• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan penggunakan mesh size codend 1 inci, 2 inci dan 3 inci, tingkat pelolosan ikan (escapement level) (%) untuk setiap spesies ikan adalah sebagai berikut : Ikan kurisi pada mesh size codend 1 inci sebesar 14,9%, 2 inci sebesar 34,5% dan 3 inci sebesar 80,8%, Ikan kuniran pada mesh size codend 1 inci sebesar 19,8%, 2 inci sebesar 42,6% dan 3 inci sebesar 76,8%, Ikan biji nangka pada mesh size codend 1 inci sebesar 33,9%, 2 inci sebesar 56,4% dan 3 inci sebesar 77,9%. Setelah dilakukan uji lanjutan dengan beda nyata terkecil (BNT) menunjukan bahwa pada kurisi mesh size 1 inci tidak berbeda nyata (tidak memberikan pengaruh terhadap pelolosan ikan) dan mesh size 2 inci dan 3 inci berbeda nyata (memberikan pengaruh terhadap pelolosan ikan) sedangkan pada kuniran dan biji nangka mesh size 1 inci dan 3 inci tidak berbeda nyata (tidak memberikan pengaruh terhadap pelolosan ikan) dan mesh size 2 inci berbeda nyata (memberikan pengaruh terhadap pelolosan ikan). Pada kuniran dan biji nangka untuk mesh size 3 inci tidak berbeda nyata diduga pada kantong trawl ada yang menghalangi ikan lolos seperti tertumpuknya lumpur, kotoran bahkan ikan-ikan besar. Hasil yang diperoleh pada perhitungan statistik dapat disimpulkan ukuran mata jaring kantong trawl (mesh size codend trawl) yang optimal adalah 2 inci sampai dengan 3 inci karena pada ukuran tersebut lebih banyak ikan yang tidak layak tangkap lolos, sehingga diharapkan sumberdaya ikan tetap terjaga kelestariannya.

2 Kurva selektivitas trawl pada spesies kurisi untuk mesh size codend 1 inci diperoleh L50% sebesar 11,7 cm (belum layak tangkap), mesh size 2 inci L50% sebesar 11,8 cm (belum layak tangkap) dan mesh size 3 inci L50% sebesar 17,0 cm (belum layak tangkap). Kurva selektivitas trawl pada spesies kuniran untuk mesh size codend 1 inci diperoleh L50% sebesar 8,0 cm (belum layak tangkap), mesh size 2 inci L50% sebesar 10,6 cm (belum layak tangkap) dan mesh size 3 inci L50% sebesar 13,9 cm (layak tangkap). Kurva selektivitas trawl pada spesies biji nangka untuk mesh size codend 1 inci

76  

diperoleh L50% sebesar 12,3 cm (belum layak tangkap), mesh size 2 inci L50% sebesar 13,8 cm (belum layak tangkap) dan mesh size 3 inci L50% sebesar 14,7 cm (belum layak tangkap).

3 Pembukaan mulut jaring berkisar antara 16,8 m sampai dengan 20,5 m atau dengan kata lain bahwa mulut trawl membuka antara 56,1% sampai dengan 68,2% dari panjang head rope yaitu 27,5 m. Densitas ikan di daerah penelitian dari 40 kali setting diperoleh rata-rata 100,17 kg per km2, hal ini menunjukan bahwa sumberdaya ikan demersal di daerah penelitian sangat rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian Sumiono (2000), sebesar 800 kg per km2.

6.2 Saran

  Penggunaan mesh size codend yang sebaiknya pada alat tangkap trawl di perairan Tanjung Kerawang dan sekitarnya adalah 2 inci – 3 inci, tetapi apabila melihat kepadatan stok ikan yang hanya 100,17 kg per km2 maka disarankan untuk perairan Tanjung Kerawang dan sekitarnya ditutup sampai sumberdaya ikan yang ada pulih kembali.

