• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisi tentang beberapa kesimpulan yang didapat berdasarkan hasil analisis dan juga saran untuk penelitian yang dapat dilakukan selanjutnya

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1Jaringan Kabel (Wired)

Jaringan kabel merupakan tipe jaringan yang dikembangkan pertama kali untuk membantu aktivitas transmisi data. Jaringan kabel melibatkan penggunaan beberapa router ataupun switch, kabel ethernet dan juga konektor untuk menghubungkan antar komputer. Jaringan kabel sendiri memiliki beberapa karakteristik seperti di bawah ini :

a. Bandwidth pada jaringan kabel tidak terbatas sehingga transfer data melalui kabel memiliki kecepatan yang tinggi.

b. Sangat minim akan gangguan karena transmisi menggunakan kabel tidak terpengaruh oleh interferensi

Dalam penggunaannya, kabel jaringan memiliki beberapa tipe yang disesuaikan dengan kebutuhan jaringan tertentu. Setiap tipe kabel ini memiliki karakteristik tersendiri seperti besar bandwidth dan kecepatan yang kemudian akan mempengaruhi proses transmisi yang dilakukan.

2.2Jaringan Nirkabel (Wireless)

Jaringan wireless adalah jaringan dengan menggunakan teknologi

nirkabel, dalam hal ini adalah hubungan telekomunikasi suara maupun data dengan menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai pengganti kabel. Teknologi nirkabel ini lebih sering disingkat dengan istilah jaringan wireless.

Teknologi wireless juga dapat digunakan untuk komunikasi, dikenal dengan

istilah wireless communication atau transfer informasi secara jarak jauh tanpa

keribetan penggunaan kabel, misalnya telepon seluler, jaringan komputer wireless

dan satelit. Adapun pengertian lainnya adalah sekumpulan standar yang digunakan

untuk Jaringan Lokal Nirkabel (Wireless Local Area Networks – WLAN) yang

didasari pada spesifikasi IEEE 802.11. Terdapat tiga varian terhadap standard

802.11. ketiga standard tersebut biasa di singkat 802.11a/b/g. Versi Wireless LAN 802.11b memilik kemampuan transfer data kecepatan tinggi hingga 11Mbps pada band frekuensi 2,4 Ghz. Versi berikutnya 802.11a, untuk transfer data kecepatan tinggi hingga 54 Mbps pada frekuensi 5 Ghz. Sedangkan 802.11g berkecepatan 54 Mbps dengan frekuensi 2,4 Ghz. Proses komunikasi tanpa kabel ini dimulai dengan bermunculannya peralatan berbasis gelombang radio, seperti walkie talkie, remote control, cordless phone, telepon seluler, dan peralatan radio lainnnya. Lalu adanya kebutuhan untuk menjadikan kompuer sebagai barang yang mudah dibawa (mobile) dan mudah digabungkan dengan jaringan yang sudah ada. Hal-hal seperti ini yang akhirnya mendorong pengembangan teknologi wireless untuk jaringan komputer.

Mode jaringan Wireless Local Area Network terdiri dari dua jenis yaitu

mode Ad-Hoc dan mode infrastruktur. Sebenarnya jaringan Wireless LAN hampir

sama dengan jaringan kabel LAN, akan tetapi setiap node pada WLAN menggunakan kanal frekuensi yang sama dan SSID yang menunjukkan identitas dari piranti wireless, itu yang membedakan jaringan kabel LAN dengan wireless LAN.

2.2.1 Mode Infrastruktur dan AdHoc Network

Jaringan wireless biasanya terdiri dari dua model yaitu fixed dan mobile. Jaringan fixed wireless tidak mendukung mobilitas dan kebanyakan adalah point to point, seperti microwave network dan geostationary satellite network. Lain halnya dengan jaringan mobile wireless yang sangat dibutuhkan oleh pengguna yang bergerak. Jaringan mobile dibagi dalam dua kategori utama yaitu jaringan yang memiliki infrastruktur dan jaringan yang tidak memiliki infrastruktur atau yang biasa disebut dengan Ad Hoc. Pada mode infrastruktur, tiap node mengirim dan menerima data melalui sebuah konsentrator, dalam WLAN, konsentrator biasa berupa access point, sedangkan pada komunikasi telepon selular

biasaya digunakan BTS, dimana dalam hal ini BTS adalah media perantara antara telepon genggam satu dengan lainnya.

Pada gambar 2.2 berikut ini diperlihatkan topologi sederhana dari jaringan wireless dengan mode infrastrktur pada WLAN.

