• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Penutup

4.1. Kesimpulan

5

BAB II

KONDISI KEMISKINAN

Bappenas dalam dokumen Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan mendefinisikan masalah kemiskinan bukan hanya diukur dari pendapatan, tetapi juga masalah kerentanan dan kerawanan orang atau sekelompok orang, baik laki-laki maupun perempuan untuk menjadi miskin. Masalah kemiskinan juga menyangkut tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan bermartabat. Pemecahan masalah kemiskinan perlu didasarkan pada pemahaman suara masyarakat miskin, dan adanya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak mereka, yaitu hak sosial, budaya, ekonomi dan politik. Oleh karena itu, strategi dan kebijakan yang dirumuskan dalam strategi nasional pengentasan kemiskinan didasarkan atas pendekatan berbasis hak (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2005).

Menurut Sallatang (1986) bahwa kemiskinan adalah ketidakcukupan penerimaan pendapatan dan pemilikan kekayaan materi, tanpa mengabaikan standar atau ukuran-ukuran fisiologi, psikologi dan sosial. Sementara itu, Esmara (1986) mengartikan kemiskinan ekonomi sebagai keterbatasan sumber-sumber ekonomi untuk mempertahankan kehidupan yang layak. Fenomena kemiskinan umumnya dikaitkan dengan kekurangan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak. Menurut Basri (1995) bahwa kemiskinan pada dasarnya mengacu pada keadaan serba kekurangan dalam pemenuhan sejumlah kebutuhan, seperti sandang, pangan, papan, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, dan lain sebagainya. Sementara itu, menurut Badan Pusat Statistik (2000), kemiskinan didefinisikan sebagai pola konsumsi yang setara denganberas 320 kg/kapita/tahun di pedesaan dan 480

kg/kapita/tahun di daerah perkotaan. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seorang atau sekelompok orang laki-laki dan perempuan, dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.

Kemiskinan seringkali dipahami dalam pengertian yang sangat sederhana yaitu sebagai keadaan kekurangan uang, rendahnya tingkat pendapatan dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang sangat kompleks, baik dari faktor penyebab maupun dampak yang ditimbulkannya.

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) pengertian, yakni:

 kemiskinan absolute

Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, seperti: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan.

 kemiskinan relatif

Seseorang tergolong miskin relatif apabila seseorang tersebut sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya

 kemiskinan cultural

seseorang tergolong miskin kultural apabila seseorang atau sekelompok masyarakat tersebut memiliki sikap tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.

7

bermartabat dan hak yang diakui dalam peraturan

perundang-undangan. Hak-hak dasar yang diakui secara umum antara lain meliputi terpenuhi kebutuhan pangan kesehatan pendidikan pekerjaan, kesehatan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa mandiri perlakuaan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik. Hak-hak dasar tidak berdiri sendiri tetapi saling mempengaruhi satu sama lain sehingga tidak terpenuhinya satu hak dapat mempengaruhi pemenuhan hak lainnya.

Dengan diakuinya konsep kemiskinan berbasis hak, maka kemiskinan dipandang sebagai suatu peristiwa penolakan atau pelanggaran hak dan tidak terpenuhinya hak. Kemiskinan juga dipandang sebagai perampasan atas daya rakyat miskin. Konsep ini memberikan pengakuan bahwa orang miskin terpaksa menjalani kemiskinan dan sering kali mengalami pelanggaran hak yang dapat merendahkan martabatnya sebagai manusia. Oleh karena,itu konsep ini memberikan penegaskan terhadap kewajiban pemerintah (pusat dan daerah/Kabupaten) untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak dasar masyarakat miskin.

Kemiskinan merupakan merupakan fenomena yang kompleks, bersifat multidimensi dan tidak dapat secara mudah dilihat dari suatu luanya wilayah dan sangat beragamnya kondisi geografis menyebabkan permasalah kemiskinan di Kabupaten Rokan Hilir menjadi sfesifik. Secara tidak langsung tergambar dari fakta yang diungkapkan menurut persepsi dan pendapat masyarakat miskin itu sendiri.