Anonimus, 1987. Penyebaran Beberapa Sumberdaya Perikanan Indonesia. Departemen Pertanian. Jakarta. 43p.

Antonello, S. 2010. Trawl Selectivity. National Research Council (CNR) - Institute of Marine Sciences (ISMAR).

Arimoto, T., 1999. Fish Behaviour for Improving Fish Capture Technologi. Tokyo University of Fisheries, Japan.

Aziz KA. 1989. Pendugaan Stok Populasi Ikan Tropis. Bahan Pengajaran. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi. Bogor : Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. IPB. 89 hal.

Badruddin, M. 1978. Stok Ikan Kuniran (Upenues sulphureus) di Perairan laut Jawa dan Beberapa Aspek Biologinya. Simposium Modernisasi Perikanan Rakyat. LPPL. Jakarta.

Badruddin dan Wudianto. 2004. Makalah Pada Workshop rencana Pengelolaan Ikan Layur. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Trenggalek. Jawa Timur.

Bal, D.V. and K.V. Rao. 1984. Marine Fisheries. Tata Mc. Graw–Hill Publishing Company Limited, New Delhi.

Chokesanguan, B, Weerawat P, Isara C, Nopporn M. 2003. Study on Juvenile and Tras Excluder Devices (JTEDs) in The philippnes. Thailand. SEAFDEC/TD. 18 p

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2005. Identifikasi Beberapa Alat Penangkap Ikan Yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang Oleh Pemerintah Republik Indonesia. Departemen Kelautan dan perikanan, Jakarta.

Effendi MI. 1979. Biologi Perikanan. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama. 112 hal

FAO, 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries, FAO, Rome.

Fridman, AL. 1986. Perhitungan Dalam Merancang Alat Penangkap Ikan. [terjemahan]. Balai Pengembangan Penangkap Ikan Semarang. 304 hal

George, P and Konstantinos, I, 1997. Size Selectivity of Diamond and Square Mesh Condends for Four Commercial Mediterranean Fish Species. National Centre for Marine Research Kosmas, Hellinikon, Athens 16604, Hellas.

78   

Juliani. 2004. Optimasi Upaya Penangkapan Udang di Perairan Delta Mahakam dan Sekitarnya. Tesis [tidak dipublikasikan]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Losse, G.F. & A. Dwiponggo. 1977. Report on the Java Sea SE Monsoon Trawl Survey. June-December 1796. Spec. Rep. Contrib. of the Dem. Fish. Project No.3 Mar. Fish. Res. Inst. Jakarta.

Mardjudo A. 2002. Studi Tentang Selektivitas pukat Pantai Yang Digunakan Oleh Nelayan Di Pesisir Teluk palu-Donggala Sulawesi Tengah. Tesis [tidak dipublikasikan]. Bogor: Program Studi Teknologi Kelautan Pascasarjana IPB. 71 hal

Martasuganda S, Purwanto J, Husein S. 1991. Fluktuasi Stok Ikan Kuniran

(Upeneus vitatus) di Perairan Semarang Jawa Tengah. Jurnal Maritek.

Bogor. Volume 1. Hal 68-81.

Marzuki, S., Rusmadji, dan B. Gafa, 1987. Estimasi beberapa Parameter dan sediaan (stok) Ikan Biji Nangka (Upenues sulphureus) di laut Jawa. Jurnal

Penelitian Perikanan Laut (4) : 45 - 59

Matsuoka T. 1995. Selectivity of Fishing Gerar and Its Application for Sustainable Development of Fisheries. Kagoshima : Faculty of Fisheries Kagoshima University. 15 p

Mattjik, A.A dan M. Sumertajaya, 2000. Perancangan Percobaan (Dengan Aplikasi SAS dan Minitab) Jilid I. IPB Press, Bogor. 276 hal

Murdiyanto B. 1997. Selectivity of Gillnet Operated in Waters Around Java Island, Indonesia. Round Table Meeting for Fisheries Technology. Japan.

