• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan Tugas Akhir.

BAB II

DIGITISASI DAN TRANSMISI SUARA

2.1 Umum

Telinga manusia memiliki kemampuan menerima frekwensi dalam kisaran 16Hz – 20 kHz, yang dikenal sebagai frekwensi audio. Suara menghasilkan frekwensi yang sempit berkisar 100 Hz – 10 kHz. Bila semua frekwensi itu ada di dalam bentuk gelombang suara yang ditransmisikan, maka suara yang diterima itu adalah lebih bersifat alami dan tidak mengalami gangguan saat suara di transmisikan. Kapasitas suara yang dapat diterima oleh frekwensi transmisi dalam kisaran 300 – 3400 Hz. Sinyal suara dengan band terbatas sering disebut kualitas suara rendah. Sebagian sistem komunikasi suara, dirancang dengan memiliki

bandwidth 3.1 kHz. Dalam kisaran band yang terbatas, telinga sangat sensitif terhadap frekwensi yang berkisar 3 kHz [1].

Saluran dalam sistem komunikasi yang memiliki transmisi terbatas akan mengarah pada gangguan kebisingan. Ketika jalur transmisi semakin panjang, maka rasio sinyal terhadap kebisingan pada saat menerima hasil akan menurun. Dalam transmisi suara analog, pengaruh kebisingan dan interferensi terlihat selama suara terhenti dan ketika besaran sinyal mendekati nol. Sistem transmisi digital mengatasi beberapa masalah yang dihadapi sistem analog. Dalam sistem transmisi digital, suara yang terhenti akan diberi kode, dan di transmisi kan secara konstan.

Kemampuan transmisi digital untuk menolak pembicaraan silang adalah keunggulan sistem transmisi digital daripada sistem analog. Pertama, tingkat

persilangan yang rendah akan dihilangkan karena sinyal amplitudo yang bergerak secara konstan. Lalu, besaran tertinggi yang menghasilkan kesalahan deteksi yang tidak beraturan. Keunggulan lain dari sistem digital adalah kemampuan untuk mendukung layanan tanpa suara dan data, mudah dimengerti dan juga mudah untuk memantau kinerja pada sistem tersebut. Namun sistem digital membutuhkan bandwidth yang besar dibandingkan dengan sistem analog, hal ini tidak menguntungkan. Namun keuntungan yang ditawarkan oleh sistem transmisi digital lebih banyak dari pada sistem analog[1].

2.2 Sampling PadaDigitisasi dan Transmisi Suara

Langkah pertama dalam digitisasi suara, merupakan rangkaian dari waktu diskrit dimana bentuk gelombang input dapat dijadikan sampel. Sampel

diskrit dapat ditempatkan pada interval / jarak regular atau irregular. Frekwensi pengambilan sampel minimum kepada kriteria Nyquist atau teorema yang dapat dinyatakan sebagai berikut :

fs ≥ 2H (2.1)

dimana,

fs = frekwensi pengambilan sampel atau nilai Nyquist.

H = komponen frekwensi yang tertinggi dalam bentuk gelombang analog input. Dalam percobaan ini, bentuk gelombang asli akan dibentuk dengan melewatkan nilai sampel melalui low pass filter yang diperhalus dan juga menyisipkan sinyal diantara nilai sampel. Pengambilan sampel adalah proses perkalian besaran konstan pada bagian impuls dengan sinyal input. Dengan

kata lain, ini adalah proses pulse amplitude modulation (PAM). Skema ini ditunjukkan pada Gambar 2.1.

(a) Pengambilan sampel dan perolehan bentuk gelombang analog

(b) Spektrum sinyal PAM

(c)Spektrum tumpang tindih ketika fs < 2H

Gambar 2.1 Transmisi digital menggunakan PAM

2.3 Kuantisasi dan Pengkodean Biner

Sistem pulse amplitudo modulation (PAM) secara umum tidak bermanfaat untuk jarak yang jauh, karena disebabkan oleh kesinggungan dari amplitudo. Dengan mengkonversi sampel PAM ke dalam format digital, besaran ini dapat berkurang ataupun menghilang. Sehingga penggunaan repeater regeneratif

berguna untuk menghilangkan ketidaksempurnaan transmisi sebelum menghasilkan error. Proses dari kuantisasi digambarkan dalam Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Proses kuantisasi.

