Berisi kesimpulan dari hasil analisis dan saran berdasarkan kajian yang
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Pondasi ialah bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban
yang ditopang oleh pondasi dan beratnya-sendiri kepada dan kedalam tanah dan
batuan yang terletak di bawahnya.
Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya
orthogonal ke sumbu tiang dengan cara menyerap lenturan. Pondasi tiang di buat
menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang yang
terdapat di bawah konstruksi, dengan tumpuan pondasi (Nakazawa, 2005).
Pondasi tiang digunakan untuk mendukung bangunan bila lapisan tanah
kuat terletak sangat dalam. Pondasi jenis ini dapat juga digunakan untuk
mendukung bangunan yang menahan gaya angkat ke atas, terutama pada
bangunan-bangunan tingkat yang dipengaruhi oleh gaya-gaya penggulingan
akibat beban angin. Tiang-tiang juda digunmakan untuk mendukung bangunan
dermaga. Pada bangunan ini, tiang-tiang dipengaruhi oleh gaya-gaya benturan
kapal dan gelombang air (Hardiyatmo, 2011).
Pondasi tiang digunakan untuk beberapa maksud, antara lain:
1. Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah
lunak, ke tanah pendukung yang kuat;
2. Untuk meneruskan beban ke tanah yang relatif lunak sampai kedalaman
8 untuk mendukung beban tersebut oleh gesekan dinding tiang dengan tanah
disekitarnya;
3. Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat ke atas
akibat tekanan hidrostatis atau momen penggulingan;
4. Untuk menahan gaya-gaya horizontal dan gaya yang arahnya miring;
5. Untuk memadatkan tanah pasir, sehingga kapasitas daya dukung tanah
tersebut bertambah;
6. Untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan tanahnya mudah
terguras air (Hardiyatmo, 2011).
2.2Penyelidikan Tanah (Soil Investigation)
Penyelidikan tanah (soil investigation) adalah proses pengambilan contoh (sample) tanah yang bertujuan untuk menyelidiki karakteristik tanah tersebut.
Dalam mendesain pondasi, penting bagi para engineer untuk mengetahui sifat
setiap lapisan tanah, (seperti berat isi tanah, daya dukung, ataupun daya rembes),
dan juga ketinggian muka air tanah. Oleh sebab itu, soil investigation adalah pekerjaan awal yang harus dilakukan sebelum memutuskan akan menggunakan
jenis pondasi dangkal atau pondasi dalam.
Ada dua jenis penyelidikan tanah yang biasa dilakukan, yaitu penyelidikan
di lapangan (in situ) dan penyelidikan di laboratorium (laboratory test). Adapun jenis penyelidikan di lapangan, seperti pengeboran (hand boring ataupun machine boring), Standard Penetration Test (SPT), Cone Penetrometer Test (sondir), Dynamic Cone Penetrometer, dan Sand Cone Test. Sedangkan jenis penyelidikan di laboratorium terdiri dari uji index properties tanah (Atterberg Limit, Water Content, Spesific Gravity, Sieve Analysis) dan engineering properties tanah (direct
9 shear test, triaxial test, consolidation test, permeability test, compaction test, CBR test, dan lain-lain ).
Contoh tanah ( soil sampling ) yang didapatkan sebagai hasil penyelidikan tanah ini, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Contoh tanah tidak terganggu (Undisturbed Soil)
Suatu contoh tanah dikatakan tidak terganggu apabila contoh tanah itu
dianggap masih menunjukkan sifat-sifat asli tanah tersebut. Sifat asli yang
dimaksud adalah contoh tanah tersebut tidak mengalami perubahan pada
strukturnya, kadar air, atau susunan kimianya. Contoh tanah seperti ini
tidaklah mungkin bisa didapatkan, akan tetapi dengan menggunakan
teknik – teknik pelaksanaan yang baik, maka kerusakan – kerusakan pada
contoh tanah tersebut dapat diminimalisir. Undisturbed soil digunakan
untuk percobaan engineering properties. 2. Contoh tanah terganggu ( Disturbed Soil )
Contoh tanah terganggu adalah contoh tanah yang diambil tanpa adanya
usaha – usaha tertentu untuk melindungi struktur asli tanah tersebut.