Adapun pendekatan yang digunakan untuk memperkirakan penduduk miskin yang dilakukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: (1) Pendekatan Wilayah dan (2)

Pendekatan Rumah Tangga. Penjelasan dari kedua pendekatan tersebut adalah sebagai berikut :

Pendekatan wilayah, merupakan pendekatan untuk memperkirakan penduduk miskin melalui kantong-kantong kemiskinan yang berupa desa miskin (desa tertinggal). Secara makro, pendekatan wilayah dilakukan berdasarkan asumsi bahwa penduduk miskin dapat diidentifikasi melalui fasilitas (infrastruktur), kondisi jalan, akses terhadap alat transportasi, sarana kesehatan, pendidikan, serta kondisi sosial ekonomi yang mendukung kehidupan masyarakat di wilayah yang diamati. Apabila infrastruktur wilayah tersebut tergolong berkualitas rendah, maka besar kemungkinannya tingkat kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut tergolong rendah. Sebuah desa yang mempunyai infrastruktur kurang memadai diasosiasikan sebagai desa kantong kemiskinan.

Pendekatan rumah tangga, adalah pendekatan yang mengacu kepada ketidakmampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan minimum hidupnya. Perhitungan jumlah penduduk miskin dengan pendekatan rumah tangga pada prinsipnya adalah mengukur ketidakmampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pangan dan non-pangan yang paling minimal.

2.1. Jumlah dan Tingkat Kemiskinan

Adapun jumlah dan persentase penduduk miskin (jiwa) di Kabupaten Rokan Hilir dari tahun 2002-2013:

9

Gambar 2.1.

Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan Kab. Rokan Hilir Tahun 2002 - 2013

Jika dilihat dari tabel tersebut di atas maka dapat dilihat persentase penduduk miskin yang paling tinggi adalah pada tahun 2008 sebesar 10,59 % hal ini kemungkinan besar dikarenakan penduduk miskin di daerah yang belum dapat sepenuhnya mandiri dengan program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Rokan Hilir, sedangkan presentase penduduk miskin terendah adalah pada tahun 2012 yaitu sebesar 7,37 % rendahnya persentase penduduk miskin pada tahun 2012 kemungkinan besar karena program pemerataan pembangunan di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Rokan Hilir sudah berjalan dan berhasil mengurangi angka kemiskinan. Namun pada tahun 2013 tingkat kemiskinan Kabupaten Rokan Hilir kembali mengalami peningkatan yaitu sebesar 7, 73 %.

Jika dilihat indeks keparahan dan indeks kedalaman kemiskinan yang ada di Kabupaten Rokan Hilir masih mengalami tren flukustif

yaitu terus mengalami siklus turun naik disetiap tahunnya, meskipun memiliki nilai yang berbeda namun peningkatan dan penurunan keparahan dan kedalaman kemiskinan tetap memiliki kesamaan nada.

Gambar 2.2.

Indeks Keparahan Kemiskinan P1 dan P2 Kab. Rokan Hilir Tahun 2002 – 2013

2.2. Hasil Evaluasi Data Kemiskinan 2.2.1. Kecamatan Tanah Putih

11

Kecamatan Tanah Putih memiliki delapan belas kepenghuluan

dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebesar 82,394 jiwa.

Tabel 2.1.