Nomura, M. and Yamazaki, 1977. Fishing Techniques. Vol 1 Tex Book of SEAFDEC, Japan International Cooperation Agency. Tokyo

Purbayanto A, Sondita FA, Wahyu RI, Wisudo SH, Haluan J. 2004. Pedoman Umum Perencanaan dan pemanfaatan Hasil Tangkap Sampingan Udang di Laut Arapura Propinsi Papua. Dinas Perikanan dan Kelautan propinsi Papua dan PT Sucofindo.

Romimohtarto R, Juwana S. 2001. Buku Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biologi Laut. Djambatan. Jakarta.

Saila, S.B 1983. Importance and Assesment of Discards in Commercial Fisheries. FAO Fish. Circ. No. 765, 62 p

Sahri, M. 1997. Dinamika Populasi Ikan Kurisi (Nemipterus sp.) di Selat Madura dan Alternatif Pengelolaannya. Jurnal Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang.

 

Saputra, S.W, Soedarsono, P dan Sulistyawati, G.A. 2006. Beberapa aspek Ikan Kuniran (Upeneus spp) di perairan demak. Jurnal Saintek Perikanan. Vol. 5 No. 1. Hal 1 – 6.

Sparre, P. and S.C. Venema, 1992. Introduction to Tropical Fish Stock Assessment. FAO Fisheries Technical Paper Danida, FAO Rome.

Subani W. 1990. Buku Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Laut (Jenis-jenis ikan ekonomis penting). Jakarta : Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian. 170 hal.

Subani W dan Barus RH, 1989. Alat Penangkap Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No 50 BPPP. Jakarta. 204 hal

Sudirman dan Mallawa. 2000. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta. Makasar.

Suharyanto dan Purnomo Agus, 2004. Petunjuk Teknis Identifikasi Sarana Perikanan Tangkap pukat Tarik ( Trawl ). Balai Pengembangan penangkapan Ikan. DKP. Semarang.

Sumiono, B, Sudjianto, Soselisa Y, Murtoyo TS. 2000. Laju Tangkap dan komposisi jenis Ikan Demersal dan Udang yang tertangkap Trawl Pada Musim Timur di Perairan Utara jawa Tengah. Jurnal PenelitianPerikanan

Indonesia. Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP. Vol 8 No. 4. Hal 15

-19.

Usemahu A.R dan Tomasila. L. 2003. Teknik penangkapan Ikan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Vesa, T and René, H, 1998. Evidence of Factors at Vessel Level Affecting Codend Selectivity in Baltic Cod Demersal Trawl Fishery. Baltic Sea Research Station, Karlskrona, Sweden ConStat, North Sea Centre, Hirtshals, Denmark.

Walpole RE. 1995. Pengantar Statistik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. 517 hal

Widodo, J. 2001. Penuntun Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Perairan Indonesia. Badan Riset Kelautan dan perikanan DKP dan Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta.

84

Lampiran 2 Estimasi ogif seleksi alat untuk ikan kurisi (Nemipterus virgatus) dari suatu percobaan bagian kantong jaring trawl 1 inci yang ditutup penutup kantong dengan ukuran mata jaring 0,7 inci

Lampiran 3 Estimasi ogif seleksi alat untuk ikan kurisi (Nemipterus virgatus) dari suatu percobaan bagian kantong jaring trawl 2 inci yang ditutup penutup kantong dengan ukuran mata jaring 0,7 inci

86

Lampiran 4 Estimasi ogif seleksi alat untuk ikan kurisi (Nemipterus virgatus) dari suatu percobaan bagian kantong jaring trawl 3 inci yang ditutup penutup kantong dengan ukuran mata jaring 0,7 inci

Lampiran 5 Estimasi ogif seleksi alat untuk ikan kuniran (Upeneus sulphureus) dari suatu percobaan bagian kantong jaring trawl 1 inci yang ditutup penutup kantong dengan ukuran mata jaring 0,7 inci

