• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian analisis yang telah penulis kemukakan di bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan menarik suatu kesimpulan berdasarkan penelitian lapangan yang telah dilakukan dan memberikan saran terkait dengan Implementasi Pengembangan Kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak di Kabupaten Langkat.

6.1. Kesimpulan

Adapun yang menjadi kesimpulan dari penelitian ini, antara lain:

Untuk melihat Implementasi Pengembangan Kebijakan KLA di Kabupaten Langkat dapat dilihat melalui variabel-variabel berikut ini:

1. Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) merupakan keikutsertaan Indonesia dalam komitmen dunia menciptakan Dunia Layak Anak. Kabupaten/Kota layak anak merupakan pengewejentahan dari kesepakatan internasional mengenai perlunya dunia layak bagi anak ( a world fit for children ) yang dilandasi konvensi PBB hak anak tahun 1989. Mengacu pada kesepakan internasional dan sebagai wujud pelaksanaan undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, negara berkomitmen mengupayakan terwujudnya indonesia layak anak melalui pengembangan KLA di semua kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Sejak tahun 2012 hingga sekarang pengembangan kebijakan kabupaten layak anak sedang digalak-

galakkan di kabupaten Langkat, melalui dinas PPKB dan PPA Kabupaten Langkat sebagai leading sector beserta tim gugus tugas KLA yang diberi mandat oleh Bupati Langkat melalui surat keputusannya. Hal yang menjadi dasar dilaksanakaannya kebijakan KLA di Kabupaten Langkat selain adanya peraturan menteri no 13 tahun 2011. kemudian dilakukan pembinaan dalam bentuk seminar KLA yang dihadiri oleh para petinggi SKPD se Kab.Langkat, penguatan tim fasilitator KLA Kab.Langkat , sekaligus juga ada kegiatan pembinaan ditingkat desa/kelurahan layak anak dari tahun 2012 sampai sekarang.

2. Berkaitan dengan pemenuhan hak-hak anak di kabupaten Langkat masih ditemukan beberapa kelemahan-kelemahan yang berkaitan dengan pemahaman Sumberdaya manusia tersebut terhadap KLA Masih ditemukannnya pimpinan wilayah kelurahan maupun desa yang pemahamannya masih minim terkait KLA sehingga kebijakan ini kuat di kabupaten, namun menjadi lemah ketika diimplementasikan di tingkat kelurahan dan desa. Ditambah lagi sering sekali terjadi perpindahan dan pemutasian yang terjadi di lingkungan kepegawaian suatu instansi, sehingga itu menjadi persoalan bagi tim gugus tugas KLA Kabupaten Langkat , dari hal tersebut menjadi dasar sulitnya terkadang komunikasi dan koordinasi dalam pemenuhan hak-hak anak. Ketidakmerataan pemahaman terkait KLA yang terjadi di tatanan SKPD dan pimpinan wilayah administratif kelurahan dan desa tentu akan

menjadi penghambat dari penerapan kebijakan KLA di Kabupaten Langkat. Dinas PPKB dan PPA yang merupakan leading sector KLA sedang mengupayakan agar seluruh SKPD dan pimpinan wilayah dari tingkat kecamatan hingga desa dapat memahami dan menerapkan kebijakan KLA di masing-masing institusi dengan advokasi dan pembinaan yang dilakukan. Berkaitan dengan penganggaran kebijakan KLA di Kabupaten Langkat berasal dari APBD Kabupaten Langkat. Dana CSR dari perusahan-perusahaan di Kabupaten Langkat belum bisa diarahkan untuk membantu program-program yang berkaitan dengan anak. Anggaran Kebijakan Kabupaten Layak anak hanya 300 juta itupun sudah di distribusikan ke setengahnya ke P2TP2A selaku lembaga pembantu pemerintah dalam mengadvokasi dan melindungi anak. Biaya untuk program KLA hanya 57 Juta. Tidaklah mungkin dengan biaya seminim tersebut bisa mengadvokasi 23 kecamatan, 37 kelurahan dan 240 desa di Kabupaten Langkat. Mengenai targertan Kabupaten Langkat menjadi Kabupaten layak anak menurut hasil wawancara diprediksi 5 sampai 10 tahun kedepan dengan catatan bahwa anggaran sudah optimal dan masyarakat dan dunia usaha dapat lebih bersinergis dalam penerapan kebijakan KLA.

3. Berkaitan dengan agen pelaksana atau implementor kebijakan KLA di Kabupaten Langkat sudah dibentuk melalui SK Bupati Kabupaten Langkat mengenai Tim Gugus Tugas KLA. Secara

keseluruhan semua stakeholder dan SKPD sudah tergabung di gugus tugas KLA. Namun pada faktanya dilapangan hanya sebgaian saja yang aktif, itupun SKPD yang berkiatan dengan pelayanan dasar. Terkait hambatan yang dialami oleh tim gugus tugas KLA dalam pelaksanaan KLA di Kabupaten Langkat utamannya adalah belum menyeluruhnya Sumberdaya manusia dari SKPD yang memilik pemahaman terkait KLA, sehingga menyulitkan ketika sumberdaya tersebut dipindahkan ke instansi lain menimbulkan kekosongan walaupun sudah digantikan dengan pegawai yang baru, tetapi tetap saja harus mulai dari nol lagi.

