Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen rantai pasokan dapat diterapkan pada industri teh hijau yang diteliti. Rancangbangun sistem manajemen rantai pasokan industri teh hijau mampu meningkatkan nilai tambah dan keuntungan yang diperoleh perkebunan rakyat, meningkatkan keuntungan
perusahaan “The Channel Master” serta memenuhi kepuasan konsumen. Secara
spesifik, kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
1. Perusahaan The Channel Master dalam menjalankan manajemen rantai
pasokan industri teh hijau melakukan strategi integrasi vertikal (vertical
integration) dengan memiliki perkebunan teh dan pabrik pengolahan,
menerapkan strategi koordinasi vertikal (vertical integration) dengan
perkebunan rakyat serta melakukan pembelian teh jadi (made tea) dari
pasar terbuka yang berasal dari industri pengolahan teh hijau lainnya. Penerapan ketiga strategi tersebut menyebabkan jaringan rantai pasokan
yang terbentuk menjadi multiple levels dan kompleks.
2. Model rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau dibuat berdasarkan praktek manajemen rantai pasokan teh hijau yang terjadi saat ini serta hasil eksperimen simulasi rancang ulang manajemen rantai pasokan industri teh hijau. Model rancangbangun tersebut terdiri atas dua belas sub model, yaitu sub model pengiriman pucuk teh ke pabrik , sub model pemetik perkebunan perusahaan, sub model penjualan pucuk teh kebun rakyat, sub model pemetik perkebunan rakyat, sub model manajemen kapasitas pabrik teh, sub model tenaga kerja pabrik, sub model rekayasa kualitas, sub model proses akhir di pabrik, sub model manajemen persediaan teh di pusat distribusi, sub model pasar dan pesanan teh, sub model keuangan pekebunan rakyat serta sub model keuangan perusahaan.
3. Secara spesifik dalam model rancangbangun tersebut dikembangkan
penerapan sistem produksi hibrida (hybrid production system) yang
menggabungkan sistem dorong (push system) yang menjadi karakteristik
khas perkebunan dengan sistem tarik (pull system) yang menempatkan
pusat distribusi sebagai titik pemisahnya (customer order decoupling
point/CODP). Sistem dorong terjadi pada rangkaian sub model rekayasa kualitas teh, sub manajemen kapasitas pabrik, sub model pengiriman pucuk
132
ke pabrik dan sub model penjualan pucuk kebun rakyat, sedangkan sistem tarik terjadi pada rangkaian sub model manajemen persediaan di pusat distribusi dan sub model proses akhir di pabrik.
4. Dalam model rancangbangun tersebut dikembangkan pula sub model rekayasa kualitas industri pengolahan teh hijau yang terdiri atas rekayasa kualitas teh curah dan rekayasa kualitas pucuk teh. Rekayasa kualitas teh curah dilakukan dengan cara penyesuaian kualitas dari kelompok kualitas yang lebih tinggi ke kelompok kualitas yang lebih rendah, sedangkan rekayasa kualitas pucuk teh dilakukan dengan menetapkan arahan pemetikan pucuk teh menjadi kualitas pucuk teh yang lebih baik.
5. Dalam upaya mengukur kinerja penerapan strategi manajemen rantai pasokan industri teh hijau, dilakukan pengembangan sistem pengukuran
kinerja berimbang antara aspek efisiensi (efficiency) dan keadilan (equity).
Pengukuran aspek efisiensi dilakukan dengan menggunakan indikator
kinerja kartu berimbang (balanced scorecard), sedangkan aspek keadilan
diukur dengan indikator nilai tambah (value added). Secara implisit, dalam
balanced scorecard yang dikembangkan dilakukan juga pengukuran
efektivitas, fleksibilitas dan inovasi.
6. Dalam upaya meningkatkan nilai tambah dan keuntungan bagi perkebunan rakyat serta perusahaan, dilakukan pengembangan model rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau dengan melakukan eksperimen simulasi berupa penerapan tiga skenario pengembangan yang terdiri atas : (I) peningkatan jumlah luas lahan produktif perkebunan rakyat menjadi 400 hektar, artinya terjadi penambahan jumlah perkebunan rakyat yang bermitra dengan perusahaan, (II) perusahaan menetapkan kebijakan pengurangan cakupan persediaan untuk setiap kelompok kualitas teh dari 30 hari menjadi 15 hari, dan (III) melakukan rancang ulang manajemen rantai pasokan industri teh hijau berupa pengembangan inovasi kelembagaan rantai pasokan industri teh hijau.