Sinyal V adalah rentang dari VL ke VH, dan rentang ini dibagi ke dalam M (M = 8) dengan cara yang sama, ukuran langkah S dirumuskan dengan :

S = (VH – VL) / M (2.2) kita menempatkan level kuantisasi V0, V1,..., Vm-1. Sinyal kuantisasi Vq berlangsung pada salah satu nilai yang dikuantisasi. Sinyal V dikuantisasi pada level kuantisasi terdekat. Nilai batasan itu akan diseimbangkan dari dua level kuantisasi dan konvensi yang dapat diadopsi untuk mengkuantisasinya pada setiap tingkat. Misalkan :

Vq = V3 jika (V3 – S/2) ≤ V < (V3 + S/2) Vq = V4 jika (V4 – S/2) ≤ V < (V4 + S/2)

Sehingga, sinyal Vq membuat lompatan kuantum dari ukuran S dan pada kondisi waktu error dengan kuantisasi V – Vq dengan besaran yang sama dengan atau lebih kecil dari S / 2. Proses kuantisasi di dalam langkah itu merata pada kisaran sinyal yang rendah yang dikenal sebagai kuantisasi yang linier.

Proses kuantisasi itu sendiri akan membawa kebisingan tertentu terhadap sinyal.

Sistem pengkodean dari transmisi ini disebut pulse code modulation

(PCM). Fitur penting dari PCM biner dengan sinyal input analog dibatasi pada kisaran -4V hingga + 4V, dengan ukuran langkah satu volt, dan Delapan level kuantisasi akan digunakan dan berada pada -3.5 V, -2.5V, ..+3.5V, diperlihatkan dalam Gambar 2.3.

4 3 2 1 0 - 4 - 3 - 2 - 1 1.3 2.7 0.5 -1.1 -0.7 0.1 -0.1 -1.6 1.5 2.5 0.5 -1.5 -0.5 0.5 -0.5 -1.5 5 6 4 2 3 4 3 2 101 110 100 010 011 100 011 010 Sample value Quantised value Code number Binary code V 7 6 5 4 3 0 1 2 Code number

Gambar 2.3. Fitur PCM Biner.

Masing-masing nomor kode ini memiliki ekuivalensi representasi 3-bit. Dengan melihat contoh sampel yang ada dalam gambar 2.3, bila sinyal analog yang ditransmisikan, maka nilai tegangan 1.3, 2.7, 0.5 dst, akan ditransmisikan. Bila nilai yang dikuantisasi ditransmisikan, maka nilai tegangannya 1.5, 2.5, 0.5 dst, akan ditransmisikan. PCM biner dengan pola kode 101, 110, 100 akan

ditransmisikan. Diagram blok dibawah ini akan memperlihatkan apa fungsi dari sistem PCM tersebut, diperlihatkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Sistem PCM untuk komunikasi suara.

Sinyal input analog V adalah band terbatas pada 3.4 kHz. Sampel dikuantisasi untuk menghasilkan sinyal PAM yang terkuantisasi yang kemudian diberikan pada enkoder. Pengkuantisasi dan pengkodean ini dillakukan secara bersama-sama dari konversi analog ke digital. Operasi yang pertama pada receiver

adalah pemisahan sinyal dari kebisingan. Level PAM yang tekuantisasi akan dilewatkan melalui filter yang menolak komponen frekwensi, yang berada di luar

baseband dan menghasilkan bentuk rekonstruksi gelombang dari band asli dengan sinyal terbatas [1].

