• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

G

GAAMMBBAARRAANN UUMMUUMM && LLIINNGGKKUUNNGGAANN

K

KOOTTAA MMEETTRROO

Kota Metro meliputi areal daratan seluas 68,74 Km2, terletak pada bagian tengah Propinsi Lampung yang berbatasan dengan:

A. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah dan Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur.

B. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur dan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

C. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pekalongan dan Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

D. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.

Secara geografis Kota Metro terletak pada kedudukan:

¾ Timur – Barat antara : 105 ° 15” Bujur timur sampai 105° 20” Bujur Timur.

A

A Keadaan Penduduk

Kota Metro sampai dengan tahun 2006 secara administratif terdiri dari 5 Kecamatan dan 22 Kelurahan. Kota Metro dengan luas wilayah sebesar 68,74 Km2 memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.820 Jiwa/Km2 dengan jumlah rumah tangganya 31.518KK. Kecamatan Metro Pusat berpenduduk paling padat yaitu 45.196 jiwa dengan kepadatan penduduk 3.860 Jiwa/Km2, sedangkan jumlah penduduk yang paling rendah berada di Kecamatan Metro Selatan dengan penduduk 11.948 jiwa dan kepadatan penduduk 830 Jiwa/Km2.

Berdasarkan hasil Proyeksi Sensus Penduduk tahun 2000 dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk Kota Metro yaitu 0,85% dan rasio jenis kelamin adalah 101,2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1

Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan Rasio Jenis Kelamin & Golongan Umur di Kota Metro Tahun 2003-2006

Berdasarkan umur N O tahun Jumlah penduduk Laki-laki (%) Perempuan (%) Kepadatan Penduduk (km2) 0-14 th (%) 15-64 th (%) 64+ th (%) 1. 2003 122.417 50,32 49,68 1.752 28,55 67,65 3,80 2. 2004 123.740 50,30 49,70 1.800 26,81 69,16 4,03 3. 2005 125.085 50,29 47,71 1.820 26,39 69,51 4,10 4 2006 126.375 50,38 49,62 1.838 28,55 67,65 3,80

Sumber: BPS Kota Metro dan Subbag Perencanaan & Informasi Kesehatan Dinkes

Berdasarkan Sensus penduduk tahun 2000 jumlah penduduk yang menetap di Kota Metro diperkirakan mencapai 118.448 jiwa. Dan menurut hasil proyeksi penduduk Kota Metro tahun 2006 yaitu 126.375 jiwa dan menurut kelompok umur sebagian besar berada dalam kelompok umur 15-64 tahun sekitar 67,65% yang merupakan kelompok produktif. Kemudian diikuti kelompok umur 0 – 14 Tahun (28,55%) yang artinya berada dalam usia muda, sedangkan kelompok penduduk pada usia tua lebih dari 64 tahun sebanyak 3,80%.

Apabila melihat Rasio Jenis Kelamin, jumlah penduduk laki-laki 63,673 jiwa (50,38%) lebih banyak dari jumlah penduduk wanita yang berjumlah 62.702 jiwa (49,62%).

Piramida Penduduk Kota Metro Tahun 2006

8,000 6,000 4,000 2,000 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75+ Kel o m p ok U m ur Jumlah Penduduk Laki-Laki Perempuan

B

B Keadaan Ekonomi

Perkembangan Ekonomi Kota Metro secara kuantitatif dapat dilihat pada perkembangan PDRB Kota Metro. Produk domestik regional bruto (PDRB) merupakan total keseluruhan dari nilai tambah (value added) yang timbul akibat adanya aktifitas ekonomi suatu daerah. Data PDRB menggambarkan potensi sekaligus kemampuan suatu daerah untuk mengelola sumber daya alam yang dimiliki, dalam suatu proses produksi sehingga besarnya PDRB yang dihasilkan suatu daerah sangat tergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor produksi yang tersedia.