Gambar 2.1 Jaringan Nirkabel Mode Infrastruktur

Sedangkan pada pada model Ad Hoc yang biasa dikenal sebagai jaringan peer- to-peer, setiap node dilengkapi dengan wireless adapter yang mengirim dan menerima data, ke dan dari node lain secara langsung seperti pada gambar dibawah ini merupakan sebuah contoh sederhana topologi jaringan Ad Hoc yang terdiri dari 3 node.

2.3 Congestion Control

Congestion terjadi karena adanya penggunaan kapasitas jaringan yang

melebihi kapasitas yang tersedia, hal ini terjadi ketika bufferantrian pada router

mengalami overload. Dengan penuhnya buffer antrian maka paket yang datang

ketika terjadi congestion akan di drop dan menyebabkan turunnya nilai dari

throughputdan juga delay yang tidak terprediksi.

Mekanisme yang digunakan untuk mengatasi masalah congestion ini

adalah sebagai berikut : 1. Congestion Avoidance

Congestion Avoidance merupakan mekanisme yang digunakan untuk

mencegah terjadinya congestion. Congestion Avoidance pada TCP

menggunakan packet loss sebagai indikator adanya congestion, di sisi lain

ada juga yang menggunakan perhitungan RTT sebagai indikator terjadinya congestion.

2. Congestion Control

Congestion control merupakan mekanisme yang digunakan ketika congestion telah terjadi. Congestion control sendiri diimplemetasikan melalui dua sisi yaitu:

a. Congestion control pada host ujung di jaringan yang berpusat pada protokol transport (TCP).

b. Congestion control yang terjadi pada router di jaringan (mekanisme antrian).

Meskipun sudah diimplementasikan dan berjalan, Congestion

control masih memiliki tantangan tersendiri. Dengan adanya pengiriman paket dari berbagai sisi host dan dengan waktu yang tidak teratur maka perubahan (seperti pengaturan kecepatan pengiriman paket) yang dilakukan

melalui congestion control dalam penyesuaian dengan kapasitas jaringan

2.4 TCP TAHOE

TCP Tahoe merupakan algortitma algoritma yang paling sederhana dari TCP varian lainnya. TCP Tahoe didasarkan pada tiga algoritma kongesti kontrol,

yaitu slow start (SS), congestion avoidance (CA)dan fast retransmit. Tahoe tidak

menggunakan algoritma fast recovery. Pada fase congestion avoidance, Tahoe

memperlakukan duplikat tiga ACK sama dengan time-out. Ketika duplikat tiga

ACK diterima, Tahoe akan menggunakan fast retransmit, menurunkan nilai

Congestion Window menjadi satu, dan mulai masuk ke fase slow start.

2.4.1 Slow-Start

Slow-start merupakan fase di mana TCP mencari tahu tentang kapasitas jaringan yang ada. Pertama TCP akan mengirimkan 1 paket dan

menunggu ACK yang datang, jumlah paket akan terus ditingkatkan dari 1

paket, lalu 2 paket, lalu 4 paket dan seterusnya naik secara eksponensial. Kenaikan secara eksponensial ini akan berhenti ketika terdeteksi adanya packet loss dengan tidak diterimanya ACK, pada titik ini berarti kenaikan

CWND sudah mencapai titik ssthreshold. Setelah mencapai titik

ssthreshold inilah kenaikan akan berubah menjadi kenaikan secara linier. .

2.4.2 Congestion Avoidance

Merupakan fase di mana TCP berusaha menghindari congestion.

Dalam fase ini, CWND akan naik secara linear (bertambah 1) dan ketika

terjadi 3 duplikasi ACK maka nilai sstreshold akan diturunkan setengah

nilai CWND dan nilai CWND sendiri diturunkan sebesar nilai sstreshold.

Gambar 2.4 Congestion Avoidance

2.4.3 F ast Retransmit

Pada fase ini terjadi retransmisi pada paket yang hilang. Ketika menerima 3 duplikasi ACK maka akan dilakukan retransmisi pada paket

yang hilang dengan menurunkan nilai congestion window menjadi 1 dan

mulai masuk ke fase slow start.

2.5 TCP NEWRENO

TCP NewReno merupakan pengembangan dari TCP Reno. Sama seperti

TCP Reno, TCP NewReno juga mempertahankan prinsip dasar dari TCP Reno

seperti, sloswstart, congestion avoidance, fast retransmit dan fast recovery. TCP NewReno membuang fase slow start pada saat mendeteksi kongesti melalui diterimanya 3 duplikasi ACK. Untuk selanjutnya proses ini disebut dengan nama fast recovery. Pada saat pengirim menerima 3 duplikasi ACK maka nilai

threshold akan diturunkan menjadi setengah dari nilai congestion window saat

sebelum terjadi kongesti, dan nilai congestion window ditetapkan sama dengan

nilai threshold dan selanjutnya kecepatan pengiriman data akan meningkat secara

linier.