Disturbed soil digunakan untuk percobaan uji index properties tanah. 2.2.1 Cone Penetrometer Test ( Sondering Test )
Pengujian CPT atau sering disebut dengan sondir adalah proses
memasukkan suatu batang tusuk dengan ujung berbentuk kerucut bersudut 60°
dan luasan ujung 1,54 inch2 ke dalam tanah dengan kecepatan tetap 2 cm/detik. Dengan pembacaan manometer yang terdapat pada alat sondir tersebut, kita dapat
10 Berdasarkan kapasitasnya, alat sondir dibagi menjadi dua jenis :
1. Sondir ringan, dengan kapasitas dua ton. Sondir ringan digunakan untuk
mengukur tekanan konus sampai 150 kg/cm2 atau penetrasi konus telah
mencapai kedalaman 30 cm.
2. Sondir berat, dengan kapasitas sepuluh ton. Sondir berat digunakan untuk
mengukur tekanan konus sampai 500 kg/cm2 atau penetrasi konus telah
mencapai kedalaman 50 m.
Ada dua tipe ujung konus pada sondir mekanis :
1. Konus biasa, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan biasanya
digunakan pada tanah yang berbutir kasar dimana besar perlawanan
lekatnya kecil.
2. Bikonus, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan hambatan
lekatnya dan biasanya digunakan untuk tanah berbutir halus. Tahanan
ujung konus dan hambatan lekat dibaca setiap kedalaman 20 cm.
Cara pembacaan sondir dilakukan secara manual dan bertahap, yaitu
dengan mengurangi hasil pengukuran (pembacaan manometer) kedua terhadap
pengukuran (pembacaan manometer) pertama. Pembacaan sondir akan dihentikan
apabila pembacaan manometer mencapai lebih dari 150 kg/cm2 (untuk sondir
ringan) sebanyak tiga kali berturut-turut.
Dari hasil test sondir ini didapatkan nilai jumlah perlawanan ( JP ) dan
nilai perlawanan konus ( PK ), sehingga hambatan lekat (HL) didapatkan dengan
menggunakan rumus :
1. Hambatan Lekat ( HL )
11
2. Jumlah Hambatan Lekat ( JHL )
����=∑� ��
0 ... (2. 2) Dimana :
PK = Perlawanan penetrasi konus ( qc )
JP = Jumlah perlawanan ( perlawanan ujung konus + selimut )
A = Interval pembacaan ( setiap pembacaan 20 cm )
B = Faktor alat
= ���� ����� ��������� = 10 cm
i = kedalaman lapisan tanah yang ditinjau ( m )
JHL= Jumlah Hambatan Lekat
Hasil penyelidikan dengan sondir ini digambarkan dalam bentuk gafik
yang menyatakan hubungan antara kedalaman setiap lapisan tanah dengan
perlawanan penetrasi konus atau perlawanan tanah terhadap konus yang
dinyatakan dalam gaya per satuan luas. Hambatan lekat adalah perlawanan geser
tanah terhadap selubung bikonus yang dinyatakan dalam gaya per satuan panjang.
2.3 Penggolongan Pondasi Tiang
Pondasi dapat dibagi menjadi menjadi 3 kategori sebagai berikut :
1. Tiang Perpindahan Besar (large displacement pile).
Tiang perpindahan besar (large displacement pile), yaitu tiang pejal atau berlubang dengan ujung tertutup yang dipancang ke dalam tanah sehingga
12 perpindahan besar adalah tiang kayu, tiang beton pejal, tiang beton
prategang (pejal atau berlubang), tiang bulat (tertutup pada ujungnya).
2. Tiang Perpindahan Kecil (small displacement pile).
Tiang perpindahan kecil (small displacement pile), adalah sama seperti tiang kategori pertama hanya volume tanah yang dipindahkan saat
pemancangan relatif kecil, contohnya : tiang beton bertulang dengan ujung
terbuka, tiang beton prategang berlubang dengan ujung terbuka, tiang baja
H, tiang baja bulat ujung terbuka, tiang ulir.
3. Tiang Tanpa Perpindahan (non displacement pile).
Tiang tanpa perpindahan (non displacement pile), terdiri dari tiang yang dipasang didalam tanah dengan cara menggali atau mengebor tanah.
Termasuk dalam tiang tanpa perpindahan adalah bored pile, yaitu tiang
beton yang pengecorannya langsung dalam lubang hasil pengeboran tanah
(pipa baja diletakkan di dalam lubang dan di cor beton) (Hardiyatmo,
2011).
Pondasi tiang dapat berdasarkan kualitas material yang dikandung dalam
penyusunnya, cara pelaksanaannya, pemakaian bahan-bahan dan sebagainya.
