 – 4 28.6 28 27.8 28.5 Rerata 27.8 28.25 27.425 28.45

Tabel 12. Data pH bak perlakuan selama 40 hari pemeliharaan No Bak pH 10 20 30 40 1 0 – 1 6.43 6.37 6 6.2 2 0 – 2 6.36 6.38 6.1 6 3 0 – 3 6.07 6.38 6 6.4 4 0 – 4 6.36 6.37 6.5 6 Rerata 6.305 6.375 6.15 6.15 5 1 – 1 6.75 7 6.25 6.75 6 1 – 2 6.5 6.25 6.7 6.3 7 1 – 3 6.24 6.7 6.8 6 8 1 – 4 7 6.4 4.69 7 Rerata 6.6225 6.5875 6.11 6.5125 9 2 – 1 7 6.25 6.8 6.3 10 2 – 2 6.75 7 7 6.5 11 2 – 3 6.5 6.25 6.4 6.75 12 2 – 4 7 6.55 6 6.85 Rerata 6.8125 6.5125 6.55 6.6 13 3 – 1 6.5 6.36 7 6.13 14 3 – 2 6.17 6.33 6 6 15 3 – 3 6.25 6.29 6.5 6.1 16 3 – 4 6.08 6.4 6 6 Rerata 6.25 6.345 6.375 6.0575 17 4 – 1 6.33 6.35 6.15 6 18 4 – 2 6.17 6.33 6 6 19 4 – 3 6.89 6.73 6.17 6.12 20 4 – 4 6.17 6.33 6.16 6.15 Rerata 6.39 6.435 6.12 6.0675

Tabel 13. Data DO / oksigen terlarut bak perlakuan selama 40 hari pemeliharaan No Bak DO mg/L 10 20 30 40 1 0 – 1 6.31 6.01 6.36 5.04 2 0 – 2 5.36 5.82 6.48 6.59 3 0 – 3 6 6.69 6.25 5.07 4 0 – 4 5.43 6.59 5.67 5.68 Rerata 5.775 6.2775 6.19 5.595 5 1 – 1 6.54 6.46 6.57 6.13 6 1 – 2 6.62 6.57 6.29 7.02 7 1 – 3 5.78 6.82 6.22 5.89 8 1 – 4 5.9 6.87 6.2 6.99 Rerata 6.21 6.68 6.32 6.5075 9 2 – 1 7.03 7.16 7.15 6.85 10 2 – 2 6.75 6.3 6.73 6.17 11 2 – 3 6.77 6.44 6.82 7.07 12 2 – 4 6.85 6.83 6.24 6.72 Rerata 6.85 6.6825 6.735 6.7025 13 3 – 1 6.62 6.41 5.76 6.4 14 3 – 2 7.21 6.72 5.61 6.14 15 3 – 3 7.09 6.69 7.5 7.25 16 3 – 4 5.83 6.77 7.25 6.86 Rerata 6.6875 6.6475 6.53 6.6625 17 4 – 1 7.3 6.72 7.12 7 18 4 – 2 6.67 7.13 6.74 6.52 19 4 – 3 6.21 6.78 7.77 7.03 20 4 – 4 7.01 7.38 7.06 6.3 Rerata 6.7975 7.0025 7.1725 6.7125

Tabel 14. Persentase jumlah juvenil lobster air tawar yang cacat pada hari ke-40 pemeliharaan No Bak % Juvenil LAT Cacat 1 0 - 1 25 2 0 - 2 25 3 0 - 3 25 4 0 - 4 25 Rerata 25 5 1-Jan 33.3 6 2-Jan 20 7 3-Jan 0 8 4-Jan 0 Rerata 13.325 9 1-Feb 14.2 10 2-Feb 0 11 3-Feb 0 12 4-Feb 14.2 Rerata 7.1 13 1-Mar 20 14 2-Mar 26.6 15 3-Mar 35.3 16 4-Mar 9.1 Rerata 22.75 17 1-Apr 0 18 2-Apr 18.75 19 3-Apr 0 20 4-Apr 50 Rerata 17.1875

1. Pengeluaran dan pemisahan jeroan teripang dari daging teripang diikuti pengawetan sementara dalam freezer 4o C selama 24 jam

