• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Kecamatan Pacet sebagai kawasan yang memiliki potensi unggulan wisata alam memiliki isu permasalahan komprehensif dalam pengembangannya baik dari segi lingkungan, sosial, dan ekonomi. Studi penelitian dibidang perancangan kawasan ini bermaksud untuk mewujudkan kawasan wisata alam yang berkelanjutan melalui pemecahan beberapa isu permasalahan yang dianggap peneliti sebagai permasalahan penting dan mendesak. Adapun jawaban dari isu permasalahan atau jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah diutarakan pada awal bab pelaporan ini diantaranya adalah sebagai berikut.

I. Karakteristik lahan yang sesuai untuk perancangan kawasan wisata alam berkelanjutan dilihat dari sisi potensi biofisik kawasan dapat dikategorikan dalam tiga kategori yakni :

1) Zona dengan lahan sesuai, memiliki karakteristik sebagai berikut : a) Memiliki kemiringan minimum 2% hingga maksimum 15%

b) Pola ruang yang diijinkan untuk dibangun berupa permukiman dan hutan produksi

c) Memiliki karakteristik tanah berjenis mediteran yang bersifat tidak peka terhadap erosi sehingga aman untuk dibangun dengan konstruksi yang bersyarat

d) Dilalui oleh jaringan jalan lokal primer dengan lebar jalan ± 5- 8 meter e) Tidak memiliki karakteristik area rawan bencana alam baik longsor

ataupun letusan vulkanik

2) Zona dengan lahan cukup sesuai, memiliki karakter sebagai berikut : a) Memiliki kemiringan lahan minimum 2% dan maksimum 40%

b) Pola peruntukkan ruang didominasi oleh lahan pertanian produktif (LP2B), taman hutan raya, dan hutan lindung

c) Memiliki dominasi jenis tanah litosol dan andosol yang peka terhadap erosi tanah dan tingkat kesuburan tinggi

138

d) Tidak memiliki karakteristik area rawan bencana alam baik longsor ataupun letusan vulkanik

e) Kawasan ini dilalui oleh jaringan jalan lokal sekunder dan jalan lingkungan yang memiliki lebar ± 2-3 meter

3) Zona dengan lahan tidak sesuai, memiliki karakter sebagai berikut : a) Memiliki kemiringan lahan minimum 15% hingga maksimum > 40% b) Pola peruntukkan ruang didominasi oleh taman hutan raya, hutan

lindung, dan hutan produksi

c) Memiliki dominasi jenis tanah litosol dan andosol yang peka terhadap erosi tanah dan tingkat kesuburan tinggi

d) Memiliki karakteristik area rawan bencana letusan vulkanik dan longsor/ banjir bandang

e) Kawasan ini hanya dilalui oleh jaringan jalan lingkungan yang memiliki lebar 2-3 meter

Melihat karakteristik lahan yang sesuai untuk perancangan, dalam penelitian ini peneliti membagi zona perancangan kawasan sesuai konsep pengelolaan zona ekowisata yang terbagi atas :

1) Zona Transisi memiliki karakter : peruntukkan ruang berupa fasilitas pelayanan umum, permukiman, dan fasilitas pendukung pariwisata terutama restoran dan pertokoan. Jaringan jalan sebagai akses yang melintasi segmen 1 memiliki lebar 8 meter dan didukung oleh prasarana pedestrian, namun street furniture masih terbatas.

2) Zona Penerima/ pembuka memiliki karakter : peruntukkan ruang berupa permukiman, lahan pertanian (sawah tadah hujan), obyek daya tarik wisata, serta fasilitas pendukung pariwisata. Potensi elemen rancangan yang ada di segmen 2 ini adalah berupa ruang terbuka (taman skala kecamatan) yang tidak terawat serta belum tersedianya pedestrian yang tidak mendukung penggunanya. Selain itu, pada segmen ini memiliki spot- spot view alami yang memiliki nilai strategis dalam perancangan lanskap ataupun sebagai salah satu atraksi wisata 3) Zona semi konservasi memiliki karakter : potensi atraksi wisata berupa

