• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

non devisa di Indonesia periode 2006 - 2008.

C. Pembahasan

1. Rumusan masalah ke-1

a. Peringkat komposit tahun 2006

1) Permodalan (Capital)

Permodalan pada tahun 2006 memperoleh peringkat 2. Peringkat

komponen permodalan. Kecukupan pemenuhan KPMM dan

komposisi permodalan merupakan rasio yang sangat sehat, karena

memperoleh peringkat 1 pada tiap triwulannya. Peringkat ini

diperoleh karena hampir seluruh bank dapat menghasilkan rasio

KPMM yang lebih tinggi dari ketentuan kecukupan pemenuhan

KPMM yang ditetapkan BI yang besarnya minimal 8%, sedangkan

untuk komposisi permodalan, komposisi yang sangat sehat ada pada

peringkat 1 yaitu tier 1 > 150% (tier 2 + tier 3) dan ada pada hampir

seluruh bank. Sedangkan rasio trend ke depan / proyeksi KPMM dan

APD / Modal Bank menunjukkan hasil yang cukup sehat. Untuk trend

ke depan / proyeksi KPMM, sebagian besar bank menghasilkan

persentase pertumbuhan modal relatif sama dibandingkan dengan

persentase pertumbuhan ATMR. Sedangkan untuk APD / Modal

Bank, besarnya APD masih dapat dicover oleh modal bank (20% <

rasio < 50%).

2) Kualitas aset (Asset Quality)

Kualitas aset pada tahun 2006 memperoleh peringkat 2. Rasio

APD / AP memperoleh peringkat 3 pada tiap triwulannya. Sedangkan

rasio APB / AP dan PPAP merupakan rasio yang sehat karena

memperoleh peringkat 2 pada tiap triwulannya, yang berarti bahwa

perkembangan aktiva produktif bermasalah cenderung rendah.

meningkatkan PPAP yang telah dibentuk lebih tinggi dari PPAP yang

wajib dibentuk.

3) Manajemen (Management)

Manajemen bank pada tahun 2006 memperoleh peringkat 1.

Secara umum, kepatuhan bank terhadap BMPK memperoleh

peringkat 1 karena secara keseluruhan pada semua bank tidak terdapat

adanya pelanggaran. Namun demikian masih terdapat pelampauan

yang dilakukan oleh Bank Mega pada triwulan ke-2 dan ke-3, tetapi

hal tersebut tidak mempengaruhi secara signifikan pada hasil akhir

peringkat yang diperoleh untuk rasio BMPK. Begitu juga dengan

PDN, rasio ini memperoleh peringkat 1 pada triwulan 1 sampai

ke-3 dan mengalami penurunan peringkat menjadi peringkat 2 pada

triwulan ke-4. Namun demikian, penurunan tersebut tidak

mempengaruhi secara signifikan pada hasil akhir peringkat komponen

manajemen tahun 2006.

4) Rentabilitas (Earnings)

Rentabilitas pada tahun 2006 memperoleh peringkat 2. Peringkat

tersebut diperoleh dari rata - rata peringkat yang dicapai pada tiap

triwulannya. Rasio yang sangat sehat dari komponen rentabilitas

adalah NIM, karena sebagian besar bank dapat memenuhi peringkat 1

pada tiap triwulannya. Rasio ROE dan ROA tergolong sehat dan

memperoleh peringkat 2 pada tiap triwulannya. Hal ini dikarenakan

tergolong kurang sehat dan memperoleh peringkat 4 pada tiap

triwulannya. Hal ini dikarenakan sebagian besar bank mencapai

tingkat efisiensi buruk.

5) Likuiditas (Liquidity)

Rasio yang sangat sehat dalam komponen likuiditas tahun 2006

adalah proyeksi cash flow dan ketergantungan pada dana antar bank,

karena rasio ini memperoleh peringkat 1 pada tiap triwulannya. Pada

proyeksi cash flow sebagian besar bank menunjukkan cash flow yang

sangat baik yang besarnya persentase > 9%. Sedangkan pada

ketergantungan pada dana antar bank, sebagian besar bank

menunjukkan rasio ABP terhadap Total Dana sangat rendah berkisar

< 5%. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh bank dalam menjalankan

kegiatan operasionalnya tidak tergantung pada dana antar bank.