7. Perubahan parameter model dalam skenario I dan II menghasilkan
peningkatan keuntungan usaha yang diperoleh perusahaan The Channel
Master, tetapi perkebunan rakyat tidak mengalami perubahan pada keuntungan usahanya. Dalam skenario III dilakukan perubahan struktural model yang dibagi ke dalam dua bagian, yaitu skenario IIIA yang menerapkan inovasi kelembagaaan berupa tata kelola hubungan kebun
133
rakyat dengan koperasi agroindustri teh hijau berupa sistem penyerahan pucuk teh, sedangkan skenario IIIB menerapkan tata kelola hubungan kebun rakyat dengan koperasi agroindustri teh hijau berupa sistem transaksi pucuk teh. Hasil skenario IIIA mampu meningkatkan nilai tambah dan keuntungan yang diperoleh perkebunan rakyat serta mampu meningkatkan keuntungan perusahaan dan memelihara kepuasan konsumen secara bersamaan. Hasil skenario IIIB hanya mampu meningkatkan keuntungan perusahaan dan memelihara kepuasan konsumen saja, sedangkan peningkatan keuntungan dan nilai tambah perkebunan rakyat tidak terjadi.
8. Berdasarkan model rancangbangun yang dibuat, dalam mewujudkan manajemen rantai pasokan agroindustri yang efisien dan berkeadilan di negara berkembang diperlukan integrasi lima komponen pembentuk model rancangbangun manajemen rantai pasokan. Kelima komponen tersebut terdiri atas struktur jaringan rantai pasokan, rekayasa kualitas, sistem produksi hibrida, inovasi kelembagaan dan sistem pengukuran kinerja berimbang.
Saran Pengembangan Model
Dalam rangka mengatasi tidak terpenuhinya sebagian pesanan teh untuk kelompok kualitas teh G1 dan teh G3 maka perlu dilakukan pengembangan model dengan cara meningkatkan luas produktif kebun rakyat anggota koperasi dan kapasitas pabrik pengolahan milik koperasi agroindustri. Hal tersebut perlu
dikembangkan karena perusahaan The Channel Master telah menetapkan
prioritas stategisnya untuk tidak mengembangkan luas produktif kebun sendiri dan kapasitas pabrik pengolahan miliknya.
Sejalan dengan pengembangan luas produktif kebun rakyat anggota koperasi dan kapasitas pabrik pengolahan milik koperasi agroindustri teh, perlu dikembangkan struktur model alternatif pasar baru bagi koperasi agroindustri. Hal tersebut dilakukan untuk mengatisipasi terjadinya penurunan pesanan pasar
yang diperoleh perusahaan The Channel Master, apabila tidak ada alternatif
pasar yang lain dikhawatirkan terjadi penumpukan persediaan, peningkatan produk kadaluarsa serta kerugian usaha bagi koperasi agroindustri dan perkebunan rakyat.
Perlu dilakukan pengembangan model rekayasa manajemen sumberdaya manusia. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh suatu rumusan strategi
134
pengembangan produktivitas sumberdaya manusia yang tepat dalam rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau.
Dalam upaya peningkatan ekspor teh Indonesia, perlu dikembangkan struktur model manajemen rantai pasokan industri hilir teh hijau yang memiliki nilai tambah lebih tinggi dibandingkan teh curah. Model rantai pasokan industri hilir tersebut diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah, keuntungan pelaku industri teh nasional serta devisa untuk negara.
Persoalan dalam manajemen rantai pasokan industri teh bersifat kompleks dan masih terdapat fenomena yang belum diangkat menjadi persoalan dalam penelitian disertasi ini sehingga diperlukan upaya memperluas batasan
cakupan model (system boundary) untuk menjawab dan mengatasi persoalan
fenomena lainnya. Fenomena tersebut diantaranya adalah pembangunan
agroindustri teh berkelanjutan (sustainable tea), pengembangan pasar ekspor,
dan perkembangan industri hilir teh di pasar domestik.