Penggolongan berdasarkan kualitas material dengan cara pembuatannya
bisa dilihat dalam Tabel 2.1, untuk penggolongan tiang berdasarkan cara
pemasangannya dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Macam-macam Tipe Pondasi Berdasarkan Kualitas Material dan Cara Pembuatannya
Kualitas
Bahan Nama Tiang Cara Pembuatan Bentuk
13
Baja elektris, di arah
datar, mengeliling Tiang dengan Flens Lebar
(Penampang H) Diasiah dalam keadaan panas, dilas H Tiang Beton Tiang beton Pracetak
Tiang beton tulang pracetak 1. Diaduk dengan gaya sentrifugal Lingkaran segitiga dan lain-lain. 2. Diaduk dengan penggetar
tiang beton prategang pracetak 1. Sistem penarikan awal Lingkaran 2. Sistem penarikan akhir Tiang yang dicor ditempat 1. Tiang alas Sistem Pemancangan Lingkaran 2. Tiang beton Reymond 1. Dengan menggoyangkan semua tabung pelindung Sistem pengeboran 2. Dengan membor tanah 3. Dengan Pemutaran 4. Dengan pemutaran berlawanan arah 5. Dengan pondasi dalam
14 Tabel 2.2 Macam-macam Tipe Pondasi Berdasarkan Teknik Pemasangannya Berdasarkan penyaluran beban ke tanah, pondasi tiang dibedakan jadi tiga
yaitu :
1. Pondasi tiang dengan tahanan ujung (end bearing pile).tiang ini
meneruskan beban melalui tahanan ujung tiang kelapisan tanah
pendukung.
2. Pondasi tiang dengan tahanan geser (friction pile). Tiang ini meneruskan
beban ke tanah melalui tahanan geser selimut tiang.
3. Kombinasi end bearing pile dan friction pile. 2. 4 Pondasi Bored Pile
Bored pile dipasang kedalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebih
dahulu, baru kemudian diisi tulangan dan dicor beton. Tiang ini biasanya, dipakai
15 yang stabil dengan alat bor. Jika tanah mengandung air, pipa besi dibutuhkan
untuk menahan dinding lubang dan pipa ini ditarik ke atas pada waktu pengecoran
beton. Pada tanah yang keras atau batuan lunak, dasar tiang dapat dibesarkan
untuk menambah tahanan daya dukung ujung tiang.
Ada berbagai jenis pondasi bored pile yaitu :
1. Bored pile lurus untuk tanah keras.
2. Bored pile yang ujungnya diperbesar berbentuk bel.
3. Bored pile yang ujungnya diperbesar berbentuk trapesium.
4. Bored pile lurus untuk tanah berbatu-batuan.
Ada beberapa alasan digunakan pondasi bored pile dalam konstruksi :
1. Bored pile dapat digunakan pada tiang kelompok atau pile cap.
2. Kedalaman tiang dapat divariasikan.
3. Bored pile dapat didirikan sebelum penyelesaian tahapan selanjutnya.
4. Ketika proses pemancangan dilakukan, getaran tanah mengakibatkan
kerusakan pada bangunan yang ada didekatnya, tetapi dengan penggunaan
pondasi bored pile hal ini dapat dicegah.
5. Pada pondasi tiang pancang, proses pemancangan pada tanah lempung
akan membuat tanah bergelombang dan menyebabkan tiang pancang
sebelum bergerak kesamping. Hal ini tidak terjadi pada konstruksi pondasi
bored pile.
6. Selama pelaksanaan pondasi bored pile tidak ada suara yang ditimbulkan
oleh alat pancang seperti yang terjadi pada pelaksanaan pondasi tiang
16
7. Karena dasar pondasi bored pile dapat diperbesar, hal ini memberikan
ketahanan yang besar untuk gaya ke atas.
8. Permukaan diatas dimana didasar bored pile didirikan dapat diperiksa
secara langsung.
9. Pondasi bored pile mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap beban
lateral.
Beberapa kelemahan dari pondasi bored pile :
1. Keadaan cuaca yang buruk dapat mempersulit pengeboran dan
pengecoran, dapat diatasi dengan cara menunda pengeboran dan
pengecoran sampai keadaan cuaca memungkinkan atau memasang tenda
sebagai penutup.
2. Pengeboran dapat mengganggu kepadatan, bila tanah pasir atau tanah
kerikil maka menggunakan bentonite sebagai penahan longsor.
3. Pengecoran beton sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak
dapat dikontrol dengan baik maka diatasi dengan cara ujung pipa tremie
berjarak 25-50 cm dari dasar lubang pondasi.