APBD Kota Metro untuk periode tahun 2001-2005 mengalami peningkatan dari Rp.107.812.410.145,- menjadi Rp. 209.514.986.949,- jadi mengalami kenaikan sebesar

Rp.101.702.576.804,-.Untuk tahun 2006 mengalami penurunan menjadi Rp.19.055.634.000, hal ini karena dana DAK dikeluarkan dari APBD kota dan tidak termasuk

gaji sehingga persentase APBD kota untuk kesehatan terhadap APBD kota sebesar 7,25%, seperti terlihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2

Anggaran APBD Kota Metro Tahun 2001 - 2006

No. Tahun Anggaran

APBD Kota Metro ( Rp.)

APBD Kota untuk Kesehatan ( Rp.) % 1. 2001 107.812.410.145.- 2.789.060.772.- 2,59 2. 2002 135.637.233.858.- 4.989.179.596.- 3,68 3. 2003 182.431.074.683.- 11.397.917.231.- 6,25 4. 2004 182.534.000.000,- 23.888.803.493,- 13,09 5. 2005 209.514.986.949,- 24.049.569.388,- 11,48 6. 2006 262.880.709.562,- 19.055.634.000,- 7,25

Sumber: Bagian Keuangan Pemda Kota Metro tahun 2006

Kontribusi sektor kesehatan terhadap PAD sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 terus mengalami peningkatan, yaitu Rp.15.182.660,- untuk tahun 2000 dan pada tahun 2005 menjadi Rp.117.063.550,- atau mengalami kenaikan sebesar Rp.101.880.890,-, sedangkan untuk tahun 2006 mengalami penurunan jika dibanding tahun sebelumnya yaitu

Rp.104.122.750,- (turun sebesar Rp.12.940.800,-) pendapatan sektor kesehatan tersebut berasal dari retribusi pelayanan kesehatan Puskesmas, jasa sarana ASKES dan izin sarana pelayanan kesehatan swasta. PAD Kota Metro dalam kurun waktu 7 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3

Pendapatan Asli Daerah Sektor Kesehatan Kota Metro tahun 2000-2006

No. Tahun Anggaran PAD Kesehatan ( Rp.) 1. 2000 15.182.660- 2. 2001 56.073.635.- 3. 2002 66.189.900.- 4. 2003 85.968.600.- 5. 2004 110.728.250,- 6. 2005 117.063.550,- 7. 2006 104.122.750,-

C

C Keadaan Pendidikan

Penduduk yang melek huruf adalah penduduk berusia 10 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Jumlah penduduk yang melek huruf di Kota Metro sampai dengan tahun 2006 terdapat 128.012 orang (98,04%) dari jumlah seluruh penduduk yang berumur 10 tahun keatas (130.567 orang). Jumlah perempuan yang melek huruf yaitu 64.110 jiwa (50,08%) lebih banyak daripada laki-laki (63.902 jiwa atau sebesar 49,92%) .

Berdasarkan laporan BPS Kota Metro tahun 2006, diketahui persentase penduduk laki-laki dan perempuan berusia 10 tahun atau lebih dirinci menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Penduduk laki-laki yang tidak/belum tamat SD sebanyak 6.893 orang atau sebesar 5,4% dari jumlah penduduk, sedangkan untuk perempuan ada sebanyak 8.331 orang atau sebesar 6,6%. Dengan demikian kualitas sumber daya manusia yang ada masih relatif rendah sehingga hal ini dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan, terutama dalam hal pendidikan kesehatan.

D

D Keadaan Lingkungan

Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator yang merupakan hasil dari upaya sektor kesehatan dan sektor-sektor lain yang sangat berkaitan dengan penyakit berbasis lingkungan kota Metro. Indikator-indikator tersebut adalah: Persentase keluarga memiliki sarana air bersih memenuhi syarat kesehatan, Persentase keluarga memiliki jamban yang memenuhi syarat kesehatan, Persentase Keluarga memiliki tempat sampah, Persentase keluarga memiliki sarana pengelolaan air limbah yang memenuhi syarat kesehatan, Persentase rumah sehat, Persentase rumah/bangunan bebas jentik nyamuk, Persentase tempat-tempat umum sehat & Persentase institusi yang dibina kesehatan lingkungannya.

