• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 Dmnl 1 Dmnl 1 Dmnl 1 Dmnl 1 Dmnl 1 Dmnl 0 Dmnl 0 Dmnl 0.8 Dmnl 0.8 Dmnl 0 Dmnl 0 Dmnl 6 6 6 6 6 6 6 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 0 365 730 1095 1460 1825 Time (day)

Persepsi Fraksi Pesanan Teh G1 yang Terpenuhi : simulasi3 1 1 1 Dmnl Persepsi Fraksi Pesanan Teh G1 yang Terpenuhi 1 : simulasi3 2 2 2 Dmnl Persepsi Fraksi Pesanan Teh G2 Yang Terpenuhi : simulasi3 3 3 3 3 Dmnl Persepsi Fraksi Pesanan Teh G2 Yang Terpenuhi 1 : simulasi3 4 4 4 4 Dmnl Persepsi Fraksi Pesanan Teh G3 Yang Terpenuhi : simulasi3 5 5 5 5 Dmnl Persepsi Fraksi Pesanan Teh G3 Yang Terpenuhi 1 : simulasi3 6 6 6 6 Dmnl

dalam rantai pasokan industri teh (perkebunan rakyat dan perusahaan) serta untuk memilihara kepuasan konsumen adalah skenario IIIA. Dengan demikian, rancang ulang manajemen rantai pasokan berupa aliran aliran fisik dan informasi harus diikuti dengan pengembangan model inovasi kelembagaan berupa tata kelola hubungan perkebunan rakyat dengan koperasi agroindustri teh hijau dengan sistem penyerahan pucuk teh serta tata kelola hubungan koperasi agroindustri dengan perusahaan yang berorientasi pasar global dalam bentuk aliansi strategis.

Secara teknis, inovasi kelembagaan berupa tata kelola hubungan perkebunan rakyat dengan koperasi agroindustri teh hijau dengan sistem penyerahan pucuk teh diwujudkan dalam bentuk prosedur operasi standar yang merupakan kesepakatan antara perkebunan rakyat dan koperasi agroindustri. Berbeda dengan kondisi teknis tersebut, tata kelola hubungan koperasi agroindustri teh hijau dengan perusahaan yang berorientasi pasar global dalam bentuk aliansi strategis diwujudkan dalam bentuk kontrak tertulis yang merupakan kesepakatan bersama antara koperasi agroindustri teh hijau dan

perusahaan “The Channel Master”.

Sejalan dan memperkuat temuan model inovasi kelembagaan dalam rantai pasokan industri teh hijau tersebut, Ruttan (2006) menyatakan bahwa inovasi kelembagaan merupakan aturan main dari suatu komunitas masyarakat atau organisasi yang memfasilitasi koordinasi antar pelaku sosial yang terlibat untuk membantu mewujudkan harapannya. Dengan aturan main tersebut, setiap pelaku mempunyai alasan atau motivasi untuk terlibat dalam komunitas atau organisasi. Dalam aspek hubungan ekonomi, kelembagaan memiliki peranan sangat penting dalam mewujudkan harapan mengenai hak untuk menggunakan sumberdaya dalam aktivitas ekonomi dan pembagian pendapatan yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi. Dengan demikian, kelembagaan memberikan jaminan penghormatan atas aksi yang dilakukan setiap orang yang terlibat dalam suatu komunitas atau organisasi serta memberikan stabilitas pengharapan dalam hubungan ekonomi yang tidak pasti dan kompleks. Lebih lanjut, Shirley dan Meenard (2008) menyatakan bahwa suatu kelembagaan harus mampu mereduksi berbagai resiko dan biaya transaksi yang timbul dari keterbatasan informasi dan kapasitas mental pelaku ekonomi yang terlibat.

Secara aktual, saat ini pada rantai pasokan industri teh hijau di Jawa Barat terdapat “Koperasi Pelaku Agrobisnis Teh Hijau Indonesia

(KOPASTINDO)”. Namun dalam operasionalnya, koperasi tersebut tidak menerapkan inovasi kelembagaan yang terdapat dalam skenario IIIA sehingga tidak mampu meningkatkan nilai tambah dan keuntungan yang dinikmati perkebunan rakyat. Dalam upaya menerapkan inovasi kelembagaan tersebut, koperasi tersebut harus melakukan perubahan paradigma bisnis, kelembagaan dan sistem produksinya.

Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Model Rancangbangun Manajemen Rantai Pasokan Agroindustri Di Negara Berkembang

Pengembangan manajemen rantai pasokan agroindustri di negara berkembang memiliki keunikan dibandingkan dengan pengembangannya di negara maju. Pengembangan manajemen rantai pasokan agroindustri di negara maju menekankan pada penciptaan sistem yang efisien. Kondisi tersebut terjadi karena pengusahaan agroindustri memiliki skala ekonomi yang besar dan terkonsentrasi, terutama pada sub sistem hulunya (budidaya pertanian).

Berbeda dengan di negara maju, pengembangan manajemen rantai pasokan agroindustri di negara berkembang lebih menekankan pada penciptaan sistem yang efisien dan berkeadilan. Hal tersebut terjadi karena terfragmentasinya sub sistem hulu yang dicirikan dengan skala ekonomi pengusahaan yang kecil, dengan demikian jumlah pelakunya menjadi sangat banyak.

Selanjutnya, karena skala ekonomi pengusahaan yang kecil maka para pelaku pada sub sistem hulu memiliki keterbatasan kapasitas sumberdaya, seperti sumberdaya uang, sumberdaya informasi serta sumberdaya pengetahuan dan keterampilan manajemen. Kondisi tersebut mengakibatkan, pelaku usaha kecil tersebut harus menghadapi berbagai risiko usaha seperti risiko produksi, risiko pemasaran, risiko keuangan dan risiko institutional. Semua risiko tersebut harus ditanggung secara individual sehingga mengakibatkan para pelaku tersebut menerima keuntungan dan nilai tambah yang lebih kecil dibandingkan pelaku usaha dalam sub sistem hilir. Kondisi tersebut merupakan dis-insentif bagi para pelaku tersebut dalam pengembangan usahanya sehingga skala ekonomi pengusahaannya tidak berubah bahkan menjadi berkurang dan akhirnya keluar

Selain keterbatasan kapasitas sumberdaya, agribisnis dan agroindustri di negara berkembang menghadapi tantangan lain berupa perubahan tuntutan konsumen global dalam aturan perdagangan, seperti penerapan sistem penjejakan, sistem keamanan pangan, kelestarian lingkungan, perdagangan yang adil serta kemitraan beretika. Rancangbangun manajemen rantai pasokan agribisnis dan agroindustri di negara berkembang harus mampu mengakomodasi tuntutan konsumen global serta mampu mengatasi risiko usaha yang disebabkan keterbatasan sumberdaya pelaku usaha kecil.

Berdasarkan kondisi tersebut maka rancangbangun manajemen rantai pasokan agroindustri harus mampu menghasilkan sistem yang efisien dan berkeadilan. Dalam mewujudkan sistem yang efisien dan berkeadilan tersebut diperlukan integrasi lima komponen dalam rancangbangun manajemen rantai pasokan agroindustri. Kelima komponen tersebut terdiri atas struktur jaringan rantai pasokan, rekayasa kualitas, sistem produksi hibrida, inovasi kelembagaan dan sistem pengukuran kinerja berimbang (Gambar 62).

Gambar 62. Model Rancangbangun Manajemen Rantai Pasokan Agroindustri Yang Efisien dan Berkeadilan

Kelima komponen tersebut berinteraksi secara sistematis untuk mencapai tujuan berupa manajemen rantai pasokan yang efisien dan berkeadilan. Dengan demikian, apabila salah satu komponen tersebut tidak terdapat dalam suatu manajemen rantai pasokan agroindustri maka sistem tersebut tidak akan mampu

QuickTime™ and a decompressor are needed to see this picture.

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demikian juga halnya, apabila salah satu komponen tersebut mengalami penyimpangan atau kegagalan.