Jumlah Penerima Bantuan Sosial di Kecamatan Tanah Putih dirinci per Kepenghuluan tahun 2013

NO NAMA KECAMATAN &

KELURAHAN RASKIN BLT RLH

DATA OLAHAN YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DATA PPLS KEC. TANAH PUTIH

1 KELURAHAN PUTAT 85 34 17 - 2 SEKELADI 78 37 12 - 3 SINTONG 68 55 2 19 4 TELUK MEGA 119 41 25 43 5 SEDINGINAN 302 158 10 1042 6 BANJAR XII 315 389 6 551 7 RANTAU BAIS 183 53 10 9 8 UJUNG TANJUNG 24 27 1 288 9 MUMUGO - 15 16 - 10 TELUK BEREMBUN 52 33 18 57 11 MENGGALA SAKTI 507 281 21 92 12 MENGGALA SEMPURNA 94 4 3 98 13 SEKELADI HILIR 63 17 6 430 14 SINTONG MAKMUR - - - 31 15 SINTONG BAKTI 151 98 1 - 16 SINTONG PUSAKA 6 430 3 302 17 PUTAT 85 34 17 37 18 M. TELADAN - - - 115 JUMLAH 2,132 1,706 168 3,114 2.2.2. Kecamatan Pujud

Kecamatan Tanah Pujud memiliki dua puluh tiga kepenghuluan dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebesar 94,339 jiwa.

Tabel 2.2.

Jumlah Penerima Bantuan Sosial di Kecamatan Tanah Pujud dirinci per Kepenghuluan tahun 2013

NO NAMA KECAMATAN &

KELURAHAN RASKIN BLT RLH

DATA OLAHAN YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DATA

PPLS KEC. PUJUD 1 PUJUD SELATAN 35 16 4 - 2 TANJUNG MEDAN 331 228 31 879 3 PUJUD 114 49 - 1152 4 TELUK NAYANG 56 31 6 - 5 AIR HITAM 36 92 14 - 6 SIARANG ARANG 413 208 48 19 7 KASANG BANGSAWAN 420 160 9 - 8 SUNGAI PINANG 36 36 1 61 9 SRI KAYANGAN 89 53 3 62 10 TANJUNG SARI 166 43 3 577 11 SUKA JADI 707 414 38 - 12 PONDOK KRESEK 429 220 5 - 13 SUNGAI TAPAH 204 158 6 198 14 PERKEBUNAN TANJUNG MEDAN 20 10 1 21 15 PUJUD UTARA 42 4 1 124 16 BABUSSALAM ROKAN 151 102 55 - 17 PERKEBUNAN SIARANG-ARANG 74 26 2 277

18 TANJUNG MEDAN UTARA 100 14 - -

19 TANJUNG MEDAN BARAT 380 360 2 317

20 TANGGA BATU 55 109 2 -

21 SEI MERANTI 128 62 2 411

22 SEI MERANTI DARUSSALAM 136 94 2 152

23 AKAR BELINGKAR 71 8 - -

13

2.2.3. Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan

Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan memiliki lima kepenghuluan dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebesar 16,910 jiwa.

Tabel 2.3.

Jumlah Penerima Bantuan Sosial di Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan dirinci per Kepenghuluan tahun 2013

NO NAMA KECAMATAN &

KELURAHAN RASKIN BLT RLH

DATA OLAHAN YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DATA PPLS KEC. TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN

1 MELAYU BESAR 1,206 1,157 10 22 2 MELAYU TENGAH 1 73 2 292 3 BATU HAMPAR 170 114 35 - 4 MESAH 367 351 39 - 5 LABUHAN PAPAN 522 372 30 140 JUMLAH 2,266 2,067 116 454

2.2.4. Kecamatan Rantau Kopar

Kecamatan Rantau Kopar memiliki empat kepenghuluan dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebesar 7,860 jiwa.

Tabel 2.4.

Jumlah Penerima Bantuan Sosial di Kecamatan Rantau Kopar dirinci per Kepenghuluan tahun 2013

NO NAMA KECAMATAN &

KELURAHAN RASKIN BLT RLH

DATA OLAHAN YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DATA PPLS KEC. RANTAU KOPAR

1 SEKAPAS 34 53 85 27

3 RANTU KOPAR 266 119 31 164

4 SUNGAI RANGAU 79 83 14 -

JUMLAH 494 608 195 334

2.2.5. Kecamatan Bagan Sinembah

Kecamatan Bagan Sinembah memiliki tiga puluh tiga kepenghuluan dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebesar 173,336 jiwa.