4. Air yang mengalir kedalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan
tanah, sehingga mengurangi kapasitas dukung tanah terhadap tiang, maka
air yang mengalir langsung dihisap dan di buang kembali ke dalam kolam
air.
5. Akan terjadi tanah runtuh (ground loss) jika tindakan pencegahan tidak
17
6. Karena diameter tiang cukup besar dan memerlukan banyak beton dan
material, untuk pekerjaan kecil mengakibatkan biayanya sangat melonjak
maka ukuran tiang bored pile disesuaikan dengan beban yang dibutuhkan.
7. Walaupun penetrasi sampai ke tanah pendukung pondasi dianggap telah
terpenuhi, kadang-kadang terjadi bahwa tiang pendukung kurang
sempurna karena adanya lumpur yang tertimbun di dasar, maka dipasang
pipa paralon pada tulangan bored pile untuk pekerjaan base grouting.
2.5 Pengaruh Pemasangan Tiang Bor
2.5.1 Tiang Bor dalam Tanah Granuler
Pada saat melakukan pengeboran, biasanya dibutuhkan tabung luar
(casing) sebagai pelindung terhadap longsoran dinding galian dan larutan tertentu kadang-kadang juga digunakan dengan maksud yang sama untuk melindungi
dinding lubang tersebut. Gangguan kepadatan tanah, terjadi saat tabung pelindung
di tarik ke atas saat pengecoran. Sebab itu, di dalam hitungan kapasitas dukung tiang bor di dalam tanah pasir, Tomlinson (1977) menyarankan untuk menggunakan sudut gesek dalam ultimit dari contoh terganggu, kecuali jika tiang diletakkan pada kerikil padat di mana dinding lubang yang bergelombang tidak
terjadi. Jika pemadatan yang baik dapat dilakukan pada saat pengecoran beton
yang berada di dasar tiang, maka gangguan kepadatan tanah dapat dieliminasi
sehingga sudut gesek dalam pada kondisi padat dapat digunakan. Akan tetapi,
pemadatan tersebut mungkin sulit dikerjakan karena terhalang oleh tulangan
beton.
18 Penelitian pada pengaruh pekerjaan pemasangan tiang bor pada adhesi
antara sisi tiang dan tanah di sekitarnya, menunjukkan bahwa nilai adhesi lebih
kecil dari pada nilai kohesi tak terdrainase (undrained cohesian) tanah sebelum pemasangan tiang. Hal ini, adalah akibat dari pelunakan lempung di sekitar
dinding lubang bor. Pelunakan tersebut adalah pengaruh dari bertambahnya kadar
air lempung oleh pengaruh-pengaruh: air pada pengecoran beton, pengaliran air
tanah ke zona yang bertekanan lebih rendah di sekitar lubang bor, dan air yang
dipakai untuk pelaksanaan pembuatan lubang bor. Pelunakan pada lempung dapat
dikurangi, jika pengeboran dan pengecoran dilaksanakan dalam waktu 1atau 2
jam.
Pelaksanaan pengeboran juga mempengaruhi kondisi dasar lubang yang
dibuat. Pengeboran mengakibatkan pelunakan dan gangguan tanah lempung di
dasar lubang, yang berakibat menambah besarnya penurunan. Pengaruh gangguan
ini sangat besar, terutama bila diameter ujung tiang diperbesar. Pada ujung tiang
yang diperbesar ini kapasitas dukungnya sebagian besar bergantung pada tahanan
ujung tiang. Karena itu, penting untuk membersihkan dasar lubang. Gangguan
yang lain dapat pula terjadi akibat pemasangan tiang yang tidak baik, seperti:
pengecoran yang melengkung, pemisahan campuran beton saat pengecoran dan
pelengkungan tulangan beton saat pemasangan.
2.6 Metode Pelaksanaan Konstruksi Bored Pile
Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek lonstruksi.
Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam dalam metode
19 sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu pyoyek konstruksi.
Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai.
Tahapan pekerjaan pondasi bored pile adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Lokasi Pekerjaan (Site Preparation)
Pelajari Lay-out pondasi dan titik-titik bores pile, membersihkan lokasi
pekerjaan dari gangguan yang ada seperti bangunan-bangunan, tanaman
atau pohon-pohon, tiang listrik atau telepon, kabel dan lain-lainnya.
2. Rute / Alur Pengeboran (Route of Boring)
Merencanakan alur / urutan pengeboran sehingga setiap pergerakan mesin
RCD, Excavator, Crane dan Truk Mixer dapat termobilisasi tanpa
halangan.