BAB III

TEORI DASAR SENTRAL TELEPON DIGITAL

3.1 Sejarah Perkembangan Teknologi Sentral Telepon Digital

Telepon pertama kali diperkenalkan lebih dari satu abad yang lalu yaitu pada tahun 1876. Pada awalnya telepon hanya menyalurkan voice saja. Bentuk elektrik dari sinyal suara adalah berupa gelombang analog [2].

EWSD (Electronic Wahler Sistem Digital) adalah sentral telepon digital pertama yang dikembangkan di Indonesia yang diperkenalkan tahun 1984. NEAX dan 5 ESS diperkenalkan tahun 1994. Sentral telepon digital 5ESS merupakan salah satu sentral sistem digital yang digunakan di Indonesia, sentral ini pertama kali dioperasikan tahun 1982 di Amerika Serikat dan pada tahun 1985 mulai digunakan di luar Amerika Serikat. Sampai saat ini sudah lebih dari 30 juta pelanggan yang menggunakan sentral 5ESS ini di lebih dari 13 negara di dunia. Sentral 5ESS merupakan sistem switching digital yang universal dan prosesnya bersifat terdistribusi / modular.

Telinga manusia dapat mendengar pada rentang frekuensi 20-20000 Hz, frekuensi suara yang dapat dibawa saluran telepon terbatas pada 300-3400 Hz. Pada waktu itu, masing-masing pembicaraan dibawa melalui kabel yang terpisah yang menjadikannya sangat mahal. Redaman akibat jarak yang jauh juga menyebabkan buruknya kualitas sinyal suara. Regenerasi sinyal analog secara sempurna sangat sulit dilakukan. Atas dasar inilah kemudian para ahli meneliti dan menemukan bahwa jika sinyal analog dikodekan menjadi deretan nol dan satu regenerasi menjadi mudah dilakukan. Transmisi secara digital ini diterapkan pada

telepon pada awal tahun 1960. Suatu teknik yang disebut PCM digunakan untuk menggabungkan (multiplex) beberapa sumber suara digital yang terpisah ke dalam satu saluran digital. Namun masih ada satu masalah lagi yaitu hanya sinyal analog yang dapat di-switch. Pada tandem exchange, sinyal digital yang masuk harus dikonversi terlebih dahulu menjadi sinyal analog, lalu sinyal analog di-switch. Sinyal analog kemudian dikonversi kembali menjadi sinyal digital sebelum ditransmisikan kembali ke trunk lain. Proses ini sangat tidak efisien. Baru pada tahun 1970, digunakan teknik switching baru yang disebut Time-Division Switching. Dengan teknik ini, konversi sinyal digital ke analog pada tandem exchange tidak perlu dilakukan [2].

3.2 Faktor-Faktor Pendukung Sentral Telepon Digital Faktor-faktor pendukung sentral telepon digital antara lain,

3.2.1 Time Division Switching (TDS)

Pemakaian Time Division Switching secara bersamaan ini mengawali sebuah reduksi beberapa element switching yang dibutuhkan jaringan. Dengan menggunakan nilai sampling sebesar 8Hz sebuah sampel / data akan muncul, dan berselang 125 �� sampling. Selama rentang 125��, elemen switching yang telah ditentukan tidak bekerja ± 120 �� [1]. Elemen switching tunggal dapat di gunakan untuk menyalurkan sinyal-sinyal dari beberapa inlet menuju outlet

koresponden yang dituju. Gambar sederhana PAM time division switching

(a) Switching structure

(b) Two-stage equivalent.

Gambar 3.1 Simple PAM Time Division Switching

Sinyal ini dibawa seperti PAM analog sampel dan PCM digital sampel, sekitar 125µs setiap interval. Saat sinyal PAM di switch pada formulasi Time Division, Sistem Switch ini dikenal sebagai Analog Time Division Switching. Namun jika bilangan biner dari sampel PCM di switch maka sistem ini di