Tabel 2.5.

Jumlah Penerima Bantuan Sosial di Kecamatan Bagan Sinembah dirinci per Kepenghuluan tahun 2013

NO NAMA KECAMATAN &

KELURAHAN RASKIN BLT RLH

DATA OLAHAN YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DATA PPLS KEC. BAGAN SENEMBAH

1 - BAHTERA MAKMUR 267 208 1 407 2 - GELORA 133 14 8 - 3 - PELITA 109 67 20 - 4 - KENCANA 131 28 10 139 5 - PASIR PUTIH 314 196 20 39 6 - BALAI JAY A 181 174 3 408 7 - BALAM SEMPURNA 621 436 13 - 8 - LUBUK JAWI 378 171 5 - 9 - BAGAN SENEMBAH 151 42 7 - 10 - PANCA MUKTI 113 107 2 184 11 - SALAK 72 49 10 51 12 - BAGAN BHAKTI 14 13 5 - 13 - HARAPAN MAKMUR 141 33 24 - 14 - BAGAN BATU 2 392 - - 15 - SUKA MAJU 209 30 5 128 16 - BAGAN MANUNGGAL 167 45 8 166

17 - BAGAN SAPTA PERMAI 59 10 6 -

18 - BAKTI MAKMUR 281 274 5 -

19 - BAGAN SENEMBAH BARAT 116 150 3 -

15

22 - MERANTI MAKMUR - - 1 61

23 - PASIR PUTIH UTARA 130 18 3 -

24 - HARAPAN MAKMUR SELATAN 192 13 6 -

25 - BHAYANGKARA JAYA 171 34 2 -

26 - MAKMUR JAYA 188 100 3 224

27 - PASIR PUTIH BARAT - - - -

28 - BAGAN SENEMABAH TIMUR - - - 159

29 - KEL. BAHTERA MAKMUR KOTA - - - -

30 - KEL. BALAM SEMPURNA KOTA 319 187 12 -

31 - KEL. BAGAN SENEMBAH KOTA - - - 173

32 - KEL. BAGAN BATU KOTA 148 249 - 431

33 - KEL. BALAI JAYA KOTA - - 2 50

33 - KEL. BALAM JAYA - - - 164

JUMLAH 5,327 3,131 194 3,000

2.2.6. Kecamatan Simpang Kanan

Kecamatan Simpang Kanan memiliki enam kepenghuluan dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebesar 29,951 jiwa.

Tabel 2.6.

Jumlah Penerima Bantuan Sosial di Kecamatan Simpang Kanan dirinci per Kepenghuluan tahun 2013

NO NAMA KECAMATAN &

KELURAHAN RASKIN BLT RLH

DATA OLAHAN YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DATA PPLS KEC. SIMPANG KANAN

1 SIMPANG KANAN 78 235 3 188 2 KOTA PARIT 176 176 3 1201 3 BAGAN NIBUNG 609 1,152 18 4 BUKIT DAMAR 289 211 5 227 5 BUKIT MAS 45 46 10 30 6 BUKIT SELATAN 94 29 3 110 JUMLAH 1,291 1,849 42 1,756

2.2.7. Kecamatan Kubu

Kecamatan Kubu memiliki sembilan kepenghuluan dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebesar 29,205 jiwa.

Tabel 2.7.