139

Canggu dan Wanawisata Air Panas Padusan. Peruntukkan ruang di segmen ini di masih dominasi oleh hamparan areal pertanian yang memiliki latar pegunungan Penanggungan serta fasilitas pendukung pariwisata berupa villa penginapan bagi wisatawan. Kondisi aksesibilitas berupa jaringan jalan pada segmen ini memiliki lebar hanya 2-3 meter tanpa didukung pedestrian bagi pejalan kaki. Sehingga timbul beberapa permasalahan terkait aksesibilitas terutama pada waktu liburan. Sebagai segmen utama, segmen ini memiliki spot- spot view alami yang memiliki nilai strategis dalam perancangan lanskap ataupun sebagai salah satu atraksi wisata yang berkonsentrasi terhadap pelestarian alam dan sumberdaya alam hayati.

II. Untuk mewujudkan ruang terbuka dikawasan wisata alam dalam mendukung kegiatan rekreasi yang nyaman, aman, dan menyenangkan diperlukan prinsip perancangan sebagai berikut :

1) Ruang terbuka harus ditempatkan pada lokasi yang pasti dimanfaatkan/ digunakan oleh penduduk dan wisatawan

2) Tema ruang terbuka menyesuaikan dengan kesesuaian zona dan pemakainya.

3) Didalam ruang terbuka harus dapat dirancang dengan dua tipe ruang terbuka yang membedakan secara jelas pembagian proporsi luas penggunaan pada ruang terbuka yakni 57.6% ruang terbuka alami, dan 42.4% ruang terbuka rekreasi

4) Ruang yang dirancang harus mengakomodasi aktifitas didalamnya khususnya seni budaya bantengan.

5) Harus memiliki akses dengan rancangan koridor yang

mengakomodasi jalur khusus wisatawan dan pengendara kendaraan bermotor

6) Perlu pengembangan jalur konektifitas untuk mempermudah sirkulasi antar ruang terbuka yang mengakomodasi pejalan kaki dan pesepeda dengan mengutamakan keselamatan pengguna

140

7) Seharusnya konektivitas antar spot menarik atau obyek wisata alam dapat tercipta dengan memberikan arahan terhadap wisatawan sebelum memasuki obyek wisata.

8) Harus mewadahi perubahan perilaku dan permintaan wisatawan dalam berekreasi yang cenderung beralih pada kegiatan menikmati visual pemandangan alam terutama pada segmen 3.

III. Sedangkan untuk mewujudkan rancangan kawasan wisata alam Kecamatan Pacet yang berkelanjutan secara komprehensif (mempertimbangkan aspek fisik dan nonfisik) diperlukan prinsip perancangan sebagai berikut :

1) Perlu penempatan vegetasi dan penataan tata hijau berdasarkan fungsi ekologis, sosial, dan estetika yang mencerminkan karakter dominan tiap segmen.

2) Untuk menikmati potensi kualitas visual pemandangan alam harus memperhatikan elemen lanskap termasuk vegetasi yang kurang teratur, penggunaan lahan yang tidak alami.

3) Perlu penyediaan sarana khusus untuk menikmati visual pemandangan alam yang berupa jalur pejalan kaki pada segmen 2 dan segmen 3, sedangkan untuk segmen 1 berupa tempat pandang.

4) Perlu penyediaan sarana rekreasi alternative untuk mengakomodasi kebutuhan dan permintaan wisatawan yang mulai berminat terhadap wisata menikmati alam.

5) Perlu mengaktifkan sarana transportasi berupa terminal tipe C yang mendukung aksesibilitas menuju kawasan wisata alam Pacet.

6) Seharusnya dalam merancang kawasan wisata alam berkelanjutan perlu mendukung industri kecil sebagai komponen ekonomi yang sebagian besar memanfaatkan hasil sumberdaya alam hayati (pertanian, perkebunan, holtikultura) melalui perwujudan identitas kampung industri di kawasan wisata alam Kecamatan Pacet.

Dengan mempertimbangkan prinsip- prinsip perancangan kawasan wisata alam Kecamatan Pacet yang didapatkan dalam proses penelitian, konsep utama perancangan kawasan wisata alam berkelanjutan di Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto adalah menciptakan ruang-ruang terbuka sebagai ruang rekreasi alternatif

141

yang nyaman, aman, menyenangkan, berbudaya, serta sebagai kontrol ruang dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan kedepannya.