2. Ekstraksi lemak teripang dengan maserasi pada jeroan teripang dengan pelarut etanol menggunakan cara refluks dengan perbandingan bahan dan pelarut = 1 : 2 (berat / volum) yan dilakukan pada suhu 40o - 50o C selama 3 - 4 jam atau hingga pelarut habis, kemudian dipanaskan hingga seluruh pelarut terpisah dari ( suhu 55o C)

3. Supernatan hasil sentrifugasi dicampur dengan 50 mL KOH 1 M dan

direfluks kembali dalam suhu 70o C selama 1 jam, kemudian campuran hasil refluks didinginkan dengan penambahan aquadest sebanyak 100 mL

4. Campuran refluks dimasukkan ke dalam tabung pemisah dan disabunkan dengan dietil eter sebanyak 100 mL, kemudian dikocok dan diendapkan hingga diperoleh supernatan dan residu. Residu dipisah dan disabunkan kembali dengan cara yang sama hingga diperoleh supernatan kedua dan ketiga

5. Semua supernatan yang diperoleh digabungkan, dimasukkan ke dalam corong untuk dicuci dengan aquades 40 mL sebanyak 3 kali

6. Residu yang diperoleh dipisahkan dan ditambah dengan KOH 0,5 M 40 mL dan 1 tetes pp, kemudian dikocok dan didiamkan hingga terbentuk dua fasa 7. Dua fasa yang terbentuk dipisah, kemudian supernatan yang diperoleh

ditambahkan 40 mL aquades, dikocok, dan didiamkan kembali hingga terbentuk dua fasa, lalu dipisahkan kembali

8. Supernatan ditambah KOH 0,5 M 40 mL, dikocok, dan didiamkan kembali hingga terbentuk dua fasa, lalu dipisahkan kembali

9. Larutan yang diperoleh kemudian didestilasi hingga seluruh pelarut menguap (suhu 55 oC)

10. Ekstrak steroid dari teripang yang diperoleh selanjutnya dicampur dengan etanol 2,5 mL/L ekstrak sebagai pelarut

Gambar 15. Hasil Maserasi Ekstrak Organ Dalam Teripang Sebelum Proses Reflux

Gambar 17. Aquades, Labu Ukur dan Erlenmayer Untuk Pengukuran

Campuran Ekstrak Steroid Teripang Pasir

Gambar 18. Tata Letak Bak Percobaan

A B E

C D

Gambar 20. Peralatan Ukur Parameter Selama Penelitian Keterangan : A. Kaca Pembesar

B. Do Meter

C. Milimeter Blok Dan Mistar D. Neraca O’hauss

E. Thermometer

Anton Gusnanto, G. Nugroho Susanto, Sri Murwani

e-mail korespondensi :gnugroho@unila.ac.id

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1,Bandar Lampung,Lampung, Indonesia, 35145

ABSTRAK

Maskulinisasi dengan cara sex reversal merupakan salah satu teknik pembalikan kelamin pada lobster air tawar, karena lobster jantan lebih cepat pertumbuhanya dibanding betina. Ekstrak steroid teripang pasir (Holothuria scabra) berperan dalam proses maskulinisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui umur larva lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) yang paling efektif dalam pembentukan kelamin jantan melalui perendaman dalam ekstrak steroid teripang pasir. Penelitian dilakukan dengan metode rancangan acak kelompok (RAK) dan umur larva sebagai perlakuan kelompok tiap perlakuan dengan 4 kali ulangan. Perlakuan menggunakan umur larva lobster air tawar berbeda: 0, 7, 14 dan 21 hari dan dilakukan perendaman dalam larutan ekstrak steroid teripang pada konsentrasi 2 ppm selama 18 jam. Larva lobster air tawar kemudian dipelihara selama 40 hari setelah perendaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan umur berpengaruh nyata terhadap pembentukan monoseks jantan (maskulinisasi) pada larva umur 0 hari yaitu 66,25%, 7 hari 48%, 14 hari 93,25% dan 21 hari 77,24 % dibandingkan dengan kontrol (30%). Berdasarkan hasil analisis ragam