3. Survey Lapangan Dan Penentuan Titik Pondasi (Site Survey and Centering
Of Pile)
Menentukan dan mengukur posisi titik koordinat bored pile dengan
bantuan alat theodolite.
4. Pemasangan stand Pipe
Stand pipe dipasang dengan ketentuan bahwa pusat dari stand pipe harus
berada pada titik as pondasi yang telah di survey. Pemasangan stand pipe
dilakukan dengan bantuan Excavator (Back hoe).
5. Pembuatan Drainase dan Kolam Air
Kolam air berfungsi untuk tempat penampung air bersih yang akan
digunakan untuk perjakaan pengeboran sekaligus untuk tempat
penampungan air bercampur lumpur hasil dari pengeboran. Ukuran kolom
20 pipe berukuran 1,2m, kedalaman 0,7m (tergantung kondisi). Jarak kolam
air tidak boleh terlalu dekat dengan lubang pengeboran. Sehingga lumpur
dalam air hasil pengeboran mengendap dulu sebelum airnya mengalir
kembali kedalam lubang pengeboran. Lumpur hasil pengeboran yang
mengendap dalam kolam diambil (dibersihkan) dengan bantuan Excavator.
6. Setting Mesin RCD (RCD Machine Instalation)
Setelah Stand Pipe terpasang, mata bor sesuai dengan diameter yang
ditentukan dimasukkan terlebih dahulu kedalam Stand Pipe, kemudian
beberapa buah pelat dipasang untuk memperkuat tanah dasar dudukam
mesin RCD, kemudian mesin RCD diposisikan dengan ketentuan sebagai
berikut :
1. Mata bor disambung dengan stang pemutar, kemudian mata bor
diperiksa apakah sudah benar-benar berada pada pusat as/ as stand
pipe (titik pondasi).
2. Posisi mesin RCD harus tegak lurus terhadap lubang yang akan dibor
(yang sudah terpasang stand pipe), hal ini dapat dicek dengan alat
water pass.
7. Proses Pengeboran (Driling Work)
Setelah letak/ posisi mesin RCD sudah benar-benar tegak lurus, maka
proses pengeboran dapat dimulai dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Pengeboran dilakukan dengan memutar mata bor kearah kanan, dan
sesekali diputar kearah kiri untuk memastikan bahwa lubang
pengeboran benar-benar mulus, sekaligus untuk menghancurkan tanah
21
2. Proses pengeboran dilakukan secara bersamaan dengan proses
pengisapan lumpur hasil pengeboran,, oleh karena itu air yang
ditampung pada kolam air harus dapat memenuhi sirkulasi air yang
diperlukan untuk pengeboran.
3. Setiap pengeboran sedalam ± 3 meter, dalakukan penyambungan stang
bor sampai kedalaman yang diinginkan tercapai.
4. Jika kedalaman yang kita inginkan tercapai (± 1 meter lagi), maka
proses penghisapan dihentikan (mesin pompa hisap tidak diaktifkan),
sementara proses pengeboran terus dilakukan sampai kedalamn yang
diinginkan (dapat diperkirakan dari stang bor yang sudah masuk),
selanjutnya stang bor dinaikkan sekitar 0,5-1 meter, lalu proses
penghisapan dilakukan terus sampai air yang keluar dari selang buang
kelihatan lebih bersih(± 15 menit).
5. Kedalaman pengeboran diukur dengan meteran pengukur kedalaman,
jika kedalaman yang diinginkan belum tercapai maka proses pada
langkah ke-4 dilakukan kembali. Jika kedalaman yang diinginkan
sudah tercapai maka stang bor boleh diangkat dan dibuka.
8. Instalasi Tulangan dan Pipe Tremie (Stell Cage and Tremie Pipe
Instalation)
Tulangan yang digunakan sudah harus tersedia lebih dahulu sebelum
pengeboran dilakukan, sehingga begitu proses pengeboran selesai,
langsung dilakukan instalasi tulangan, hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya kelongsoran dinding lubang yang sudah selesai di bor. Tulangan
22 benar-benar kuat sehingga pada waktu pengangkutan tulangan oleh crane
tidak terjadi kerusakan pada tulangan ( ikatan lepas dan sebagainya).
Proses instalasi tulangan dilakukan sebagai berikut :
1. Posisi crane harus benar-benar diperhatikan, sehingga tulangan akan
dimasukkan benar-benar tegak lurus terhadap lubang bor, dan juga
pada waktu pengecoran tidak menghalangi jalan masuk truck mixer.