1. Rumah Sehat

Rumah yang memenuhi syarat kesehatan di Kota Metro tahun 2006 sebesar 64,04%. Rumah yang memenuhi syarat rumah sehat terbanyak ada di Kecamatan Metro Utara yaitu 75,04%, sedangkan yang terendah berada di Kecamatan Metro Selatan yaitu hanya 47,45%.

Rumah/bangunan yang bebas jentik nyamuk sebesar 87,27% dari seluruh bangunan yang diperiksa.

2. Tempat-Tempat Umum Sehat

Jumlah tempat umum dan pengelolaan makanan (TUPM) sehat di Kota Metro tahun 2005 ada 383 buah (81,49%) dari 470 TTU yang diperiksa. Untuk jumlah hotel sehat ada 2 buah (100%) dari 2 hotel yang diperiksa, restoran/rumah makan sehat sebanyak 42 buah (77,78%) dari 54 buah yang diperiksa, pasar sehat berjumlah 4 buah (80,0%) dari 5 buah yang diperiksa, dan TUPM sehat lainnya ada 335 buah (81,91%) dari 409 buah yang diperiksa. Institusi yang di bina kesehatan lingkungannya antara lain: sarana kesehatan (40,3%), sarana pendidikan (79,47%), sarana ibadah (55,33%), dan perkantoran (50%). 3. Cakupan Air Bersih

Dalam pemenuhan air untuk kebutuhan masyarakat, akses air bersih dapat berasal dari PDAM/ledeng, sumur terlindung (SPT/pompa air), Sumur gali (SGL), penampungan air hujan (PAH), air kemasan dan sumber lainnnya yang memenuhi syarat kesehatan.

Cakupan pemakaian air bersih di Kota Metro tahun 2006, berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh seksi penyehatan lingkungan dinas kesehatan yaitu untuk penduduk yang menggunakan air bersih yang berasal dari sumur gali ada sebanyak 29.729 KK (94,32%) dari 31.518 KK yang ada.

4. Cakupan Sanitasi Lainnya

Masyarakat kota Metro yang menggunakan sarana pembuangan tinja sampai dengan tahun 2006 yaitu sebesar 93,1% yang memiliki jamban memenuhi syarat kesehatan. Sedangkan keluarga yang memiliki tempat sampah sebesar 91,99% dan keluarga yang telah memiliki sarana pengelolaan air limbah (SPAL) sebesar 83,23%.

BAB III

P

PRROOGGRRAAMM KKEESSEEHHAATTAANN

K

KOOTTAA MMEETTRROO

A

A V i s i

Pembangunan kesehatan Kota Metro tahun 2005-2009 didasarkan pada hasil aspirasi dan partisipasi pejabat serta pegawai yang terangkum dalam suatu visi, yaitu :

“TERWUJUDNYA KOTA METRO SEHAT 2010”

Makna Visi

Terwujudnya Kota Metro Sehat Tahun 2010, merupakan gambaran masyarakat Kota Metro pada tahun 2010 yang sehat dan ditandai dengan penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal.

B

B M i s i

Dalam upaya menuju visi tersebut, terdapat empat misi yang harus diemban yaitu: 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan

2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat

Penjelasan Misi

Misi Pertama dilandasi dengan pemikiran bahwa sektor kesehatan harus mampu menjadikan kesehatan sebagai ”mainstream” dalam semua gerakan pembangunan. Semua sektor yang melaksanakan pembangunan harus selalu mempertimbangkan dampak positif maupun negatif terhadap kesehatan, dan pembangungan yang dapat berdampak negatif bagi kesehatan seharusnya tidak dilakukan.

Misi Kedua dilandasi pemikiran bahwa sektor kesehatan harus mampu mendorong dan membina masyarakat agar berperilaku hidup sehat dan mampu untuk menjangkau dan memilih sarana pelayanan kesehatan yang bermutu

Misi Ketiga dilandasi pemikiran bahwa sektor kesehatan harus mampu menyelenggarakan sarana pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau sekaligus membina dan mengawasi sarana pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh swasta dan masyarakat.