dan beda nyata terkecil (P ≤ 0,05), terdapat perbedaan antar perlakuan dalam

pembentukan monoseks jantan pada umur yang berbeda. Larva umur 14 hari memiliki persentase tertinggi dalam proses maskulinisasi yaitu 93,25% dan terendah pada larva umur 7 hari (48%). Selama penelitian kelulushidupan larva lobster air tawar pada umur 21 hari memiliki kelulushidupan tertinggi 75% disbanding larva yang lain dan terdapat peningkatan rerata pertumbuhan harian spesifik yang meliputi berat total dengan pertambahan 1,34 gr dan panjang total dengan pertambahan 2,98 cm. Hasil penelitian menunjukkan umur berpengaruh terhadap pembentukan maskulinisasi ada larva lobster air tawar.

Anton Gusnanto, G. Nugroho Susanto, Sri Murwani

e-mail korespondensi :gnugroho@unila.ac.id

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1,Bandar Lampung,Lampung, Indonesia, 35145

ABSTRACT

Masculinization using sex reversal is one of sexual reversal technique on fresh water lobster as its male individual grow faster than the female. Sea cucumber (Holothuria scabra) steroid extract has a role in masculinization process. The aim of this project is to determine the most effective larva age of fresh water lobster in male sexual formation by soaking in sea cucumber steroid extract. Group randomized design (RAK) was applied and larva ege as group treatment with 4 replications the of 0,7 , 14 and 21 days and soaked in 2 ppm steroid extract in 18 hours. Different larva ege was affected significantly on masculinization of 0 day larva (66.25%), 7 days larva (48%), 4 day larva (93.28%) and 21 days larva (77.24%) composed to control (30%). There is treatment differences in male monosexual forming in different ages by analysis of variance ( P < 005). 14 day larva has the highest Percentase (93.25%) and the largest on 7 days larva (48%). The larva survival on all treatment were varied between 26-75%, with the highest on 21 days larva (75%), growth inculcate included average Specific daily growth. Total weight of 1.34 gr, total length of 2.98 cm. it is concluded that age influence the fresh water lobster larva Masculinization forming and 14 days larva is the most effective.

Key word : Seteroid extract of sea cucumber, Fresh water lobster, maskulinisation

Pendahuluan

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk budidaya lobster air tawar karena iklim dan siklus musim yang

memungkinkan lobster dapat

dibudidayakan sepanjang tahun.Selain itu potensi sumber makanan yang melimpah di alam dan mudah diperoleh. Indonesia menjadi salah satu negara produsen utama sekaligus pemasok terbesar lobster air tawar di pasar internasional (Tim Karya Tani Mandiri,

2010). Sektor usaha lobster air tawar di Indonesia cukup prospektif untuk

dikembangkan seiring dengan

meningkatnya permintaan kebutuhan pasar dunia artinya permintaan lobster konsumsi tidak hanya datang dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Jenis lobster yang banyak dipilih oleh peternak adalah red claw (Cherax quadricarinatus) yang berasal dari Australia (Lukito dan Prayugo, 2007). Lobster air tawar tersebut ditemukan

lobster air tawar ini umumnya memiliki ciri khusus seperti sungai yang tepinya dangkal dan bagian bawahnya atas campuran lumpur, pasir, dan bebatuan, serta dapat juga ditemukan di sungai atau danau yang banyak ditumbuhi tanaman air (Setiawan, 2010).

Hasil penelitian dari Sarida (2008) dan hakim (2008) menunjukan bahwa individu jantan lobster air tawar lebih cepat berkembang dan tumbuh dibandingkan betina. Pada lobster jantan usia 7-8 bulan dapat mencapai berat 30 gr/ ekor, sedangkan pada betina 20 gr/ ekor pada umur yang sama. Untuk itu memproduksi individu jantan (monosex) lebih banyak dilakukan

karena lebih menguntungkan

(Sukmajaya dan Suharjo, 2003).