Sedangkan untuk rasio - rasio likuiditas yang lain yaitu aktiva likuid <

1 bulan / pasiva likuid < 1 bulan, I month maturity mismatch ratio dan

LDR memperoleh rata - rata peringkat 2 pada tiap triwulannya. Dari

hasil semua peringkat komponen likuiditas maka secara rata - rata

diperoleh peringkat 2 untuk komponen likuiditas.

b. Peringkat komposit tahun 2007

1) Permodalan (Capital)

Permodalan pada tahun 2007 memperoleh peringkat 3. Peringkat

ini merupakan hasil perolehan rata - rata yang dihasilkan dari setiap

komposisi permodalan merupakan rasio yang sangat sehat, karena

secara rata - rata memperoleh peringkat 1 pada tiap triwulannya.

Peringkat ini diperoleh karena hampir seluruh bank dapat

menghasilkan rasio KPMM yang lebih tinggi dari ketentuan

kecukupan pemenuhan KPMM yang ditetapkan BI yang besarnya

minimal 8%, sedangkan untuk komposisi permodalan, komposisi

yang sangat sehat ada pada peringkat 1 yaitu tier 1 > 150% (tier 2 +

tier 3) dan ada pada hampir seluruh bank. Sedangkan rasio trend ke

depan / proyeksi KPMM dan APD / Modal Bank menunjukkan hasil

yang kurang sehat. Untuk trend ke depan/proyeksi KPMM, sebagian

besar bank menghasilkan persentase pertumbuhan modal relatif sama

dibandingkan dengan persentase pertumbuhan ATMR. Untuk APD /

Modal Bank memperoleh peringkat 3 pada triwulan ke-1 dan ke-4 dan

memperoleh peringkat 5 pada triwulan ke-2 dan ke-3. Hal ini

menandakan bahwa besarnya APD masih tergolong rendah

dibandingkan dengan jumlah modal bank (50% < rasio < 90%).

2) Kualitas aset (Asset Quality)

Kualitas aset pada tahun 2007 memperoleh peringkat 2. Rasio

APD / AP memperoleh peringkat 3 pada tiap triwulannya, yang

berarti bahwa aktiva produktif yang diklasifikasikan cukup dapat

dicover oleh aktiva produktif yang ada. Sama halnya dengan rasio

APB / AP, rasio ini memperoleh peringkat 2 pada triwulan ke-1

triwulan ke-4, yang berarti bahwa perkembangan aktiva produktif

bermasalah cenderung sangat rendah. Sedangkan PPAP merupakan

rasio yang sehat karena memperoleh peringkat 2 pada tiap

triwulannya, dikarenakan banyaknya bank yang dapat meningkatkan

PPAP yang telah dibentuk lebih tinggi dari PPAP yang wajib

dibentuk.

3) Manajemen (Management)

Manajemen bank pada tahun 2007 memperoleh peringkat 1.

Secara umum, kepatuhan bank terhadap BMPK memperoleh

peringkat 1. Meskipun ada pelanggaran yang dilakukan oleh Bank

Artos Indonesia pada triwulan ke-4, dan pelampauan yang dilakukan

oleh 3 bank yaitu Bank Danamon Indonesia, Bank Mega dan Bank

Fatma Internasional pada tiap triwulannya, tetapi hal tersebut tidak

mempengaruhi secara signifikan pada hasil akhir peringkat yang

diperoleh untuk rasio BMPK. Berbeda dengan PDN, rasio ini

memperoleh peringkat 2 pada triwulan ke-1 dan mengalami kenaikan

peringkat menjadi peringkat 1 pada triwulan ke-2 sampai ke-4, dapat

disimpulkan bahwa secara rata – rata tidak pernah ada pelanggaran

terhadap rasio PDN.

4) Rentabilitas (Earnings)

Rentabilitas pada tahun 2007 memperoleh peringkat 2. Peringkat

tersebut diperoleh dari rata - rata peringkat yang dicapai pada tiap

adalah NIM, karena sebagian besar bank dapat memenuhi peringkat 1

pada tiap triwulannya. Rasio ROA memperoleh peringkat 2 pada

triwulan ke-1 sampai ke-3, mengalami kenaikan peringkat menjadi

peringkat 1 pada triwulan ke-4. Sedangkan rasio ROE memperoleh

peringkat 2 pada tiap triwulannya. Hal ini menunjukkan bahwa

perolehan laba dari seluruh bank sangat tinggi. Sedangkan rasio

BOPO tergolong kurang sehat dan memperoleh peringkat 4 pada tiap

triwulannya. Hal ini dikarenakan sebagian besar bank mencapai

tingkat efisiensi buruk.