Misi Keempat dilandasi pemikiran bahwa upaya kesehatan yang dilakukan oleh sektor kesehatan harus lebih mengutamakan upaya preventif dan promotif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

C

C Target Yang Akan Dicapai

Target-target yang akan dicapai dalam pelaksanaan Pembangunan Kesehatan berdasarkan data indikator kinerja SPM Kota Metro tahun 2006 adalah sebagai berikut:

1. Higiene dan sanitasi di TPM dan TTU

ƒ Persentase tempat umum yang memenuhi syarat 55% 2. Penyehatan pemukiman perumahan dan bangunan

ƒ Persentase institusi yang dibina 40%

3. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat

4. Pengembangan sistem JPKM

ƒ Persentase cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan prabayar 50% 5. Pengadaan obat essensial untuk Puskesmas

ƒ Persentase ketersediaan obat sesuai kebutuhan 100%

ƒ Persentase pengadaan obat essensial 100%

ƒ Persentase pengadaan obat generik 100%

6. Pemberantasan penyakit DBD

ƒ Persentase penderita DBD yang ditangani 80%

7. Pemberantasan penyakit tuberkulosis

ƒ Persentase kesembuhan penderita TB Paru BTA+ >85%

8. Pemberantasan penyakit ISPA

ƒ Persentase cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani 90% 9. Pemberantasan penyakit diare

ƒ Persentase balita dengan diare yang ditangani 90%

10. Pemberantasan penyakit kelamin, HIV/AIDS

ƒ Persentase klien yang mendapatkan penanganan HIV-AIDS 80%

ƒ Persentase infeksi menular seksual yang diobati 100%

11. Imunisasi

ƒ Persentase cakupan desa/kelurahan UCI 100%

12. Pengembangan surveilans epidemiologi

ƒ Persentase kelurahan mengalami KLB yang ditangani < 24 jam 75%

ƒ Persentase kecamatan bebas rawan gizi 90%

13. Upaya kesehatan ibu

ƒ Persentase cakupan kunjungan ibu hamil K4 90%

ƒ Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga 85% kesehatan

ƒ Persentase ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk 95%

ƒ Persentase cakupan kunjungan neonatus 85%

14. Upaya kesehatan anak dan remaja

ƒ Persentase cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak 80%

balita dan pra sekolah

ƒ Persentase cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD 70%

dan setingkat oleh tenaga kesehatan/tenaga terlatih

ƒ Persentase cakupan pelayanan kesehatan remaja 70%

15. Pencegahan dan penanggulangan masalah gizi

ƒ Persentase cakupan balita mendapat kapsul vit A 85%

ƒ Persentase cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe 85% Persentase cakupan pemberian makanan pendamping ASI

pada bayi BGM dari keluarga miskin 80%

ƒ Persentase balita gizi buruk mendapat perawatan 80%

D

D Kegiatan yang Telah Dilaksanakan

Guna mencapai target-target tersebut diatas, dalam tahun 2006 telah dilaksanakan berbagai kegiatan. Adapun kegiatan untuk setiap program adalah sebagai berikut:

1. Program lingkungan sehat

ƒ Penyehatan TTU da TPM

ƒ Penyehatan air dan lingkungan pemukiman

2. Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan

ƒ Penyusunan DHA, profil kesehatan dan pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Kota Metro

3. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

ƒ Penyuluhan kesehatan masyarakat

ƒ Sosialisasi JPKM tk. Kelurahan, sosialisasi dan lokmin JPK-AS, review JPK

ƒ Penyuluhan kesehatan lansia

ƒ Pemberian insentif kader posyandu

ƒ Lomba penyuluhan kesehatan bagi kader posyandu, promosi kesehatan melalui media wayang

ƒ Analisis dan pemetaan perkembangan, refresing kader, pemberdayaan program K3 dan evaluasi program