88

Lampiran 6 Estimasi ogif seleksi alat untuk ikan kuniran (Upeneus sulphureus) dari suatu percobaan bagian kantong jaring trawl 2 inci yang ditutup penutup kantong dengan ukuran mata jaring 0,7 inci

Lampiran 7 Estimasi ogif seleksi alat untuk ikan kuniran (Upeneus sulphureus) dari suatu percobaan bagian kantong jaring trawl 3 inci yang ditutup penutup kantong dengan ukuran mata jaring 0,7 inci

90

Lampiran 8 Estimasi ogif seleksi alat untuk ikan biji nangka (Upeneus vitatus) dari suatu percobaan bagian kantong jaring trawl 1 inci yang ditutup penutup kantong dengan ukuran mata jaring 0,7 inci

Lampiran 9 Estimasi ogif seleksi alat untuk ikan biji nangka (Upeneus vitatus) dari suatu percobaan bagian kantong jaring trawl 2 inci yang ditutup penutup kantong dengan ukuran mata jaring 0,7 inci

92

Lampiran 10 Estimasi ogif seleksi alat untuk ikan biji nangka (Upeneus vitatus) dari suatu percobaan bagian kantong jaring trawl 3 inci yang ditutup penutup kantong dengan ukuran mata jaring 0,7 inci

Lampiran 11 Hasil analisis ragam (ANOVA) terhadap jumlah ikan (ekor) berdasarkan ukuran mata jaring kantong trawl (mesh size codend

trawl) dari tiga spesies ikan yang dominan tertangkap

a. Kurisi

Blok Perlakuan Total blok

1 inci 2 inci 3 inci

1 0.2 0.3 0.9 1.3 2 0.1 0.4 0.8 1.2 3 0.2 0.3 0.8 1.3 Total perlakuan 0.4 1.0 2.4 3.9 FK = Y² / tr = 1.696 3 3 JKT = ∑ ∑ Yij² - FK = 0.702 i = 1 j = 1 3 JKP = ∑ Yi.² / r - FK = 0.686 i = 1 3 JKB = ∑ Y.j² / t - FK = 0.002 j = 1 JKG = JKT - JKP - JKK = 0.014 Anova

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F - hitung F - tabel

keragaman bebas (db) kuadrat (JK) tengah (KT) (5%) Perlakuan 2 0,686 0,343 98,00 6,944 Blok 2 0,002 0,001 0,29 6,944 Galat 4 0,014 0,0035 Total 8 0,702 Kesimpulan :

Perlakuan = F-hitung > F-tabel, yang berarti tolak H0

Perlakuan berpengaruh terhadap hasil tangkapan

Blok = F-hitung < F-tabel, yang berarti terima H0

94 Lampiran 11 (lanjutan) Uji BNT Galat 0.014 1/r + 1/r 0.666667 Sy1 - y2 0.009333 √0.009333 0.0966 t, 0.05, 3 3.182 BNT 0.307 0.149 0.196 < 0.307 0.345 0.659 > 0.307 0.808 0.463 > 0.307 b. Kuniran

Blok Perlakuan Total blok

1 inci 2 inci 3 inci

1 0.2 0.6 0.8 1.6 2 0.3 0.3 0.6 1.2 3 0.1 0.4 0.8 1.3 Total perlakuan 0.6 1.3 2.3 4.2 FK = Y² / tr = 1.937 3 3 JKT = ∑ ∑ Yij² - FK = 0.577 i = 1 j = 1 3 JKP = ∑ Yi.² / r - FK = 0.495 i = 1 3 JKB = ∑ Y.j² / t - FK = 0.034 j = 1 JKG = JKT - JKP - JKK = 0.047 Anova

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F - hitung F - tabel

keragaman bebas (db) kuadrat (JK) tengah (KT) (5%) Perlakuan 2 0,495 0,2475 21,06 6,944 Blok 2 0,034 0,017 1,45 6,944 Galat 4 0,047 0,01175 Total 8 0,576