Struktur jaringan rantai pasokan yang dikembangkan harus mampu menyampaikan aliran material, aliran uang dan aliran informasi secara tepat kuantitas, tepat kualitas, tepat waktu, tepat harga, transparan dan berkesinambungan sehingga memuaskan konsumen. Rekayasa kualitas harus mampu menciptakan nilai tambah yang sesuai dengan dinamika permintaaan pasar. Sistem produksi hibrida harus mampu mencocokkan aspek pasokan (produksi) dengan aspek permintaan pasar. Komponen struktur jaringan rantai pasokan, rekayasa kualitas dan sistem produksi hibrida akan menentukan pencapaian tujuan sistem yang efisien.

Bersamaan dengan terciptanya sistem yang efisien, komponen inovasi kelembagaan akan menciptakan distribusi nilai tambah yang berkeadilan. Inovasi kelembagaan yang dikembangkan harus mampu mengatasi berbagai risiko usaha yang timbul akibat keterbatasan sumberdaya yang dimiliki pelaku usaha.

Dalam upaya mengetahui distribusi nilai tambah dan sistem yang efisien diperlukan sistem pengukuran kinerja berimbang. Sistem pengukuran tersebut meliputi perspektif keuangan, perspektif konsumen, perspektif proses bisnis internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran serta perspektif nilai tambah.

Model rancangbangun manajemen rantai pasokan agroindustri yang efisien dan berkeadilan tersebut merupakan hasil penelitian disertasi ini yang

bersifat baru (novelty) karena belum pernah diungkapkan oleh publikasi ilmiah

bidang manajemen rantai pasokan dalam lingkup nasional maupun internasional. Kebaharuan model tersebut terletak pada substansi dan metodologi yang dikembangkan. Secara substansi, model tersebut mampu menghasilkan integrasi lima komponen manajemen rantai pasokan untuk menjadi efisien dan berkeadilan. Sedangkan secara metodologi, model tersebut mampu menghasilkan sistem pengukuran kinerja berimbang yang memadukan aspek efisiensi dan keadilan yang bersifat dinamis.

Kontribusi Metodologi Dinamika Sistem

Metodologi dinamika sistem (System Dynamics) yang digunakan dalam

penelitian disertasi ini telah mampu membantu menjawab persoalan kompleks kekinian (realita) dan masa depan dalam bidang manajemen rantai pasokan. Persoalan kekinian penuh dengan berbagai data yang berbentuk numerik,

informasi tertulis dan model mental, sedangkan persoalan masa depan penuh ketidakpastian yang mengakibatkan keterbatasan data numerik. Namun demkian, penggunaan metodologi dinamika sistem dalam penelitian ini berhasil menunjukkan kehandalannya dalam mendayagunakan keterkaitan data numerik, informasi tertulis dan model mental, bahkan mampu mengatasi ketiadaan data numerik dengan menghasilkan model struktural berupa struktur keputusan dan struktur fisik yang mampu memprediksi masa depan.

Tiga skenario yang dikembangkan dalam penelitian pengembangan rantai pasokan industri teh ini merupakan skenario masa depan yang belum pernah terjadi dan tidak pernah diketahui konsekuensi penerapannya. Pemanfaatan metodologi dinamika sistem dari mulai indentifikasi persoalan, penetapan batas model, penggambaran diagram sebab akibat, pengembangan model simulasi, validasi untuk membangun kepercayaaan, simulasi dan analisis kebijakan telah mampu menunjukkan konsekuensi masa depan terhadap penerapan ketiga skenario pengembangan manajemen rantai pasokan industri teh.

Pemahaman dan pembelajaran tentang konsekuensi masa depan dari suatu rangkaian alternatif skenario kebijakan merupakan tujuan utama dari pemodelan dan simulasi. Morecroft (2008) menyatakan bahwa dengan pemodelan dan simulasi , individu dan organisasi disiapkan untuk alternatif masa depan dengan membawa masa depan ke dalam kehidupan saat ini, dengan demikian dapat dibayangkan lebih gamblang berbagai konsekuensi yang mungkin terjadi. Lebih dari itu, metodologi dinamika sistem juga menantang, membentuk, mengubah dan memperkaya interpretasi mengenai dunia yang kompleks, seperti halnya dunia manajemen rantai pasokan industri teh hijau dalam penelitian disertasi ini.

131

Dokumen terkait