• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pemidanaan terhadap pecandu sekaligus pengedar narkotika, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemidanaan bagi pecandu dan pengedar narkotika dapat disimpulkan dari uraian diatas bahwa pemidanaanya harus mengacu kepada keketentuan- ketentuan sebagai pecandu seperti yang terlampir pada Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2010 jo SEMA RI No. 07 Tahun 2009 dan Peraturan Bersama tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika. Tersangka yang merangkap menjadi pengedar sekaligus pecandu dapat mendapatkan tindakan rehabilitasi di Lapas tempat dimana tersangka ditahan sesuai dengan ketentuan peraturan Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi khususnya Pasal 5 ayat (1), tindakan rehabilitasi bagi pecandu rangkap pengedar dapat dilakuksan didasari keadaan mendesak yang mempengaruhi kesehatan tersangka. Tersangka yang hanya terbukti sebagai seorang pecandu maka hakim akan menerapkan ketentuan Pasal 103 yang mana tersangka wajib menjalani tindakan rehabilitasi disebutkan juga di pasal 54 Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 menyebutkan bahwa hanya Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan saja yang wajib menjalani Rehabilitasi. Tersangka

yang terbukti sebagi pecandu rangkap pengedar maka akan di kenakan hukuman seberat-beratnya di sebutkan di pasal 114 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang pengedaran narkotika yang bisa di pidana seumur hidup bahkan hukuman mati, hal ini terbukti dari data tahun 2015 yang diperoleh dari Pengadilan Negeri Yogyakarta bahwa dari 9 kasus yang diambil oleh penulis semuanya divonis penjara atau dikenakan pasal 114 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009.

2. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan penjatuhan sanksi terhadap pecandu sekaligus pengedar narkotika adalah sebagai berikut :

a. Belum adanya perubahan paradigma masyarakat tentang rehabilitasi.

b. Kurangnya bukti atau tidak disertainya alat bukti surat yang menyatakan bahwa seseorang tersebut mengalami ketergantungan.

c. Sulitnya pembuktian bahwa terdakwa pecandu juga termasuk dalam jaringan pengedar gelap.

d. Sulitnya menyangkal bahwa pelaku pengedar adalah pecandu yang harus ditolong, jika pelaku pengedar adalah pengguna aktif maka mau tidak mau harus dilakukan assesment dan tindakan rehabilitasi.

e. Banyaknya kasus Pengedar yang bersembunyi didalam pasal pengguna narkotika.

B. SARAN

Adapun saran yang dapat disampaikan sebagai bagian dari penyusunan skripsi ini, semoga dapat memberikan manfaat dalam rangka mencegah terjadinya penyalahgunaan Narkotika antara lain sebagai berikut :

a. Diharapkan kepada penegak hukum, dalam hal ini hakim berani untuk memutuskan hukuman yang berat sesuai dengan perundangundangan tetapi juga harus berlandaskan rasa kemanusiaan mengingat kebanyakan pecandu yang menjadi pengedar karena upaya untuk menyambung hidupnya.

b. Badan Narkotika Provinsi harusnya melakukan upaya yang lebih serius dalam pencegahan terjadinya penyalahgunaan narkotika dengan melibatkan semua pihak penegak hukum didalamnya sehingga memudahkan koordinasi dalam mengatasi penyalahgunaan narkotika. c. Bagi pemerintah dalam hal ini harusnya lebih serius lagi dalam

penyelenggaraan sosialisasi Anti terhadap Narkoba, dengan mengadakan penyuluhan bahaya barang haram tersebut sehingga banyak memberikan pengetahuan bagi masyarakat awam mengenai sanksi-sanksi menyangkut Tindak Pidana Narkotika.

Daftar Pustaka

Adami Chazawi, 2001, Stelsel Pidana, Tindak Pidana, Teori-Teori Pemidanaan Batas berlakunya Hukum Pidana, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Ali, Mahrus, 2015, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta, edisi pertama, cetakan ke 5, Sinar Grafika offset, jakarta.

AR.sujono, dan,Bony Daniel, 2011, komentar dan pembahasan undang-undang nomor 35 tahun 2009, sinar grafika, Jakarta.

B.Simandjuntak, 1981, Pengantar Krimonologi Dan Patologi Sosial, Parsito , Bandung.

Dadang Hawari, 1997. Al-Quran, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Dana Bakti Primayasa, Yogyakarta.

E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, 2002. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya.Storia Grafika, jakarta

Erdianto Effendi, 2011.Hukum Pidana Indonesia, Refika Aditama, Bandung Fajar, Mukti ND, dan Yulianto Achmad, 2013, Dualisme Penelitian Hukum

Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Gatot Supramono, 2009, Hukum Narkotika Indonesia, Djambatan, Jakarta.

Hari Sasangka, 2003, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, Mandar Maju, Bandung

Lamintang, P.A.F, 2010. Hukum Penitensier Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Leden Marpaung, 1991. Unsur-Unsur Perbuatan yang Dapat Dihukum

(Delik),Sinar Grafika,jakarta

Lydia Herlina Martono dan Satya Joewana, 2006, Belajar Hidup Bertanggung jawab Menangkal Narkoba dan Kekerasan, Jakarta Balai Pustaka , jakarta.

Ma’roef, 1987, Narkotika, Masalah dan Bahayanya, PT. Bina Aksara, Jakarta. Mardani, 2008. Penyalaghunaan Narkotika dalam Perspektif Hukum Islam dan

Hukum Pidana Nasional. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Moh. Taufik Makarao,Suhasril, 2005, dan Moh.Zakky A.S., Tindak Pidana Narkotika, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Romli Atmasasmita, 1995. Kapita Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi.

Mandar Maju, Bandung

Satya Joewana, 1986. Gangguan Penggunaan Zat Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif Lainnya. Karisma Indonesia, Jakarta

Sholehuddin, 2002. Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana, Ide Dasar Double Track System dan Implementasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Siswanto Sunarso, 2004. Penegakan Hukum Psikotropika. Raja Grafindo, Jakarta Soedjono Dirdjosisworo, 1990, Hukum tentang Narkotika di Indonesia, Karya

Nusantara, Bandung,

Sudarsono, 1992. Kenakalan Remaja. Rineka Cipta, Jakarta

Soedarto, 1983 Hukum Pidana Dan Perkembangan Masyarakat, Sinar Baru, Bandung

Sumarno Ma’sum, 1987. Penanggulangan Bahaya Narkotika dan

Ketergantungan Obat. CV. Mas Agung, Jakarta

Taufik Makarao, 2005, Tindak Pidana Narkotika, PT. Bina Aksara, Jakarta.

Internet

http:// HarianJogja.com/2015/12/Tiba-tiba-semangat-dan-loyo-2-pengguna-sekaligus pengedar-ditangkap.html. https://m.tempo.co/read/news/2015/11/09/063717041/penjara-pecandu-dan- pengedar-narkoba-akan-dipisah.html http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5141cd01a7dac/pemilik-puntung-ganja- pengedar-ganja.html

Peraturan Perundang – undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika.

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 07 Tahun 2009 tentang

menempatkan pemakai narkotika kedalam panti terapi dan rehabilitasi. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun 2010 tentang

Penempatan Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial

Peraturan Bersama tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi tahun 2014 Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Sosial Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. No. : 01/PB/MA/III/2014, No. : 03 Tahun 2014

Dokumen terkait