Kesimpulan

Perlakuan = F-hitung > F-tabel, yang berarti tolak H0

Perlakuan berpengaruh terhadap hasil tangkapan

Blok = F-hitung < F-tabel, yang berarti terima H0

Blok tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan

Uji BNT Galat 0.047 1/r + 1/r 0.667 Sy1 - y2 0.031 √0.031 0.177 t, 0.05, 3 3.182 BNT 0.563 0.198 0.228 < 0,563 0.426 0.571 > 0,563 0.768 0.342 < 0,563 c. Biji Nangka

Blok Perlakuan Total blok

1 inci 2 inci 3 inci

1 0.3 0.7 0.8 1.8 2 0.5 0.4 0.7 1.6 3 0.3 0.6 0.8 1.7 Total perlakuan 1.1 1.7 2.3 5.0 FK = Y² / tr = 2.826 3 3 JKT = ∑ ∑ Yij² - FK = 0.362 i = 1 j = 1 3 JKP = ∑ Yi.² / r - FK = 0.350 i = 1 3 JKB = ∑ Y.j² / t - FK = 0.004 j = 1 JKG = JKT - JKP - JKK = 0.008 Lampiran 11 lanjutan

96

Anova

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F - hitung F - tabel

keragaman bebas (db) kuadrat (JK) tengah (KT) (5%) Perlakuan 2 0,350 0,175 87,50 6,944 Blok 2 0,004 0,002 1,00 6,944 Galat 4 0,008 0,002 Total 8 0,362 . Kesimpulan :

Perlakuan = F-hitung > F-tabel, yang berarti tolak H0

Perlakuan tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan

Blok = F-hitung < F-tabel, yang berarti terima H0

Blok tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan

Uji BNT Galat 0.008 1/r + 1/r 0.667 Sy1 - y2 0.005 √0.005 0.073 t, 0.05, 3 3.182 BNT 0.232 0.367 0.197 < 0.232 0.564 0.412 > 0.232 0.779 0.215 < 0.232 Lampiran 11 lanjutan

98

Lampiran 13 Hasil perhitungan lebar pembukaan mulut jaring pada saat penelitian

Keterangan :

B – A = Jarak dalam meter antar dua warp yang diukur 1 meter dari blok ke arah jaring

A – I = Jarak antara blok kanan dan kiri dalam meter

B –B’ = (B – A) – (A – I) dalam meter.

C – G = Panjang warp yang diarea + hand line + net pendant + otter

pendant dalam meter.

D – E = Panjang head rope dalam meter dibagi dua (setenggah panjang dari

head rope)

D – F = Lebar pembukaan mulut jaring dalam meter

Lampiran 14 Hasil tangkapan KM. Madidihang 02

No Spesies ikan Jumlah hasil tangkapan (kg) Persentase (%) 1 Kurisi 765,1 19,3 2 Kuniran 755,0 19,1 3 Biji nangka 464,0 11,7 4 Petek 301,0 7,6 5 Gerot-gerot 298,0 7,5 6 Pari kelapa 280,0 7,1 7 Kerong kerong 152,0 3,8 8 Swangi 126,0 3,2 9 Kerapu 118,0 3,0 10 Kue 114,0 2,9 11 Semar 108,0 2,7 12 Sebelah 97,7 2,5 13 Cumi 80,0 2,0 14 Bloso 76,0 1,9 15 Selar 56,0 1,4 16 Blakutak 53,0 1,3 17 Kembung 40,0 1,0 18 Udang banana 28,0 0,7 19 Udang kipas 8,0 0,2 20 Cobia 8,0 0,2 21 Manyung 8,0 0,2 22 Bawal 8,0 0,2 23 Alu-alu 6,0 0,2 24 Tenggiri 4,0 0,1 25 Kakap merah 4,0 0,1

Dokumen terkait