• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian dengan pengujian melalui lima model surplus produksi, model

Clarke Yoshimoto Pooley yang paling sesuai untuk sumberdaya rajungan di Teluk Banten dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9826. Hasil tangkapan maksimum lestari pada model CYP sebesar 38.036,41 kg dan upaya optimum sebesar 70.867 trip. Berdasarkan analisis bioekonomi menggunakan rezim pengelolaan MEY, MSY, serta Open Access maka dapat dikatakan bahwa sumberdaya rajungan di Teluk Banten belum mengalami biologic overfishing

maupun economic overfishing. Hal tersebut dilihat dari nilai hasil tangkapan aktual sebesar 14.539 kg/tahun dengan upaya 1.400 trip/tahun menghasilkan rente ekonomi sebesar Rp 416.961.017,00 sehingga kondisi ini tidak melebihi dari nilai hasil tangkapan pada rezim pengelolaan MSY sebesar 38.036,41 kg/tahun dan upaya pada rezim pengelolaan MEY sebesar 33.535 trip/tahun yang menghasilkan rente ekonomi sebesar Rp 988.018.525,00. Upaya pengelolaan untuk sumberdaya rajungan (Portunus pelagicus) di Teluk Banten yaitu dengan cara menerapkan TAC (Total Allowable Catch) yang bernilai 80% dari hasil tangkapan maksimum lestari berdasarkan model CYP atau rezim MSY yaitu sebesar 30.429,13 kg/tahun. Selain itu, upaya pengelolaan lain berupa pengaturan effort (alat tangkap) pada ukuran mata jaring berdasarkan umur rajungan dan lebar karapas. Pengaturan effort ini diharapkan dapat mencapai keuntungan maksimum berdasarkan rezim pengelolaan MEY.

5.2. Saran

Model surplus produksi dan analisis bioeknomi perlu dievaluasi setiap tahun, karena kondisi sumberdaya rajungan (Portunus pelagicus) di Teluk Banten serta kondisi perairannya tidak dapat ditentukan secara pasti. Selain itu, perlu adanya analisis mengenai aspek reproduksi di penelitian selanjutnya agar dapat mengaplikasikan pola musim penangkapan rajungan.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Jaya I, dan Sondita MF. 2006. Model Bioekonomi Perairan Pantai (In-Shore) dan Lepas Pantai (Off-Shore) untuk Pengelolaan Perikanan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Selat Makassar. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 13(1): 33-43.

Anderson LG dan Seijo JC. 2010. Bioeconomics of Fisheries Management. A John Willey & Sons,Ltd,Publication. USA. 11-21 hlm.

Aminah S. 2010. Model Pengelolaan dan Investasi Optimal Sumberdaya Rajungan dengan Jaring Rajungan di Teluk Banten. [Skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 144 hlm.

Beattie A, Sumaila UR, Christensen V, dan Pauly D. 2002. A model for the bioeconomic evaluation of marine protected area size and placement in the North Sea. Journal of Natural Resource Modeling15(4): 413-437.

Coppola G, Pascoe S. 1998. A Surplus production model with a nonlinear catch- effort relationship. Journal of Marine Resource Economics13: 37-50.

Diskibiony D. 2012. Studi Pertumbuhan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Teluk Banten, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 59 hlm.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Statistik Perikanan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu 2010. Dirjen Perikanan Tangkap PPN Karangantu. Serang.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Renstra 2011-2014, BKIPM dan Keamanan Hasil Perikanan. Jakarta.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu 2007-2012. Dirjen Perikanan Tangkap PPN Karangantu. Serang.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Statistik Perikanan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu 2011. Dirjen Perikanan Tangkap PPN Karangantu. Serang.

Fauzi A dan Anna S. 2005. Pemodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Firman. 2008. Model Bioekonomi Pengelolaan Sumberdaya Rajungan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan. [Tesis]. Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 95 hlm.

Hermanto DT. 2004. Studi Pertumbuhan dan Beberapa Aspek Reproduksi Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Mayangan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 78 hlm.

Kangas MI. 2000. Synopsis of the biology and exploitation of the blue swimmer crab, Portunus pelagicus Linnaeus, in Western Australia. Journal of Fisheries Research in Western Australia.121: 1-22.

Masters JHC. 2007. The Use of Surplus Production Models and Length Frequency Data in Stock Assessment: Explorations using Greenland Halibut Observations. [Report]. Marine Research Institute. Iceland.

Nabunome W. 2007. Model Analisis Bioekonomi Dan Pengelolaaan Sumberdaya Ikan Demersal (Studi Empiris Di Kota Tegal), Jawa Tengah. [tesis]. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang. Semarang. 150 hlm.

Nuraini S. 2004. Potret Perikanan di Teluk Banten Tahun 1997-1999 disertai Paparan Peranan Ikan Kerapu Lumpur sebagai Bio-Indikator Kestabilan Perairan Teluk Banten. Balai Riset Perikanan Tangkap. Jakarta. 35 hlm.

Pasisingi N. 2011. Model Produksi Surplus untuk Pengelolaan Sumberdaya Rajungan (Portunus pelagicus) di Teluk Banten, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 106 hlm.

Setriana D. 2011. Analisis Perkiraan Dampak Ekonomi Kebijakan Minimum Legal Size Rajungan (Portunus pelagicus) terhadap Nelayan Desa Gebang Mekar Kabupaten Cirebon. [Skripsi]. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 101 hlm.

Sparre P dan Venema CS. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Suadela P. 2004. Analisis tingkat keramahan lingkungan unit penangkapan jaring rajungan (studi kasus di Teluk Banten) [Skripsi]. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 111 hlm.

Susanto. 2006. Kajian Bioekonomi Sumberdaya Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus L) di Perairan Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Jurnal Agrisistem. 2 (2): 55–67.

Tinungki GM, Boer M, Monintja DR, Widodo J dan Fauzi A. 2004. Model Surshing: Model Hybrid antara Produksi Surplus dan Model Cushing dalam Pendugaan Stok Ikan (Studi Kasus: Perikanan Lemuru di Selat Bali). Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 11(2): 135-138.

Tinungki GM. 2005. Evaluasi Model Produksi Dalam Menduga Hasil Tangkapan Maksimum Lestari untuk Menunjang Kebijakan Pengelolaan Perikanan Lemuru di Selat Bali [Disertasi]. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 215 hlm.

Tiwi DA. 2004. Gambaran Ekosistem Kawasan Teluk Banten 1998-1999. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta. 19 hlm.

Widodo J & Suadi 2008. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 252 Hlm.

Wu CC, Ou CH, Tsai WP, Liu KM. 2010. Estimate of The Maximum Sustainable Yield of Sergestid Shrimp In The Waters Off Southwestern Taiwan. Journal of Marine Science and Technology18: 652-658.

Lampiran 1. Daftar pertanyaan/kuisioner untuk nelayan

Dokumen terkait