2.5.1 Slow-Start

Slow start merupakan fase pertama dari TCP NewReno yang bertujuan untuk mengirim paket dijaringan dengan cepat. Dalam fase slow start, TCP NewReno akan memulai dengan mengirimkan 1 paket dan menunggu ACK yang datang, jumlah paket akan terus ditingkatkan dari 1 paket, lalu 2 paket, 4 paket dan seterusnya naik secara eksponensial. Kenaikan secara eksponensial ini akan berhenti ketika

terdeteksi adanya packet drop dengan tidak diterimanya ACK, pada titik

ini kenaikan congestion window sudah mencapai titik ssthreshold.

Setelah mencapai titik ssthreshold kenaikan akan berubah menjadi

kenaikan secara linear.

2.5.2 Congestion Avoidance

Congestion avoidance adalah fase kedua setalah Slow-Start. Congestion avoidance merupakan fase di mana TCP berusaha

menghindari congestion. Dalam fase ini, congestion window akan naik

secara linear (bertambah 1). Ketika TCP menerima 3 duplikasi ACK,

maka hal ini akan menurunkan nilai congestion window setengah dari

nilai ssthreshold.

2.5.3 F ast Retransmit

Fast Retransmit adalah fase ketiga setelah Congestion Avoidance. Fast Retransmit merupakan peningkatan terhadap TCP dalam rangka mengurangi waktu tunggu oleh pengirim sebelum

waktu untuk mengetahui segmen yang hilang. Jika acknowledgement

tidak diterima untuk packet tertentu dalam jangka waktu tertentu, maka

pengirim akan menggangap paket tersebut hilang dalam jaringan dan

akan dilakukan retransmit untuk segmen yang hilang. Duplikat

acknowledgement merupakan dasar mekanisme fast retransmit, yang akan bekerja sebagai berikut : setelah menerima paket (misal paket

dengan sequence number 1), maka penerima akan mengirimkan

acknowledgment dengan menambahkan 1 pada paket yang diterima

(yaitu sequence number2), yang berarti bahwa penerima sudah

menerima paket dengan sequence number 1 dan mengharapakan paket

dengan sequence number 2.

Kemudian diasumsikan bahwa paket berikutnya hilang.

Sementara itu, penerima tetap menerima paket dengan sequence number

3 dan 4. Setalah menerima paket dengan sequence number 3, penerima

tetap mengirimkan acknowledgement, tetapi hanya mengirimkan paket

dengan sequence number 2. Ketika penerima menerima paket dengan

sequence number 5, penerima tetap mengirimkan acknowledgement

dengan sequence number 2. Karena pengirim menerima

acknowledgement dengan sequence number 2 lebih dari satu (3 duplikat acknowledgement dengan sequence number 2), maka paket dengan sequence number 2 telah hilang, sehingga pengirim akan melakukan retransmit paket tersebut.

2.5.4 F ast Recovery

Tujuan dari fase fast recovery adalah menjaga throughput agar

tetap tinggi saat terjadi congestion. Di fase ini, ketika menerima 3

duplikat ACK akan melakukan fast retransmission yang dilanjutkan

dengan fase fast recovery, TCP tidak masuk ke fase slowstart,

melainkan masuk pada fase congestion avoidance. Pada fase ini, TCP

TCP NewReno mampu menangani multiple packet error. Jika didalam window terdapat hanya single error, kedua TCP akan melakukan fase fast retransmit dilanjutkan ke fase fast recovery.

2.6 Manajemen Antrian

Meskipun jaringan kabel hampir tidak memiliki gangguan, tetapi yang

menjadi masalah tersendiri adalah kemampuan routersebagai penghubung antar

network jaringan. Salah satu yang dihadapi oleh router dengan adanya paket besar yang datang melalui kabel menyebabkan antrian yang besar dan kapasitas

buffer router akan mengalami kendala. Ketika terjadi packet flooding yang besar

maka buffer pada router akan penuh sehingga menimbulkan adanya packet loss.

Packet lossyang terjadi ini juga dipengaruhi oleh algoritma manajemen antrian

yang berupa Drop Tail atau RED (Random Early Detect).