5) Likuiditas (Liquidity)

Rasio yang sangat sehat dalam komponen likuiditas tahun 2007

adalah proyeksi cash flow dan ketergantungan pada dana antar bank,

karena rasio ini memperoleh peringkat 1 pada tiap triwulannya. Pada

proyeksi cash flow sebagian besar bank menunjukkan cash flow yang

sangat baik yang besarnya persentase > 9%. Sedangkan pada

ketergantungan pada dana antar bank, sebagian besar bank

menunjukkan rasio ABP terhadap Total Dana sangat rendah berkisar

< 5%. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh bank dalam menjalankan

kegiatan operasionalnya tidak tergantung pada dana antar bank.

Sedangkan untuk rasio - rasio likuiditas yang lain yaitu aktiva likuid <

1 bulan / pasiva likuid < 1 bulan dan LDR memperoleh peringkat 2

pada tiap triwulannya. I month maturity mismatch ratio memperoleh

menjadi peringkat 2 pada triwulan ke-2 sampai ke-3. Dari hasil semua

peringkat komponen likuiditas maka secara rata - rata diperoleh

peringkat 2 untuk komponen likuiditas.

c. Peringkat komposit tahun 2008

1) Permodalan (Capital)

Permodalan pada tahun 2008 memperoleh peringkat 2. Peringkat

ini merupakan hasil perolehan rata - rata yang dihasilkan dari setiap

komponen permodalan. Kecukupan pemenuhan KPMM dan

komposisi permodalan merupakan rasio yang sangat sehat, karena

memperoleh peringkat 1 pada tiap triwulannya. Peringkat ini

diperoleh karena hampir seluruh bank dapat menghasilkan rasio

KPMM yang lebih tinggi dari ketentuan kecukupan pemenuhan

KPMM yang ditetapkan BI yang besarnya minimal 8%, sedangkan

untuk komposisi permodalan, komposisi yang sangat sehat ada pada

peringkat 1 yaitu tier 1 > 150% (tier 2 + tier 3) dan ada pada hampir

seluruh bank. Sedangkan rasio trend ke depan / proyeksi KPMM

menunjukkan hasil yang kurang sehat, dikarenakan sebagian besar

bank menghasilkan persentase pertumbuhan modal lebih rendah

dibandingkan dengan persentase pertumbuhan ATMR. Untuk APD /

modal bank memperoleh peringkat 3 pada triwulan ke-1 dan peringkat

2 pada triwulan ke-2 sampai ke-4. Hal ini menandakan bahwa

besarnya APD relatif kecil dibandingkan dengan modal bank (1% <

2) Kualitas aset (Asset Quality)

Kualitas aset pada tahun 2008 memperoleh peringkat 2. Rasio

APD / AP memperoleh peringkat 3 pada tiap triwulannya, yang

berarti bahwa aktiva produktif yang diklasifikasikan cukup dapat

dicover oleh aktiva produktif yang ada. Sama halnya dengan rasio

APB / AP, rasio ini memperoleh peringkat 2 pada triwulan ke-1 dan

ke-2, mengalami kenaikan peringkat menjadi peringkat 1 pada

triwulan ke-3 dan ke-4, yang berarti bahwa perkembangan aktiva

produktif bermasalah cenderung sangat rendah. Sedangkan PPAP

merupakan rasio yang sehat karena memperoleh peringkat 2 pada tiap

triwulannya, dikarenakan banyaknya bank yang dapat meningkatkan

PPAP yang telah dibentuk lebih tinggi dari PPAP yang wajib

dibentuk.

3) Manajemen (Management)

Manajemen bank pada tahun 2008 memperoleh peringkat 2.

Secara umum, kepatuhan bank terhadap BMPK memperoleh

peringkat 1. Meskipun ada pelanggaran yang dilakukan oleh Bank

Internasional Indonesia pada triwulan ke-2 dan ke-3, dan pelampauan

yang dilakukan oleh 5 bank yaitu Bank Danamon Indonesia, Bank

Kesawan, Bank OCBC NISP, PAN Indonesia Bank dan Bank Harfa

pada tiap triwulannya, tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi secara

signifikan pada hasil akhir peringkat yang diperoleh untuk rasio

semua triwulan dikarenakansebagian besar bank terdapat pelanggaran

terhadap rasio PDN dengan frekuensi rendah.

