• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Modal sosial yang ada, baik di kalangan masyarakat rural maupun urban masih dalam tahap bonding (sebagai pengikat saja), belum sebagai jembatan (bridging) yang menghubungkan seluruh potensi warga. Hal ini ditandai oleh: (a) kelompok-kelompok yang terbentuk mayoritas berdasarkan persamaan baik karena kekerabatan, persamaan etnik, persamaan agama, persamaan strata ekonomi, dsb, [misalnya kelompok pengajian (persamaan agama), kelompok arisan (persamaan tempat tinggal) dan kelompok tani (persamaan pekerjaan)], serta memiliki ikatan yang kuat, disebabkan pertemuan diantara anggotanya yang cukup intens; (b) kerjasama yang dilaksanakan terbatas pada komunitas yang sama; serta (c) pendanaan dalam kelompok tersebut pada umumnya swadaya dari iuran anggota.

2. Kapasitas modal sosial yang tersedia belum secara optimal dimanfaatkan untuk penanggulangan kemiskinan karena kelompok-kelompok yang tersedia memiliki keterbatasan akses untuk memberdayakan anggotanya. Selain itu, untuk perluasan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan aktualisasi diri, pada umumnya masyarakat mendapatkan informasi dari keluarga, teman, dan tetangga, sedangkan untuk minta bantuan, pada umumnya mencari bantuan dari kelompok masyarakat yang strata ekonominya setara.

3. Desain pemanfaatan modal sosial untuk penanggulangan kemiskinan di Jawa Barat dapat dirumuskan melalui 3 (tiga) model, yakni: (a) model rural-pertanian; (b) model rural-pesisir; dan (c) model urban-industri. Ketiga model ini disusun berdasarkan karakteristik modal sosial, kondisi eksisting pemanfaatan modal sosial dalam penanggulangan kemiskinan, serta desain intervensi kebijakan dan/atau program yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan modal sosial dalam penanggulangan kemiskinan di daerah-daerah dengan karakteristik tersebut.

84 5.2 Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian, sejumlah rekomendasi untuk mengoptimalkan modal sosial dalam penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut:

1. Intervensi kebijakan untuk mengoptimalkan modal sosial dapat dilakukan pada level mikro, melalui pemberdayaan keluarga, tetangga, kelompok pengajian, dan sebagainya.

2. Pada umumnya komunitas dari strata ekonomi yang lebih mapan, kesulitan

menyalurkan barang-barang bekas layak pakai. Selama ini, biasanya, mereka langsung memberikan pada komunitas yang dianggap lebih tidak mampu. Kegiatan ini, selain tidak terorganisir dengan baik, juga tidak mengandung makna pemberdayaan, selain hanya faktor menyumbang semata. Maka, yang dapat dilakukan misalnya barang- barang bekas layak pakai dikumpulkan, disortir dan dijual dengan harga murah. Hasil penjualan dijadikan dana bergulir, untuk micro-credit atau kegiatan social safety net

lainnya. Pengelolaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dilakukan secara mandiri oleh masyarakat yang bersangkutan dari strata sosial-ekonomi yang berbeda.

3. Titik berat peningkatan kapasitas dapat difokuskan pada tokoh agama, tokoh pendidikan, dan tokoh kesehatan yang selama ini masih dipercaya oleh masyarakat. Keberadaan tokoh-tokoh ini dapat digunakan sebagai pendorong perubahan dalam modal sosial, dalam upaya mengubah relasi sosial yang kaku (transaksional) menjadi lebih luwes dan membangun jejaring kerja yang lebih luas serta kegiatan partisipasi yang lebih otonom.

85 Daftar Pustaka

Arief, Syaiful. 2000. Menolak Pembangunanisme, Pustaka Pelajar, Cetakan Pertama. Aldridge, Stephen. 2001. Social Mobility-a discussion paper, Performance and Innovation

Unit.

Aldridge, Stephen & David Halpern. 2002. Social Capital: A Discussion Paper. Download dari http://www.bepress.com/cgi?article.

Bhatta, Gambhir. 1996. Capacity Building at the Local Level for Effective Governance : Empowerment without Capacity Meaningless. Makalah. Manila.

Bourdieu, Pierre. “The Forms of Capital” dalam John G. Richardson. 1986. Handbook of Theory and Research for the Sociology of Education. New York : Greenwood Press.

Coleman, James. 1990. Foundation of Social Theory. Cambridge : Harvard University Press.

Faisal, Sanapiah. 1995. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta : Rajawali Pers.

Grootaert, Christiaan, Deepa Narayan, Veronica Nyhan Jones, dan Michael Woolcock. 2004. Measuring Social Capital: An Integrated Questionnaire. Washington, D.C. : The World Bank.

Hasbullah, Jousairi. 2006. Social Capital (Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia). Jakarta: MR-United Press.

Horton dan Hunt. 1991. Pengantar Sosiologi. Jakarta:Erlangga.

Kahne, J. dan K Bailey. 1999. The Role of Social Capital in Youth Development: The Case of the “I Have a Dream” Program on Student Performance. Educational Evaluation and Policy Analysis.

Kerkvliet, Tria. 1990. Everyday Politics in the Philippines. Oxford University of California Press.

Koentjaraningrat. 1985. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:Aksara Baru.

Mishra, Satish Chandra. 2000. The Economic and Politics of Good Governance : Notes Towards an Anatomy. Jakarta : Bappenas.

Munir, Badrul. 2002. Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Perspektif Otonomi Daerah. Bappeda Propinsi NTB dan GTZ Jerman.

Narayan, Deepa dan Michael F. Cassidy. 2001. “A Dimensional Approach to Measuring Social Capital: Development and Validation of a Social Capital Inventory”. Dalam

Current Sociology, Vol 49 (2), Maret.

Nugroho, Iwan dan Rokhmin Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah: Perspektif Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan. Jakarta: LP3ES.

Pratikno, dkk. 2001. “Penyusunan Konsep Perumusan Pengembangan Kebijakan Pelestarian Nilai-nilai Kemasyarakatan (Social Capital) untuk Integrasi Sosial”.

Laporan Akhir Penelitian. FISIPOL UGM bekerja sama dengan Kantor Eks Menteri Negara Masalah-masalah Kemasyarakatan.

Putnam, Robert “Tuning In, Tuning Out : The Strange Disappearance of Social Capital in America”. Political Studies Vol. 4 No. 28.

_____. 1993. The Prosperous Community-Social Capital and Public Life, American Prospect.

_____. 2000. Bowling Alone:The Collapse and revival of American Community,Journal of Polical Science and Politics.

86 Riyadi dan Deddy Supriady Bratakusumah. 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah :

Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Sahdan, Gregorius. 2005. “Menanggulangi Kemiskinan Desa”. Dalam Jurnal Ekonomi Rakyat, Maret.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Sumodiningrat, Gunawan. 1996. Pembangunan Daerah Dan Pemberdayaan Masyarakat.

Jakarta : Bina Rena Pariwara.

Trijono, Lambang. 2001. “Strategi Pemberdayaan Komunitas Lokal : Menuju Kemandirian Daerah”. Dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM Vol 5 No 2 Nopember 2001.

Woolcock, Michael. 2002. Social Scientist, Development and Research, Social Capital Participant in the Seminar held by the performance and Innovation Unit.

World Bank. Social Capital Assessment Tool (SOCAT). Download dari http://go.worldbank.org/KO0QFVW770

1 KUESIONER

“PEMETAAN DAN PEMANFAATAN MODAL SOSIAL