Manajemen antrian droptail dapat disebut sebagai algoritma manajemen

antrian yang paling sederhana dan merupakan manajemen antrian yang bersifat pasif. Antrian droptail memiliki cara kerja yaitu paket yang datang terlebih dahulu akan keluar terlebih dahulu maksudnya adalah paket yang dating terlebih dahulu akan masuk ke ruang antrian akan diproses dan ditransmisikan, tetapi ketika ruang antrian penuh maka paket yang dating akan dibuang. Adanya paket

yang dibuang ini menyebabkan koneksi TCP yang terhubung dengan link ini

akan dipaksa untuk melakukan slow-start ataupun fast recovery.

Sedangkan random early detection merupakan sebuah manajemen

antrian yang bekerja dengan tidak menunggu paket yang akan dibuang saat ruang

antrian penuh. Manajemen antrian random early detection mempunyai 2

penghitungan yang dipakai yaitu yang pertama untuk menghitung rata-rata

antrian dalam buffer dan yang kedua untuk menentukan seberapa besar

probabilitas sebuah paket yang telah ditandai untuk dibuang. Dalam melakukan

penghitungan berapa moving average pada ruang antrian, random early detection

Dengan hasil dari penghitungan moving average tersebut, kita bias menggunakannya untuk menghitung probabilitas paket yang akan dibuang. Jadi

sebenarnya cara kerja manajemen antrian random early detection adalah ketika

moving average dibawah minthreshold maka semua paket yang masuk tidak

ditandai. Apabila moving average diantara minthreshold dan maxthreshold maka

semua paket yang masuk akan ditandai. Kemudian dari paket-paket yang telah

ditandai tersebut akan dibuang secara acak dan apabila moving average diatas

batas maxthreshold maka semua paket yang dating dibuang.

2.7 Network Simulator (OMNET++)

Omnet++ atau omnetpp adalah network simulation software

discrete-event yang bersifat open source (sumber code terbuka).Discreate-event berarti simulasinya bertindak atas kejadian langsung didalam event . Secara analitis,

jaringan komputer adalah sebuah rangkaian discrete-event. Komputer akan

membuat sesi memulai, sesi mengirim dan sesi menutup. OMNet++ bersifat object-oriented berarti setiap peristiwa yang terjadi di dalam simulator ini berhubungan dengan objek-objek tertentu.OMNet++ juga menyediakan infrastruktur dan tools untuk memrogram simulasi sendiri. Pemrograman

OMNet++ bersifat object-oriented dan bersifat hirarki. Objek-objek yang besar

dibuat dengan cara menyusun objek-objek yang lebih kecil.

Objek yang paling kecil disebut simple module, akan memutuskan algoritma yang akan digunakan dalam simulasi tersebut.Omnet++ menyediakan arsitektur komponen untuk pemodelan simulasi. Komponen (modul)

menggunakan bahasa programing C++ yang berekstensi “.h” dan “.cc”.

Omnet++ memiliki dukungan GUI (Graphical User Interface) yang

luas, karena arsitektur yang modular, simulasi kernel yang dapat di compile dengan mudah disistem. Omnet juga mendukung beberapa framework misalnya Inet dan Inetmanet, framework tersebut yang akan membantu user untuk mampu mengembangkan sebuah simulasi jaringan.

BAB III

RANCANGAN SIMULASI JARINGAN

3.1. Diagram Alur Penelitian

Mulai Menentukan Parameter Simulasi Menentukan Topologi Menentukan Skenario Simulasi

Pembuatan Skrip dan Menjalankan Simulasi Berfungsi Data Hasil Simulasi Pengolahan Data Analisis Selesai Tidak Ya

3.2. Penjelasan Diagram Alur Penelitian

Menentukan Topologi

Pertama kali yang harus dilakukan penulis pada penelitian ini adalah dengan menentukan topologi simulasi. Topologi yang dibuat haruslah sesuai dengan kebutuhan pengujian. Topologi yang akan dibuat ada 2 yaitu pada

jaringan kabel dan nirkabel. Disini penulis menggunakan topologi dumb-bell.

Menentukan Parameter Simulasi

Selanjutnya penulis akan menentukan parameter yang dipakai untuk simulasi. Parameter yang dipakai haruslah sesuai dan mendukung dengan penelitian dari topik yang diangkat. Disini penulis memakai parameter throughput, end to end delay dan packet drop.

Menentukan Skenario Simulasi

Dalam menentukan skenario disini penulis membandingkan antara skenario pada jaringan kabel dan jaringan nirkabel dengan begitu akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Penulis menentukan skenario pada jaringan

kabel dengan penambahan ukuran ruang antrian (buffer size) sedangkan pada

jaringan nirkabel dengan penambahan besar link error probability.