Dalam perkembangan budidaya hewan tersebut dapat dilakukan dengan teknik sex reversal yaitu cara pembalikan arah

perkembangan kelamin yang

seharusnya berkelamin jantan diarahkan perkembangan gonadnya menjadi betina atau sebaliknya. Teknik ini dilakukan pada saat sebelum terdiferensiasinya gonad secara jelas antara jantan dan betina pada waktu menetas. Sex reversal merubah phenotip ikan tetapi tidak merubah genotipnya (Masduki, 2010). Sex reversal merupakan cara pembalikan arah perkembangan kelamin ikan yang seharusnya

berkelamin jantan diarahkan

perkembangan gonadnya menjadi betina atau sebaliknya. Teknik ini dilakukan pada saat belum terdiferensiasinya gonad ikan secara jelas antara jantan dan betina pada waktu menetas. Penelitian Hakim (2008) tentang monosex jantan (maskulinisasi) lobster air tawar (C. quadricarinatus ) dengan

pemberian dosis hormon

61,13% pada dosis2 ppm. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penelitian

ini akan dilakukan dengan

maskulinisasi lobster air tawar (C. quadricarinatus ) dengan ekstrak steroid teripang pasir (Holothuria scabra) pada umur larva yang berbeda.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. mengetahui umur larva lobster air tawar (Cherax

quadricarinatus) yang paling efektif dalam pembentukan kelamin jantan dengan perendaman dalam larutan ekstrak steroid teripang pasir (Holothuria scabra) .

2. mengetahui kelulushidupan, berat total dan panjang total larva lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) selama pengamatan.

3. mengetahui kualitas air selama masa pemeliharaan

Bahan dan Metode A.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli-September 2013 di laboratorium penelitian Biologi Akuatik Gedung MIPA Terpadu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bak fiber untuk pemeliharaan induk lobster dengan kapasitas volume 100 liter. Bak fiber

dengan kapasitas volume 5 liter. Loop untuk pengamatan morfologi lobster larva. Cawan petri untuk wadah pengamatan morfologi lobster. Neraca digital untuk pengukuran berat tubuh larva lobster. Kertas milimeter block dan jangka sorong untuk pengukuran panjang tubuh larva lobster. Pengukuran kualitas air menggunakan pHmeter untuk pengukuran pH, DOmeter untuk pengukuran oksigen terlarut (DO), termometer untuk pengukuran suhu, dan refraktometer untuk pengukuran salinitas air. Pengeringan ekstrak steroid teripang menggunakan rotary vacum evaporator. Labu ukur 500 mL dan gelas beker 250 mL untuk wadah ekstrak steroid teripang. Lembar kerja untuk pencatatan data parameter pengamatan dan kalkulator untuk perhitungan hasil pengamatan.

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah hewan uji berupa larva lobster air tawar capit merah (Cherax quadricarinatus) dengan umur yang berbeda sebagai perlakuan (0, 7, 14 dan 21 hari) dan ekstrak organ dalam teripang pasir (Holothuria sp) yang digunakan sebagai sumber ekstrak steroid. Pakan berupa cacing sutera dan pelet. Air media pemeliharaan dalam bak pengeraman, bak pemijahan dan dan bak perlakuan. Bahan kimia : etanol, aseton, dietil eter,fenol ftelin, dan kalium hidroksida ntuk ekstraksi teripang.

Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan umur larva sebagai perlakuan kelompok dan tiap

perendaman dalam larutan ekstrak steroid teripang pada konsentrasi 2 ppm selama 18 jam. Larva lobster air tawar kemudian dipelihara selama 40 hari setelah perendaman dan setiap bak akan digunakan untuk memelihara 20 ekor larva lobster. Data hasil perlakuan diuji dengan analisis ragam (Anara) dan jika terdapat perbedaan nyata maka akan diuji dengan uji BNT (Beda NyataTerkecil) dengan taraf α-0,05.

1. ProsedurPenelitian

1.1. Persiapan tempat dan air media pemeliharaan

Media pemeliharaan dilakukan dengan mempersiapkan bak pengeraman dan pemijahan aklimasi. Seluruh bak berukuran (63 x 40 x 40) cm3 dengan pembagian sebagai berikut:

a. Bak pemeliharaan lobster berjumlah 3 unit dengan pengisian air sebanyak 50 liter

Dokumen terkait