4) Rentabilitas (Earnings)

Rentabilitas pada tahun 2008 memperoleh peringkat 2. Peringkat

tersebut diperoleh dari rata - rata peringkat yang dicapai pada tiap

triwulannya. Rasio yang sangat sehat dari komponen rentabilitas

adalah NIM, karena sebagian besar bank dapat memenuhi peringkat 1

pada tiap triwulannya. Rasio ROA memperoleh peringkat 2 pada

triwulan ke-1 sampai ke-3, mengalami kenaikan peringkat menjadi

peringkat 1 pada triwulan ke-4. Rasio ROE memperoleh peringkat 2

pada triwulan ke-1 sampai ke-3, mengalami kenaikan peringkat

menjadi peringkat 1 pada triwulan ke-4. Rasio ROA dan ROE dinilai

cukup mampu dalam mengelola aset dan modalnya untuk

memperoleh keuntungan bagi bank. Sedangkan rasio BOPO tergolong

kurang sehat dan memperoleh peringkat 4 pada tiap triwulannya. Hal

ini dikarenakan sebagian besar bankmencapai tingkat efisiensi buruk.

5) Likuiditas (Liquidity)

Rasio yang sangat sehat dalam komponen likuiditas tahun 2008

adalah ketergantungan pada dana antar bank, rasio ini memperoleh

peringkat 1 pada tiap triwulannya. Hal ini dikarenakan sebagian besar

bank menunjukkan rasio ABP terhadap Total Dana sangat rendah

berkisar < 5%. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh bank dalam

antar bank. Pada proyeksi cash flow sebagian besar bank

menunjukkan cash flow yang sangat baik yang besarnya persentase >

9%, berada di atas dari yang disarankan oleh BI. Sedangkan untuk

rasio I month maturity mismatch ratio memperoleh peringkat 2 pada

tiap triwulannya. Rasio likuiditas yang lain yaitu aktiva likuid < 1

bulan / pasiva likuid < 1 bulan dan LDR memperoleh peringkat 2

pada triwulan ke-1, ke-2 dan ke-4, mengalami penurunan peringkat

menjadi peringkat 3 pada triwulan ke-3. Dari hasil semua peringkat

komponen likuiditas maka secara rata - rata diperoleh peringkat 2

untuk komponen likuiditas.

2. Rumusan masalah ke-2

Dengan melihat tabel V.120, maka dapat diketahui rata - rata

peringkat komponen CAMEL selama 3 tahun penelitian. Dari tabel tersebut

kemudian dihitung dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis (Kruskal-Wallis

Test) melalui program SPSS 17.0, hasil yang akan diperoleh (lihat pada

lampiran). Perhitungan uji Kruskal-Wallis pada table Tes Statistics

a,b

menghasilkan p-value sebesar 0,731. Hal ini menunjukkan bahwa p-value

alpha (0,05) yang berarti H

o

diterima yaitu tidak ada perkembangan peringkat

secara signifikan dari komponen CAMEL pada BUSN devisa dan non devisa

175

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data, hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan dengan

menggunakan model CAMEL pada sejumlah 16 BUSN devisa dan 14 BUSN non

devisa diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat kesehatan BUSN devisa dan non devisa di Indonesia periode 2006 -

2008 dengan menggunakan model CAMEL.

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesehatan bank pada tahun 2006,

2007 dan 2008 secara umum relatif sama yaitu dengan memperoleh peringkat

komposit 2 (PK-2), yang dipersamakan dengan predikat sehat. Peringkat ini

mencerminkan bahwa bank tergolong sehat dan mampu mengatasi pengaruh

negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan namun bank masih

memiliki kelemahan - kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh

tindakan rutin.

2. Perkembangan peringkat secara signifikan dari komponen CAMEL pada

BUSN devisa dan non devisa di Indonesia periode 2006 - 2008.

Berdasarkan hipotesis dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis

(Kruskal-Wallis Test) dapat disimpulkan bahwa H

o

diterima. Artinya tidak

ada perkembangan peringkat secara signifikan dari komponen CAMEL pada

Dokumen terkait