Jumlah Penerima Bantuan Sosial di Kecamatan Kubu dirinci per Kepenghuluan tahun 2013

NO NAMA KECAMATAN &

KELURAHAN RASKIN BLT RLH

DATA OLAHAN YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DATA

PPLS KUBU

1 TELUK MERBAU 351 248 34 579

2 TANJUNG LEBAN 147 124 11 56

3 SUNGAI KUBU 275 98 15 -

4 RANTAU PANJANG KANAN 103 105 16 -

5 TELUK PIYAI 987 984 60 34

6 SUNGAI SEGAJAH 214 185 12 1264

7 SEI SEGAJAH MAKMUR 141 141 5 -

8 SEI KUBU HULU 118 77 6 297

9 TELUK PIYAI PESISIR 142 55 1 28

JUMLAH 2,478 2,017 160 2,258

2.2.8. Kecamatan Kubu Babussalam

Kecamatan Kubu Babussalam memiliki sembilan kepenghuluan dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebesar 28,128 jiwa.

17

Tabel 2.8.

Jumlah Penerima Bantuan Sosial di Kecamatan Kubu Babussalam dirinci per Kepenghuluan tahun 2013

NO NAMA KECAMATAN &

KELURAHAN RASKIN BLT RLH

DATA OLAHAN YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DATA

PPLS KUBU BABUSSALAM 1 TELUK NILAP 450 307 17 - 2 SUNGAI MAJO 180 110 8 - 3 SUNGAI PINANG 224 203 25 190 4 JOJOL 164 126 25 -

5 SUNGAI PANJI PANJI 197 150 14 59

6 RANTAU PANJANG KIRI 265 89 8 -

7 RANTAU PANJANG KIRI HILIR 179 104 11 -

8 PULAU HALANG BELAKANG 25 18 11 -

9 PULAU HALANG MUKA 112 97 12 -

JUMLAH 1,796 1,204 131 249

2.2.9. Kecamatan Pasir Limau Kapas

Kecamatan Pasir Limau Kapas memiliki enam kepenghuluan dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebesar 50,304 jiwa.

Tabel 2.9.

Jumlah Penerima Bantuan Sosial di Kecamatan Pasir Limau Kapas dirinci per Kepenghuluan tahun 2013

NO NAMA KECAMATAN &

KELURAHAN RASKIN BLT RLH

DATA OLAHAN YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DATA PPLS PASIR LIMAU KAPAS

1 SUNGAI DAUN 167 255 31 1539

2 PASIR LIMAU KAPAS - - - -

3 PANIPAHAN 1,076 877 79 -

4 TELUK PULAI - - - 2440

5 PANIPAHAN LAUT 150 111 16 1132

6 PANIPAHAN DARAT - - - 846

2.2.10. Kecamatan Bangko

Kecamatan Bangko memiliki lima belas kepenghuluan dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebesar 94,823 jiwa.

Tabel 2.10.

Jumlah Penerima Bantuan Sosial di Kecamatan Bangko dirinci per Kepenghuluan tahun 2013

NO NAMA KECAMATAN &

KELURAHAN RASKIN BLT RLH

DATA OLAHAN YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DATA

PPLS BANGKO

1 LABUHAN TANGGA KECIL 222 219 7 -

2 LABUHAN TANGGA BESAR 388 298 27 35

3 BAGAN PUNAK 495 501 40 - 4 BAGAN HULU 3,447 364 55 - 5 BAGAN TIMUR 1,423 921 13 107 6 BAGAN KOTA 63 63 2 - 7 BAGAN BARAT 4,734 4,251 205 - 8 BAGAN JAWA 83 5 3 2203 9 PARIT AMAN 264 155 13 -

10 LABUHAN TANGGA BARU 63 - 39 14

11 BAGAN PUNAK PESISIR 495 419 6 1011

12 BAGAN JAWA PESISIR 1,237 665 73 -

13 BAGAN PUNAK MERANTI 483 468 30 -

14 SERUSA 1,280 521 26 -

15 LABUHAN TANGGA HILIR 270 189 17 -

JUMLAH 14,947 9,039 556 3,370

2.2.11. Kecamatan Sinaboi

Kecamatan Sinaboi memiliki lima kepenghuluan dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebesar 17,483 jiwa.