ƒ Operasional posyandu

ƒ Survey, sosialisasi dan pemberian stimulan PHBS di 4 tatanan dan kelurahan percontohan

ƒ Lomba cerdas cermat dokcil tk. Kecamatan dan kota, bakti sosial SBH, pertemuan guru UKS dan stimulan UKS

ƒ Pengadaan saranan prasarana promosi dan pesan kesehatan

ƒ Penilaian dan pembinaan kelurahan sehat dan bantuan lomba kelurahan sehat

ƒ Unit Safe Guarding

ƒ Workshop JPK ke Kabupaten Jembrana

ƒ Sosialisasi dan seminar Kota Sehat

ƒ Pengadaan sarana prasarana kesehatan menuju Metro sehat 2010 4. Program sumber daya kesehatan

ƒ Peremuan pelayanan kesehatan dasar

ƒ Penilaian puskesmas berprestasi

ƒ Pembangunan rumah dinas dokter, dokter gigi dan paramedis, Rehab/penambahan ruang puskesmas, pengadaan alat kesehatan, pengadaan mobil ambulance puskesmas rawat inap, dan motor operasional puskesmas

5. Program obat dan perbekalan kesehatan

ƒ Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan

ƒ Pertemuan cara distribusi obat yang baik bagi apotik & toko obat dan perencanaan obat puskesmas

6. Program upaya kesehatan masyarakat

ƒ Upaya peningkatan kesehatan ibu, anak, remaja dan usila 7. Program perbaikan gizi masyarakat

ƒ Peningkatan gizi dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

8. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit

ƒ P2 TB Paru

ƒ P2 ISPA, P2 DBD dan imunisasi

BAB IV

S

SIITTUUAASSII DDEERRAAJJAATT KKEESSEEHHAATTAANN

K

KOOTTAA MMEETTRROO

Gambaran mengenai derajat kesehatan mencakup indikator umur harapan hidup waktu lahir (UHH), mortalitas berisi indikator-indikator angka kematian ibu & angka kematian bayi, morbiditas berisi indikator-indikator mengenai penyakit infeksi, penyakit non infeksi dan penyakit potensial. Sedangkan status gizi dilihat dari indikator balita dengan gizi buruk.

Estimasi umur harapan hidup waktu lahir untuk penduduk Indonesia berdasarkan Suppas 1995 adalah 63,48 pada tahun 1995, dan meningkat menjadi 67,97 pada tahun 2000 menurut hasil sensus penduduk tahun 2000. Sedangkan untuk umur harapan hidup (UHH) Kota Metro yaitu 70,5 tahun 2001) dan untuk provinsi Lampung 68,2 tahun (BPS-2001). Dengan demikian UHH untuk kota Metro telah melampaui estimasi untuk UHH provinsi Lampung (2,3) dan Indonesia (2,53).

A

A Mortalitas

1.

Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi (AKB) dapat digunakan untuk mengukur perubahan ketersediaan, tingkat pemanfaatan fasilitas kesehatan, kualitas pelayanan kesehatan, kualitas lingkungan, serta status sosial ekonomi masyarakat. Berdasarkan laporan dari Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Metro, pada tahun 2006 terdapat kematian bayi sebanyak 26 orang dari 2.768 kelahiran hidup (diperkirakan 9,39 per 1000 kelahiran hidup), tahun 2005 terdapat kematian bayi sebanyak 34 orang dari 2.762 kelahiran hidup (diperkirakan 12,31per 1000 kelahiran hidup), tahun 2004 terdapat kematian bayi sebanyak 37 orang dari 2.914 kelahiran hidup (diperkirakan 12,70 per 1000 kelahiran hidup) tahun 2003 terdapat kematian bayi sebanyak 19 orang dari 2.726 kelahiran hidup (diperkirakan 6,97 per 1000 kelahiran hidup), seperti tampak pada gambar 1 berikut:

Gambar 1

Kasus Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup di Kota Metro tahun 2003-2006