4. Peran musrenbang sendiri juga sangat optimal dalam mensukseskan kebijakan KLA. Pemerintah Kabupaten langkat juga sudah tanggap terkait partisipasi anak dalam pembangunan, dengan mengikut sertakan forum anak dalam musrenbang itu saja sudah menjadi bukti keseriusan pemerintah dalam mensukseskan kebijakan KLA. BAPPEDA Kabupaten Langkat selaku ketua tim gugus tugas Kabupaten Langkat sudah mengintruksikan seluruh SKPD agar membuat kegiatan maupun program yang menyentuh tentang ibu dan anak. Namun peneliti melihat kinerja BAPPEDA belum begitu dominan dalam mengontrol dan mengawal penerapan kebijakan KLA ditiap SKPD. Sehingga terjadi ketidakmerataan program yang berkaitan dengan KLA.

5. Koordinasi tim gugus tugas KLA Kabupaten Langkat saat ini cukup baik dan bentuk koordinasi yang dilakukan juga dengan

beberapa cara seperti agenda pertemuan rapat dan melalui komunikas via handphone seluler. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya jika terjadi masalah terkait perlindungan dan kesejahteraan anak maupun perempuan mereka bisa langsung berkoordinasi dan mengambil langkah yang tepat dan responsif. Rapat yang dilakukanpun dengan rasio 3 bulan sekali, agenda rapat yang dilakukan bertempat di kantor Dinas PPKB dan PPA dan juga bisa dilakukan di BAPPEDA Kabupaten angkat.

6. Berkaitan dengan kondisi sosial masyarakat masih ditemukan masyarakat yang belum mengetahui informasi mengenai kebijakan Kabupaten Layak Anak. Walaupun terkadang kebijakan yang mereka lakukan sudah layak anak. Contohnya pada saat tim verifikasi kelurahan desa layak anak mengunjungi salah satu desa di kecamatan Bahorok mereka tidak sama sekali memahami konsep desa layak anak, namum program yang mereka laksanakan . Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI mengintruksikan agar perusahan-perusahaan tersebut bersatu dan membentuk Asosiasi perusahaan peduli anak dan dapat berpartisipasi dalam mensukseskan program yang berkaitan dengan anak. Namun sampai saat ini intruksi tersebut belum bisa terlaksanan, dikarena Pemerintah sendiri belum optimal dalam berkoordinasi ke pihak perusahaan atau dunia usaha yang ada di Kabupaten Langkat. Sudah seharusnya kekuatan dunia usaha ini dimanfaatkan untuk kepentingan anak. Kebijakan KLA juga tidak

akan terlaksana dengan baik tanpa adanya campur tangan dari kelompok elit politik. Adanya peran elit politik memberikan kemudahan dalam menerapkan kebijakan KLA, karena terkait pembuatan peraturan dan penganggaran. Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya dikatakan bahwa jumlah anggota DPRD Kabupaten Langkat berjumlah 50 orang, kemudian yang berkomitmen membela kepentingan anak hanya 2 orang.

6.2. Saran

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti terkait dengan Implementasi Pengembangan Kebijakan Kabupaten / Kota Layak Anak adalah :

1. Perlunya dilakukan advokasi dan sosialisasi lebih giat lagi kepada masyarakat, birokrat, dan dunia usaha agar kiranya dapat memahami konteks dari kebijakan kabupaten layak anak.

2. Desa dan kelurahan harus menjadi fokus penerapan kebijakan KLA

3. Bupati selaku pimpinan tertinggi di wilayah administratif kabupaten harus selalu mengintruksikan jajaran SKPD nya agar menerapkan KLA di masing- masing instansinya.

4. Kabupaten Langkat harus segera memiliki data anak yang terpilah sesuai dengan kondisi anak di Kabupaten Langkat, data tersebut juga harus digunakan sebagai pedoman dalam membuat program yang berkaitan dengan perlindungan dan kesejahteraan anak di Kabupaten Langkat

5. Keseluruhan dari tim gugus tugas KLA harus melakukan koordinasi dan komunikasi sesuai yang waktu yang telah ditentukan.

6. Seluruh anggota DPRD Kabupaten Langkat harus turut andil dalam mensukseskan kebijakan KLA

7. Harus ada peningkatan anggaran untuk kebijakan KLA, mengingat jarak antara wilayah di Kabupaten Langkat sangat jauh.

8. Pemerintah Kabupaten Langkat harus segera membentuk asosiasi perusahaan peduli anak di Kabupaten Langkat, guna mengakomodir dana CSR yang bisa diarahkan untuk kesejahteraan anak di Kabupaten Langkat

Dokumen terkait