2. Pada tulangan diikatkan dua buah sling, satu buah pada ujung atas
tulangan dan satu buah lagi pada bagian sisi memanjang tulangan.
Pada bagian dimana sling diikat, ikatan tulangan spiral dengan
tulangan utama diperkuat (bila perlu dilas), sehingga pada waktu
tulangan diangkat, tulangan tidak rusak (ikatan spiral dengan tulangan
utama tidak lepas). Pada setiap sambungan (bagian overlap) sebaiknya
dilas, karena pada pengecoran, sewaktu pipe tremie dinaikkan dan
diturunkan kemungkinan dapat mengenai sisi tulangan yang dapat
menyebabkan sambungan tulangan lepas dan tulangan terangkat ke
atas.
3. Tulangan diangkat dengan menggunakan dua hook crane, satu pada
sling bagian ujung atas dan satu lagi pada bagian sisi memanjang,
pengangkatan dilakukan dengan menarik hook secara bergantian
sehingga tulangan benar-benar lurus, dan setelah tulangan terangkat
dan sudah tegak lurus dengan lubang bor, kemudian dimasukkan
pelan-pelan kedalam lubang, posisi tulangan terus dijaga supaya tidak
menyentuh dinding lubang bor dan posisinya harus benar-benar
23
4. Jika level yang diinginkan berada dibawah permukaan tanah, maka
digunakan besi penggantung.
5. Setelah tulangan dimasukkan, kemudian pipe tremie dimasukkan. Pipa
tremie disambung-sambung untuk memudahkan proses instalasi dan
juga untuk memudahkan pemotongan tremie pada waktu pengecoran.
Ujung pipe tremie berjarak 25-50 cm dari dasar lubang pondasi. Jika
jaraknya kurang dari 25 cm maka pada saat pengecoran beton lambat
keluar dari pipe tremie , sedangkan jika jaraknya lebih dari 50 cm
maka pada saat pertama kali beton keluar dari tremie akan terjadi
pengenceran karena bercampur dengan air pondasi ( penting untuk
diperhatikan). Pada bagian ujung atas pipe tremie disambung dengan
corong pengecoran.
9. Pengecoran dengan Ready Mix Concrete (Concreting)
Proses pengecoran harus segera dilakukan setelah instalasi tulangan dan
pipa tremie selesai, guna menghindari kemungkinan terjadinya
kelongsoran pada dinding lubang bor. Oleh karena itu pemesanan ready
mix concrete harus dapat diperkirakan waktunya dengan waktu
pengecoran.
Proses pengecoran dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Pipa tremie dinaikkan setinggi 25-50 cm di atas dasar lubang bor, air
dalam pipe tremie dibiarkan dulu stabil, kemudian dimasukkan bola
karet atau mangkok karet yang diameternya sama dengan diameter
24 ke dasar lubang sewaktu betondituang pertama sekali, sehingga beton
tidak bercampur dengan lumpur.
2. Pada awal pengecoran, penuangan lebih cepat, hal ini dilakukan
supaya bola karet atau mangkuk karet dapat benar-benar menekan air
bercampur lumpur didalam pipe tremie, setelah itu penuangan
distabilkan sehingga beton tidak tumpah dari corong.
3. Jika beton dalam corong penuh, pipe tremie dapat digerakkan naik
turun dengan syarat pipe tremie yang tertahan dalam beton minimal 1 meter pada saat pipe tremie dinaikkan. Jika pipe tremie yang tertanam dalam beton terlalu panjang, hal ini dapat memperlambat proses
pengecoran, sehingga perlu dilakukan pemotongan pipa tremie dengan memperhatikan syarat bahwa pipa tremie yang masih tertanam dalam
beton minimal 1 meter.
4. Proses pengecoran dilakukan dengan mengandalkan gaya gravitasi
bumi (gerak jatuh bebas), posisi pipa tremie harus berada pada pusat
lubang bor, sehingga tidak merusak tulangan atau tidak menyebabkan
tulangan terangkat pada saat pipa tremie digerakkan naik turun.
5. Pengecoran dihentikan 0,5-1 meter diatas batas beton bersih, sehingga
kualitas beton pada batas beton bersih benar-benar terjamin (bebas
dari lumpur).
6. Setelah pengecoran selesai dilakukan, pipa tremie diangkat dan
dibuka, serta dibersihkan. Batas pengecoran diukur dengan meteran
kedalaman.
25 Lubang pondasi yang telah selesai dicor ditutup kembali dengan tanah