6.97 9.39 12.31 12.7 0 2 4 6 8 10 12 14 2003 2004 2005 2006 TAHUN A K B /10 00 K H

Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Metro

Sedangkan penyebab Kematian bayi selama periode 2003-2006 seperti tampak pada gambar 2 berikut:

Gambar 2

Proporsi Kematian Bayi berdasarkan di Kota Metro tahun 2003-2006

0 5 10 15 20 25 TAHUN P E NY E BAB KE M A T IA BBLR 5 13 21 16 Asfik s ia 6 10 7 9 Pne um onia 2 5 3 0 Lain-lain 6 9 3 1 2003 2004 2005 2006

Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Metro

Pada tahun 2006 juga masih ditemukan sebanyak 20 bayi lahir mati, dari 20 bayi lahir mati tersebut sebanyak 9 kematian bayi disebabkan oleh IUFD (Intra Uterine Foetal Death). Tahun 2005 ada sebanyak 7 bayi lahir mati yang disebabkan oleh IUFD dan tahun 2004 sebanyak 28 bayi.

2.

Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak yang berumur < 5 tahun per 1000 kelahiran hidup, juga memberi gambaran mengenai status ekonomi dan kualitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan laporan dari Puskesmas pada tahun 2005, di Kota Metro terdapat kematian anak balita sebanyak 1 orang dari 2.762 kelahiran hidup (diperkirakan 0,36 per 1000 kelahiran hidup). Sedangkan untuk tahun 2006 terdapat kematian balita sebanyak 2 orang dari 2.768 kelahiran hidup (diperkirakan 0,72 per 1000 kelahiran hidup). Kematian terjadi di kecamatan Metro Pusat yang disebabkan oleh meningitis dan KEP disertai penyakit TB Paru.

3.

Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI)

Kematian Ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Angka kematian ibu melahirkan dapat digunakan untuk menunjukkan rendahnya keadaan sosial ekonomi dan PHBS, serta kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk Kota Metro jumlah kelahiran hidup masih belum mencapai 100.000 sehingga belum bisa diperkirakan angka kematian ibu (AKI). Sedangkan untuk jumlah kasus kematian ibu melahirkan, pada tahun 2001 terdapat kematian ibu sebanyak 4 orang per 2.611 kelahiran hidup, tahun 2002 ada 3 orang per 3.212 kelahiran hidup, tahun 2003 ada sebanyak 2 orang per 2.726 kelahiran hidup, tahun 2004 ada sebanyak 1 orang per 2.914 kelahiran hidup, untuk tahun 2005 ada sebanyak 2 orang per 2.801 kelahiran hidup dan untuk tahun 2006 ada sebanyak 8 orang per 2.768 kelahiran hidup, seperti terlihat pada gambar 3 berikut:

Gambar 3

Kasus kematian ibu melahirkan di Kota Metro tahun 2001-2006

4 3 2 1 2 8 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2001 2002 2003 2004 2005 2006 TAHUN KA S U S KE M AT IA N I B U

Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan penurunan kasus kematian ibu melahirkan di kota Metro untuk rentang waktu 4 tahun (2001-2004) dan tahun 2005 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sedangkan untuk tahun 2006 mengalami peningkatan tajam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dari 8 kasus kematian ibu melahirkan tahun 2006, 5 kasus berada diwilayah Metro Pusat dan 3 kasus berada di wilayah Metro Timur, penyebab kematian pada tabel berikut:

Tabel 4

Penyebab Kematian Ibu Melahirkan di Kota Metro tahun 2006

KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH

KASUS PENYEBAB KEMATIAN

Metro 2 1. G6P0A5, dengan IUFD, perdarahan post

partum karena atonia uteri

2. G1P0A0, kehamilan dengan hepatitis, persalinan dengan perdarahan

Metro Pusat

Yosomulyo 3 3. G1P0A0, hamil aterm, perdarahan post

partum, golongan darah rhesus (-)