namakan “Digital Time Division Switching”. Link interkoneksi ditunjukkan seperti bus penunjuk inlet-outlet yang dapat dikoneksikan melalui kontrol mekanis yang berfungsi dengan baik, sehingga banyak sinyal satu percakapan dikirim dari inlet-outlet. Terdapat sebuah pemetaan antar inlet-outlet yang membuat inlet-outlet selalu terkoneksi, sehingga mengakibatkan ketidak mungkinan terjadinya switching, kecuali jika sinyal switching dipakai bersamaan oleh semua koneksi. Jika kita meletakkan sebuah control pada sisi keluaran berbasis memori, maka kemampuan maksimal akan di dapat. Contohnya dapat dilihat jumlah control pada sisi outlet yang di berisikan alamat dari penyaluran

outlet dengan lokasi yang berkala agar tercipta koneksi dengan inlet. Kontrol memori memiliki “N” koresponden ke “N” inlet dengan lebar besaran [ log²N] bit untuk pengalamatan “N” outlet.

Sejak elemen tunggal switching bus di sebar berdasarkan waktu oleh N koneksi, maka semua N dapat bersimultan secara aktif, dan sebuah koneksi fisik dihasilkan antara inlet dan outlet saat terjadinya sinyal transfer switching ini dinamakan Time Division Space Switching (TDSS). Pada suatu kasus, switch

dinamakan output controller, karena masing-masing lokasi dari memori control

tersebut berasosiasi dengan outlet yang di berikan.

Time Division Network (TDN) lebih efektif dari segi harga dibandingkan Switch Division Network (SDN), karena itulah mengapa belakangan ini sistem switch lebih banyak menggunakan teknik Time Division

(TD). Memory-controlled Time Division Space Switch, mempunyai struktur yang lebih umum dari pada input atau output struktur control, Terlihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Struktur umumTime division space switching.

3.2.2 Pulse Code Modulation (PCM)

Pulse Code Modulation (PCM) adalah teknik untuk mengkonversi sinyal analog menjadi sinyal digital dan sebaliknya. Menurut CCITT (Telegraph and Telephone Consultative Committee) definisi dari PCM adalah suatu proses dimana suatu sinyal disampling kemudian di kuantisasi terhadap suatu sample sinyal, baru kemudian dirubah ke kode digital, dimana kuantisasi diartikan sebagai proses pembagian menjadi elemen-elemen yang sangat kecil namun masih dapat diukur [2].

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam transmisi digital dimana di dalamnya termasuk proses PCM:

1. Sampling: sinyal analog di-sample pada frekuensi tertentu. Sinyal yang akan di-sample sebanyak 12 kali. Hasilnya adalah sinyal PAM (Pulse Amplitude Modulation).

2. Coding: sinyal PAM kemudian dikodekan menggunakan compander yang memiliki fungsi compressor / expander. Ada dua jenis compander yang digunakan yaitu:

a) μ-Law Compander yang digunakan di Amerika Utara, Taiwan, Korea, dan beberapa negara lainnya.

b) A-Law Compander yang digunakan oleh negara-negara selain yang telah disebutkan di atas.

3. Multiplexing: Setelah sinyal input suara telah di-sample, dikuantisasi,

di-encode ke dalam bentuk digital (PCM), sinyal tersebut harus ditransmisikan ke tujuannya.

4. Decoding: di sisi penerima, proses yang dilakukan adalah kebalikannya [2].

3.2.3 Time Division Multiplexing (TDM)

Teknik PCM akan menghasilkan 8 bit sinyal untuk satu sampel. Kesatuan dari 8 bit sinyal ini dinamakan timeslot. Seperti telah disebutkan sebelumnya, langkah ketiga pada transmisi digital adalah multiplexing. Yang di-multiplex

adalah timeslot dari banyak circuit / kanal. Multiplexer dapat dianggap sebagai rotor yang menghubungkan kanal satu, dua, tiga, dan seterusnya, lalu kembali lagi ke kanal satu untuk dideteksi, maka jarak yang dapat ditempuh juga kapasitas transmisinya, ikut membesar [2].