19

Tabel 2.11.

Jumlah Penerima Bantuan Sosial di Kecamatan Sinaboi dirinci per Kepenghuluan tahun 2013

NO NAMA KECAMATAN &

KELURAHAN RASKIN BLT RLH

DATA OLAHAN YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DATA PPLS SINABOI 1 RAJA BEJAMU 1,025 538 52 27 2 SUNGAI BAKAU 688 48 33 - 3 SINABOI 213 162 70 - 4 SEI NYAMUK 1,446 1,235 244 - 5 DARUSSALAM - - - - JUMLAH 3,372 1,983 399 27

2.2.12. Kecamatan Batu Hampar

Kecamatan Batu Hampar memiliki lima kepenghuluan dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebesar 9,178 jiwa.

Tabel 2.12.

Jumlah Penerima Bantuan Sosial di Kecamatan Batu Hampar dirinci per Kepenghuluan tahun 2013

NO NAMA KECAMATAN &

KELURAHAN RASKIN BLT RLH

DATA OLAHAN YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DATA PPLS BATU HAMPAR

1 BANTAYAN 190 143 35 106

2 BANTAYAN BARU 217 42 13 25

3 BANTAYAN HILIR 188 123 54 399

4 SUNGAI SIALANG HULU 149 148 33 134

5 SIALANG ALANG 185 167 9 -

2.2.13. Kecamatan Pekaitan

Kecamatan Pekaitan memiliki sepuluh kepenghuluan dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebesar 18,937 jiwa.

Tabel 2.13.

Jumlah Penerima Bantuan Sosial di Kecamatan Pekaitan dirinci per Kepenghuluan tahun 2013

NO NAMA KECAMATAN &

KELURAHAN RASKIN BLT RLH

DATA OLAHAN YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DATA PPLS PEKAITAN

1 ROKAN BARU 402 150 10 -

2 TELUK BANO II 93 93 19 52

3 SUAK TEMENGGUNG 107 102 28 16

4 PEDAMARAN 25 - 2 10

5 SUAK AIR HITAM 24 - 7 523

6 SUNGAI BESAR 189 101 12 -

7 PEKAITAN 294 223 24 81

8 KUBU I 129 74 7 84

9 KARYA MULYOSARI 12 13 1 -

10 ROKAN BARU PESISIR 26 25 1 39

JUMLAH 1,301 781 111 805

2.2.14. Kecamatan Rimba Melintang

Kecamatan Rimba Melintang memiliki dua belas kepenghuluan dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebesar 44,314 jiwa.

21

Tabel 2.14.

Jumlah Penerima Bantuan Sosial di Kecamatan Rimba Melintang dirinci per Kepenghuluan tahun 2013

NO NAMA KECAMATAN &

KELURAHAN RASKIN BLT RLH

DATA OLAHAN YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DATA PPLS RIMBA MELINTANG

1 KARYA MUKTI 127 122 12 -

2 RIMBA MELINTANG 203 15 3 46

3 JUMRAH 67 51 20 -

4 TELUK PULAU HULU 266 269 9 269

5 TELUK PULAU HILIR 108 98 14 -

6 LENGADAI HULU 83 65 6 - 7 MUKTI JAYA 273 282 9 - 8 LENGADAI HILIR 104 97 28 28 9 PEMATANG BOTAM 155 78 8 - 10 HARAPAN JAYA 84 50 12 - 11 SEREMBAN JAYA 89 11 5 - 12 PAMATANG SIKEK 180 109 6 - JUMLAH 1,739 1,247 132 343

2.2.15. Kecamatan Bangko Pusako

Kecamatan Bangko Pusako memiliki enam Belas kepenghuluan dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebesar 67,109 jiwa.

Tabel 2.15.