4. G0P2A0, hamil aterm dengan Pre eklamsia berat, persalinan dengan perdarahan post partum

5. G2P1A0, hamil 8 minggu dengan kehamilan ektopik terganggu (KET)

Metro Timur Iringmulyo 3 6. G1P0A0, hamil aterm post sectio saesaria 7 jam, dengan anafilaktik syok

7. G1P0A0, gemeli, partus spontan, infeksi nifas (terlambat mengenali masalah)

8. G2P1A0, hamil 34 minggu, plasenta previa sub totalis, terlambat dirujuk ke fasilitas kesehatan

B

B Morbiditas

Angka kesakitan penduduk pada suatu wilayah dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya pola penyakit dan penyakit potensial yang berkembang, baik penyakit menular maupun tidak menular. Pola penyakit yang ada di wilayah Kota Metro pada tahun 2000-2006, penyakit infeksi akut lainnya pada saluran pernafasan bagian atas tetap menduduki peringkat pertama pada pola penyakit rawat jalan di puskesmas.

Meningkatnya umur harapan hidup dan perubahan struktur umur penduduk ke arah usia tua menyebabkan terjadinya transisi epidemiologis, yang ditandai dengan masih tingginya penyakit infeksi dan meningkatnya penyakit non infeksi.

Gambaran sepuluh besar penyakit pada pasien rawat jalan di puskesmas pada tahun 2006 adalah sebagai berikut: Penyakit infeksi akut lain pada Saluran Pernafasan Bagian Atas menempati urutan pertama yaitu sebesar 40,32%. Selanjutnya penyakit tekanan darah tinggi (6,10%), penyakit kulit alergi (5,53%), penyakit kulit infeksi (5,05%), penyakit diare (4,92%), dan penyakit lainnya pada saluran pernafasan bagian atas (3,38%), seperti tampak pada tabel berikut:

Tabel 6

Sepuluh Penyakit Terbanyak pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Kota Metro Tahun 2006

No jenis penyakit % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Penyakit infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas Penyakit tekanan darah tinggi

Penyakit kulit alergi Penyakit kulit infeksi

Diare (termasuk tersangka kolera)

Penyakit lainnya pada saluran pernapasan bagian atas Gingivitis & penyakit periodental

Penyakit pulpa & jaringan periapikal

Gangguan gigi & jaringan penyangga lainnya Penyakit & kelainan syaraf lainnya

40,32 6,10 5,53 5,05 4,92 3,38 2,92 2,76 2,68 2,17 Sumber: Subbag Perencanaan, Laporan LB1 tahun 2006

Penyakit-penyakit potensial tahun 2006 dapat diketahui sebagai berikut: 1. Penyakit Pneumonia

Berdasarkan laporan Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit selama periode waktu 2002 – 2006 temuan kasus Pneumonia (umumnya pada anak balita 1-4 tahun) yaitu; pada tahun 2002 terdapat 188 kasus (1,65%) menjadi 152 kasus (1,32%) pada tahun 2003 dan menurun menjadi 70 kasus (0,63%) pada tahun 2004 kemudian meningkat kembali menjadi 134 kasus (0,91%) pada tahun 2005 dan 154 kasus (1,04%) pada tahun 2006.

Gambar 4

Angka Kesakitan Pneumonia di Kota Metro tahun 2002-2006

1.65 1.32 1.04 0.91 0.63 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2002 2003 2004 2005 2006 TAHUN ANG KA KE S AKI T AN ( %

Sumber: Seksi Pencegahan & Pemberantasan Penyakit

2. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Perkembangan DBD di Kota Metro selama periode waktu 2000 – 2005 menunjukkan jumlah kasus DBD cenderung berfluktuasi, mulai 7 kasus (2000), 2 kasus (2001), 4 kasus (2002), meningkat menjadi 11 kasus dengan kematian 1 orang (2003), kemudian mengalami peningkatan tajam menjadi 95 kasus (2004) dengan kematian 1 orang, tetapi menurun kembali menjadi 37 kasus (2005) dan mengalami peningkatan kembali menjadi 121 kasus dengan kematian 1 orang (2006), seperti tampak pada gambar 5 berikut:

Gambar 5

Jumlah kasus DBD di Kota Metro tahun 2000-2006

37

121

2 4 11

95

7

0 20 40 60 80 100 120 140 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 TAHUN J U ML AH KAS US DB D

Sumber: Seksi Pencegahan & Pemberantasan Penyakit

Angka kesakitan untuk tahun 2006 diperkirakan 96 per 100.000 penduduk. Dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,83%, angka tersebut masih dibawah target nasional yaitu <2,5% pertahun. Kasus tersebut tersebar di 16 kelurahan dari 5 kecamatan yang ada di kota Metro, dengan jumlah kasus terbanyak berada di kecamatan Metro Pusat (62 kasus) dan kasus terendah barada di Kecamatan Metro Utara (4 kasus).

3. Penyakit TB. Paru

Tahun 2006 dari data yang tercatat di Dinas Kesehatan, kasus TB Paru dengan BTA+ ada sebanyak 113 kasus (89,42 per 100.000 penduduk), tahun 2005 ada sebanyak 105 kasus (83,94 per 100.000 penduduk), tahun 2004 ada 38 kasus (30,71 per 100.000 penduduk), tahun 2003 ada 28 kasus (22,87 per 100.000 penduduk), sedangkan untuk tahun 2002 sebanyak 23 kasus (15 per 100.000 penduduk).

Gambar 6

Angka kesakitan TB Paru BTA+ (per 1000 penduduk) di Kota Metro Tahun 2002-2006

30.71 82.85 15 22.87 97.37 0 20 40 60 80 100 120 2002 2003 2004 2005 2006 TAHUN ANGK A KE SAKI T A N

Sumber: Seksi Pencegahan & Pemberantasan Penyakit

Angka kesembuhan penyakit TB Paru dengan BTA+ (cure rate) tahun 2006 sebesar 82,85%, tahun 2005 sebesar 97,37%, tahun 2004 sebesar 74,1%, tahun 2003 sebesar 73,9%, sedangkan untuk tahun 2002 sebesar 75%.

4. Penyakit Diare

Pada tahun 2006 dari 4.945 jumlah seluruh kasus diare yang terjadi di Kota Metro ada sebanyak 1.574 kasus diare yang terjadi pada balita (131,75 per 1.000 balita), tahun 2005 (107 per 1.000 balita), tahun 2004 (131,5 per 1000 balita), tahun 2003 (70,2 per 1000 balita), seperti terlihat pada gambar 7 berikut:

Gambar 7

Angka Kesakitan Diare Balita (per 1000 balita) di Kota Metro Tahun 2003-2006

70.2 131.5 131.75 107 0 20 40 60 80 100 120 140 2003 2004 2005 2006 TAHUN IR DI AR E

5. Penyakit Acute Flaccid Paralysis (AFP)

Pada tahun 2006 ditemukan 2 kasus AFP di Kecamatan Metro Pusat dan Kecamatan Metro Timur, tahun 2005 ada 1 kasus, tahun 2004 tidak ada penemuan kasus, untuk tahun 2003 ada 1 kasus atau diperkirakan 2,86 per 100.000 anak (<15 tahun), sedangkan tahun 2002 tidak ada temuan kasus. Target nasional penemuan penderita Acute Flaccid Paralysis (AFP) <2 per 100.000 anak.

6. Penyakit Campak

Kasus campak di Kota Metro mengalami peningkatan selama periode tahun 2002-2005 yaitu: 7 kasus atau 1,23 per 1000 balita (2002), 17 kasus atau 1,47 per 1000 balita (2003), 135 kasus atau 12,05 per 1000 balita (2004), dan 192 kasus campak atau 13,05 per 1000 balita (2005), tetapi pada tahun 2006 mengalami penurunan tajam menjadi 68 kasus atau 4,57 per 1000 balita, seperti terlihat pada gambar 8 berikut:

Gambar 8

Angka kesakitan Campak di Kota Metro Tahun 2002-2006

Dokumen terkait