3.2.4 Time Switching (TS)

Time switching ini pada sentral 5ESS dilakukan oleh Time Slot Interchanger (TSI) yang mampu menampung 512 timeslot. Namun untuk penjelasan berikut ini diasumsikan TSI hanya mampu menghubungkan 4 timeslot. Proses switching-nya adalah sebagai berikut:

1. Input diterima di data ram secara berurutan.

2. Timeslot 1 dimasukkan ke dalam lokasi memori 1 data ram, timeslot 2 dimasukkan ke dalam lokasi memori 2 data ram, dan seterusnya.

3. Lokasi memory di control ram, memiliki data yang sama dengan data ram. Output juga memiliki urutan yang sama dengan Control ram.

4. Data RAM dibaca menurut urutan pada control RAM. Hal ini sangat menguntungkan karena tingkat kesalahan yang ditimbulkannya amat kecil bahkan dapat diabaikan.

5. Hasilnya input timeslot 1 menjadi output timeslot 3.

3.2.5 Space Switching (SS)

Time switching hanya dapat menghubungkan panggilan antar pelanggan yang terhubung ke TSI yang sama. Administration Module (AM) yang bertanggung jawab dalam menentukan jalur di dalam TMS. Gambar Space Switching seperti yang terlihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3Gambar Space Switching

Aliran data (data stream) dari masing-masing TSI dihubungkan ke TMS (Time-Multiplexed Switch) yang kemudian dihubungkan ke TSI lainnya. Switch

seperti ini disebut space switch (S-Switch). TSI bersifat sinkron dalam artian semuanya sampai pada waktu yang bersamaan di TMS. Timeslot 3 tiba pada waktu yang bersamaan untuk semua aliran data. TMS kemudian menghubungkan

timeslot 3 dari semua TSI ke tujuannya masing-masing.

3.2.6 T-S-T Switching

Dari penjelasan di bawah ini dapat diasumsikan bahwa switching digital dapat dilakukan dengan menggunakan dua jenis switching yaitu :

a) Time switching yang mengubah urutan timeslot.

b) Space switching yang menghubungkan timeslot yang sama dari dua TSI yang berbeda.

Sentral Telepon Digital TrainerModul B4622-B menggunakan kedua jenis

switching ini dengan prinsip T-S-T (Time-Space Time).[2]

3.3 Pengertian Sentral Telepon Digital

Sentral telepon digital merupakan suatu tempat pemrosesan data (informasi) untuk disalurkan dari penelepon (subscriber) kepada subscriber lain yang dituju, dan dengan dilengkapi fitur-fitur yang telah disediakan oleh sentral itu sendiri, atau biasa disebut suatu otak dari sistem telekomunikasi. Secara luas, sentral telepon digital itu sendiri di artikan sejenis sentral yang dalam menghubungkan percakapan dua orang pelanggan atau lebih melakukan proses pengubahan sinyal analog dari pesawat telepon pelanggan analog, atau sinyal digital dari pesawat telepon digital kemudian di proses dengan kode digital (8 bit PCM ) pada jalur percakapan, dan bagian terima diubah lagi ke sinyal analog supaya dapat didengar oleh penerima dengan pesawat analog.

3.4 Fungsi Sentral Telepon Digital

Sentral digital memiliki beberapa fungsi diantaranya yaitu : a. Menganalisa permintaan pembicaraan

b. Menghubungkan pemanggil dan yang dipanggil melalui saklar kanal bicara. c. Melepas semua rangkaian dan fasilitas saat pembicaraan selesai.

Dari fungsi sentral digital diatas yang disebut sebagai fungsi dasar peralatan sentral yakni fungsi yang berkaitan dengan penyambungan pembicaraan, sedangkan untuk hubungan antara fungsi dasar dan operasi pensinyalan exchange ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Fungsi Dasar Peralatan Sentral

Fungsi Dasar Peralatan Sentral Operasi Pensinyalan

1.Fungsi untuk mendeteksi

permintaan panggilan Mendeteksi permintaan panggilan

2. Fungsi untuk menganalisa permintaan panggilan dan memutuskan pelanggan yang dituju

Mengirim nada putar Menerima sinyal pulsa dial Menerjemahkan informasi Memilih saluran keluar