Jumlah Penerima Bantuan Sosial di Kecamatan Bangko Pusako dirinci per Kepenghuluan tahun 2013

NO NAMA KECAMATAN &

KELURAHAN

RASKIN BLT RLH DATA OLAHAN YANG TIDAK

TERDAFTAR DALAM DATA PPLS BANGKO PUSAKO 1 BANGKO SEMPURNA 239 192 2 240 2 BANGKO BAKTI 1,356 103 4 - 3 BANGKO JAYA 290 209 6 - 4 BANGKO PUSAKO 410 127 19 39 5 BANGKO MAKMUR 50 53 9 59

6 BANGKKO KIRI 146 114 59 - 7 BANGKO KANAN 349 100 76 43 8 SUNGAI MANASIB 84 193 1 - 9 TELUK BANO I 141 565 12 - 10 PEMATANG IBUL 264 252 9 - 11 PEMATANG DAMAR 132 123 6 87 12 BANGKO PERMATA - - - - 13 BANGKO MUKTI 178 166 9 71 14 BANGKO LESTARI 232 156 1 94 15 BANGKO BALAM 76 35 2 88

16 BANGKO MAS RAYA - - - -

JUMLAH 3,947 2,388 215 721

Data penerima bantuan social yang telah diuraikan berdasarkan kecamatan dan kepenghuluan diatas merupakan hasil verifikasi data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang di dapat dari Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Sementara data olahan yang tidak tercantum dalam data PPLS yang terdapat didalam rincian data diatas adalah data penerima bantuan social yang belum tercatat dalam data PPLS yang didapat dari masing-masing kepenghuluan

23

BAB III

PRIORITAS TARGET BIDANG DAN INTERVENSI PENANGGULANGAN KEMISKINAN

3.1. Prioritas Intervensi Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan

Kemiskinan dapat juga dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama yaitu :

1) Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian terfokus pada golongan penduduk “termiskin”, misalnya 20 persen atau 40 persen lapisan terendah dari total penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatan/pengeluaran.

Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di banyak daerah di Indonesia, tidak terkecuali di Provinsi Riau dan Kabupaten Rokan Hilir.

2) Kemiskinan secara absolute ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran financial dalam bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum

kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah garis kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya dibawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin.

3) kemiskinan Kultural

seseorang tergolong miskin kultural apabila seseorang atau sekelompok masyarakat tersebut memiliki sikap tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.

Menurut Oscar Lewis, kemiskinan kultural terdiri dari nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola kelakuan yang adaptif terhadap lingkungan hidup yang serba kekurangan yang menghasilkan adanya diskriminasi, ketakutan, kecurigaan dan apatis. Pada lingkungan masyarakat miskin seringkali muncul sikap pemberontakan tersembunyi terhadap diri mereka sendiri maupun terhadap masyarakat, tetapi di lain pihak juga terdapat sikap-sikap masa bodoh dan pasrah kepada nasibnya sendiri dan pasrah serta tunduk kepada mereka yang mempunyai kekuasaan ekonomi dan sosial. Begitu mudah mereka mengikuti petunjuk tetapi dengan mudah melupakannya, apalagi kalau dirasakan sebagai beban hidup atau tidak menguntungkan mereka.

Adapun persentase penduduk miskin kabupaten Rokan Hilir serta perbandingan antar wilayah se Kabupaten Rokan Hilir tahun 2002-2013 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

25

Gambar 3.1.

Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan Kab. Rokan Hilir Tahun 2002 - 2013