3. Fungsi untuk menyusun kanal bicara

Mengirim sinyal panggil Mengirim nada bel

Mendeteksi jawaban Menentukan titik silang kanal bicara

4. Melakukan pembicaraan

5. Fungsi memutus Mendeteksi bahwa pembicaraan telah selesai Memutus semua titik silang kanal bicara

6. Pembicaraan selesai

Keterangan dari Tabel 3.1 di atas :

1. Mendeteksi panggilan

Suatu peralatan sentral selalu mengamati asal pemanggil. Saat permintaan panggilan meningkat, misal pelanggan mengangkat handset nya, kemudian arus DC dicatukan lewat kabel dari sentral telepon ke pelanggan. Sentral dapat mengetahui bahwa adanya arus tersebut menandakan kenaikan pembicaraan telepon.

2. Menerjemahkan informasi pelanggan

Sinyal pulsa dari pelanggan memanggil dan dianalisa sentral untuk menentukan sentral mana yang dituju (saluran masuk ke sentral).

3. Saat pelanggan yang dipanggil bebas

Saluran masuk menginformasikan ke pelanggan yang dipanggil lewat nada bel, dan sentral juga menginformasikan ke pelanggan pemanggil lewat nada balik bel. Mengendalikan (mengontrol) penyambungan panggilan atas dasar instruksi pensinyalan yang datang dari luar ataupun data yang disimpan di dalam sentral. Misal : signalling, routing, fungsi penanganan penyambungan dan fungsi pemrosesan pelayanan.

4. Mendeteksi jawaban

Setelah pelanggan yang dipanggil menjawab, akan terbentuk rangkaian

loop dari sentral telepon ke pelanggan dan ke sentral telepon lagi pada saat pelanggan tersebut mengangkat handset. Pada rangkaian loop akan mengalir arus DC, arus DC tersebut menandakan jawaban dari pelanggan yang dituju.

5. Mendeteksi bahwa pembicaraan telah selesai

Selama kedua pelanggan sedang melakukan percakapan, kedua sentral (saluran keluar dan saluran masuk dari sentral) akan mengamati kedua pelanggan tersebut. Dan pada saat pembicaraan selesai, arus loop akan diputus lewat handset

yang telah diletakkan oleh salah satu pelanggan. Sentral akan mengetahui bahwa pemutusan arus DC berarti pembicaraan telah selesai.

3.5 Jenis - Jenis Sentral Telepon Digital

Tipe sentral telepon digital dibagi menjadi beberapa jenis yang telah ber-revolusi karena perkembangan jaman, yaitu :

1. Berdasar Proses Penyambungan :

a. Sentral analog / Manual

1) Sistem yang memakai tenaga manusia untuk mengkoneksikan dua orang yang akan berkomunikasi.

2) Menggunakan switchboard untuk mengkoneksikan dua orang yang akan berkomunikasi.

Gambar rangkaian sentral manual terlihat seperti Gambar 3.4. [7]

Gambar 3.4 Gambar rangkaian sentral manual. b. Sentral digital /Otomatis

Sistem yang tidak lagi memakai tenaga manusia dan switch board untuk melakukan proses komunikasi karena semua pekerjaan ini telah diambil alih oleh mesin dan komputer. Karena sentral digital adalah sentral yang mengolah sinyal di dalam bentuk digital, maka memakai metode Hirarki Sentral, yaitu :

1. Jaringan telepon membutuhkan interkoneksi antar sentral untuk merutekan trafik secara ekonomis dan efektif.

2. Sentral-sentral saling dihubungkan menggunakan sekelompok saluran trunk yang biasa disebut trunk group.

3. Jaringan berhirarki mampu menangani trafik yang besar serta menggunakan sejumlah kecil trunk groups.

Contoh penerapan struktur hirarki sentral terlihat pada Gambar 3.5. [7]

Gambar 3.5 Salah satu contoh penerapan struktur hirarki sentral

Penomoran struktur hirarki sentral dapat kita lihat seperti Gambar 3.6.