Pada analisis relativitas dimana analisis ini mengambarkan perbandingan tingkat kemiskinan antar wilayah se-Provinsi Riau. Tingkat kemiskinan Kabupaten Rokan Hilir menempati urutan ke Enam dengan persentase 7,58 persen kondisi ini masih berada dibawah tingkat kemiskinan Provinsi Riau yaitu 8,13 persen serta tingkat kemiskinan nasional yaitu 13,33%, sementara itu untuk tingkat kemiskinan terendah kab/kota se-Provinsi Riau Kota Pekanbaru menempati urutan pertama dengan 3,45 persen disusul kemudian Kota Dumai 45,27 persen, Kabupaten Siak 5,29%, Kabupaten Indragiri Hulu 7,25 %. Daerah dengan tingkat kemiskinan lebih tinggi dari Kabupaten Rokan Hilir yaitu Kabupaten Indragiri Hilir dengan tingkat kemiskinan 7,65 %, Kabupaten Kampar dengan tingkat kemiskinan 8,52 persen, Kabupaten Kuantan Singingi 10,19 %, Kabupaten Rokan Hulu 10,66 %, Kabupaten Pelelawan 11,63 % dan Kabupaten Kepulauan Meranti dengan tingkat kemiskinan sebesar 34,53 %.

Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan kabupaten dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Provinsi Riau yaitu 8,17 % dan lebih tinggi dari Tingkat Kemiskinan Nasional yaitu 12,36 persen.

Gambar 3.2.

Posisi Relatif Tingkat Miskin Prov. Riau Tahun 2013

Selain dari analisis antar wilayah perkembangan jumlah penduduk miskin yang ada di Kabupaten Rokan Hilir juga dapat dilihat dari analisis antar waktu. Dari analisis antar waktu kesenjangan perkembangan jumlah penduduk miskin dari tahun ketahun di kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat dengan jelas.

27

Gambar 3.3.

Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan Kab. Rokan Hilir Tahun 2002 - 2013

Grafik diatas memperlihatkan bahwa masih terdapat kesenjangan perkembangan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Rokan Hilir dari tahun ke tahun. Jika dilihat perkembangan antar waktu tingkat kemiskinan di Kabupaten Rokan Hilir priode Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2006 mengalami angka yang fluktuatif, dimana dari angka kemiskinan dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 49.400 jiwa menurun pada tahun 2005 jumlah penduduk miskin menjadi 38.325 jiwa, terjadi penurunan sebanyak 11.075 jiwa. Pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 kembali mengalami kenaikan dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 61.300 jiwa. Pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 jumlah penduduk miskin kembali mengalami penurunan menjadi 44.600 jiwa.

Tingkat pengangguran Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2011 apabila dibandingkan dengan antar wilayah se-Provinsi Riau berada pada urutan ke tujuh dengan presentase 4,57 persen, sedangkan kondisi terendah berada pada Kabupaten Pelelawan dengan persentase 2,93 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di Kabupaten Rokan Hilir masih banyak terdapat jumlah pengangguran terbuka yang belum terserap pada dunia industri dan jasa.

Gambar 3.5.

Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kab. Rokan Hilir Tahun 2007-2013

Untuk kondisi perkembangan antar waktu tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Rokan Hilir dari tahun 2007 hingga tahun 2011 menunjukkan tren positif karena setiap tahunnya mengalami penurunan, hal ini berarti tingkat pengangguran di Kabupaten Rokan Hilir setiap tahun mengalami penurunan.

29

penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Hal ini tergambar oleh tingkat kemiringan yang digambarkan oleh trendline dari tahun 2007 -2011 yang mengalami penurunan. Namun kembabali mengalami peningkatan pada tahun 2012 dan 2013 dengan jumlah pengangguran terbuka pada tahun 2013 sebesar 6,09%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar perkembangan antar waktu diatas :

Gambar 3.8.

Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kemiskinan Kab. Rokan Hilir, Prov. Riau Tahun 2002-2013

Dari analisis intervensi bidang kemiskinan ekonomi kabupaten ROkan Hilir tahun 2002-2013 dapat dilihat bahwa indicator penyebab meningkatnya angka kemiskinan di Kabupten Rokan Hilir adalah meningkatnya presentase tingkat pengangguran terbuka sejak tahun 2011 hingga tahun 2013 yaitu sebesar 6,09 % selain dari meningkatnya presentase tingkat pengangguran terbuka jumlah penderita buta

Dokumen terkait