2. Berdasar Cara Pengontrolan :

a. Sistem Pengontrolan Langsung ( Direct controlled system )

Sistem pengontrolan langsung adalah proses penyambungan dikontrol langsung oleh informasi yang diberikan oleh pemanggil. Sentral telepon dengan sistem ini biasanya menggunakan teknologi analog. Contoh dari sentral telepon jenis ini adalah sentral telepon EMD. Informasi yang diberikan oleh pemanggil berupa pulsa-pulsa dari pesawat telepon putar (dial). Pulsa-pulsa tersebut akan menggerakkan selector sesuai dengan jumlah pulsa yang diterimanya, sehingga sentral telepon jenis ini lebih dikenal dengan sebutan telepon step by step [2].

b. Sistem Pengontrolan Tidak Langsung ( Indirect controlledsystem )

Dalam sistem pengontrolan tidak langsung, informasi dari pemanggil akan disimpan dalam suatu register. Sehingga sentral telepon jenis ini lebih dikenal dengan sebutan sentral SPC (Storage Program Control). Setelah informasi yang diperlukan mencukupi, maka sentral telepon akan mencari pelanggan yang dipanggil. Bila telah didapat, hubungan akan dilaksanakan. Keuntungan dari sistem ini dibandingkan sistem pengontrolan langsung adalah proses pembangunan hubungan akan lebih cepat, pemakaian peralatan akan lebih efisien dan kapasitas penyambungan lebih besar [2].

Dalam jalur analog satu kanal hanya untuk satu pasang pelanggan atau hanya satu hubungan komunikasi sedangkan jalur digital menyalurkan sinyal digital dalam bentuk bit 0 dan 1 ( sistem biner ) yang disusun dalam satuan byte.

Saat ini banyak sentral telepon yang digunakan berteknologi digital. Hal ini disebabkan keunggulannya lebih banyak dibandingkan dengan sentral analog.

Perbedaan utama antara sentral digital dengan sentral analog adalah dalam proses penyambungannya. Dalam sentral digital tidak digunakan kontak mekanik untuk menyambungkan dua pelanggan, akan tetapi proses penyambungan dilakukan dengan cara saling tukar data sinyal yang telah dikodekan. Dengan cara ini proses penyambungan akan lebih cepat, selain itu pada proses tranmisi sinyal digital diterapkan proses multiplexing sehingga pemakaian saluran physik menjadi lebih efisien, sehingga kapasitas sentral menjadi lebih besar dengan dimensi yang lebih kecil. Sentral telepon digital merupakan suatu sistem yang dikontrol oleh

processor, sehingga untuk dapat beroperasi diperlukan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).

Sinyal analog dikarakteristikkan oleh frekuensi, amplitude dan pasa. Dalam sistem transmisi analog ini proses penyebarannya melalui media gelombang elektromagnetik yang bervariasi dengan berkelanjutan. Pada sistem transmisi digital, sinyal disebar sebagai pulsa tegangan diskrit (tegangan positif mewakili biner 1, dan tegangan negatif mewakili biner 0) sinyal digital diukur pada bit per detik (bps). Pada komunikasi data, sinyal analog digunakan untuk mentransmisi informasi ke sistem telepon atau ke sistem komunikasi radio. Sinyal suara dan sinyal digital seperti ditunjukkan pada Gambar 3.7.

Sistem transmisi ini melibatkan transmisi analog ( komunikasi suara ) dan transmisi digital. Media untuk transmisi analog mungkin menggunakan kabel

twisted pair, kabel coaxial, kabel fiber optic radio gelombang mikro dan satelit. Sebuah modem (Modulator/Demodulator) mengubah data digital ke sinyal analog dan sinyal analog dapat diubah ke informasi digital. Proses ini melibatkan sampling dan kuantisasi. Proses ini dipanggil pendigitan. Transmisi analog mengambil tempat hanya diantara pertukaran lokal, kantor dan rumah. Proses

Dokumen terkait