Pembuatan Script dan Menjalankan Simulasi

Setelah menentukan skenario simulasi maka tahap selanjutnya adalah

membuat script yang dibutuhkan untuk skenario pada jaringan kabel dan

nirkabel yang sudah dibuat sebelumnya kemudian jalankan simulasi tersebut.

Disini penulis menggunakan simulator OMNet+ + untuk menjalankan

simulasinya dengan membuat topologi dan script masing-masing pada jaringan

kabel dan nirkabel.

Pengolahan Data

Jika pembuatan topologi dan script sudah jadi maka simulator siap di

jalankan. Ketika sudah selesai menjalankan simulator maka akan diperoleh data-data mentah yang akan disaring sesuai dengan parameter yang sudah

ditentukan dan diambil nilainya seperti average throughput, end to end delay,

Analisis Data

Hal terakhir yang akan dilakukan penulis adalah melakukan analisis data dari hasil menjalankan simulasi. Data sudah diambil dari simulasi kemudian bisa dianalisis dengan membuatnya menjadi gambar grafik ataupun tabel.

3.3. Skenario dan Topologi Jaringan

Simulasi ini terdiri dari satu skenario masing-masing pada jaringan yang berbeda yaitu pada jaringan kabel menggunakan buffer size dan pada jaringan

nirkabel menggunakan link error probability.

3.3.1 Skenario Jaringan Kabel : Efek buffer size

Pada skenario di jaringan kabel kita akan melihat kinerja TCP Tahoe

dan NewReno dalam mengirim paket dari host source sampai ke destination

dengan memainkan buffer size dan juga diganggu aliran data UDP

menggunakan topologi Dumbbell.Pada skenario ini dilakukan penambahan

buffer size dari kecil hingga besar yaitu dari 10 paket sampai 50 paket dengan model antrian droptail di setiap router kemudian hasil data dari simulasi akan ditampilkan dalam suatu tabel dan grafik.

a. Topologi Jaringan Kabel

b. Parameter Simulasi Jaringan Kabel

Tabel 3.1 Parameter Simulasi Jaringan Kabel Parameter Simulasi

Waktu simulasi 200s

Jumlah host 4

Traffic source TCP vs UDP

Koneksi TCP & UDP 1

TCP packet size 1024 byte

UDP VoIP talk packet size 2048 byte

Datarate Access Link 10Mbps / 2ms

Datarate Bottleneck Link 10Mbps / 2ms

Queue Type DropTail

Buffer size 10, 20, 30, 40, 50 packet

3.3.2 Skenario Jaringan Nirkabel : Efek link error probability

Pada skenario di jaringan nirkabel kita akan melihat kinerja TCP Tahoe dan NewReno dalam mengirim paket pada jaringan yang memiliki link error. Dengan memainkan gangguan error probability berupa bit error rate dan juga diganggu aliran data UDP menggunakan jaringan infrastructure yang bisa dilihat pada gambar 3.4. Penambahan error probability menggunakan bit error rate dari 0.0001 sampai 0.00005 dengan

model antrian droptail kemudian hasil data dari simulasi akan ditampilkan

dalam suatu tabel dan grafik.

a. Topologi Jaringan Nirkabel

Gambar 3.3 Topologi Jaringan Nirkabel

b. Parameter Simulasi Jaringan Nirkabel Tabel 3.2 Parameter Simulasi Jaringan Nirkabel

Parameter Simulasi

Waktu simulasi 200s

Jumlah host 4

Traffic source TCP vs UDP

Koneksi TCP & UDP 1

TCP packet size 1024 byte

UDP talk packet size 2048 byte

Datarate Access Link 10Mbps / 2ms

Bit Rate 1Mbps

Queue Type DropTail

3.4. Parameter Kinerja

Didalam penelitian tugas akhir ini penulis menggunakan 3 parameter pada kedua jaringan yaitu kabel dan nirkabel, antara lain :

3.4.1. Average Throughput

Throughput merupakan jumlah bit data per satuan waktu yang dikirim ke suatu destinasi melalui jaringan. Semakin besar nilai throughput

maka akan semakin baik. Kualitas protokol transport dapat terlihat melalui

besarnya throughput yang dihasilkan. Hal tersebut dapat menjadi tolak ukur

performansi protokol transport yang diuji.

Berikut adalah rumus untuk menghitung throughput :

Throughput = � �� � � � �� � ��� � ���� � � �

3.4.2. Packet Drop

Packet drop merupakan suatu kegagalan pada satu atau lebih paket yang sudah ditransmisikan untuk mencapai destinasi sehingga paket tersebut

dibuang (drop). Semakin tinggi packet drop menunjukkan suatu keadaan

jaringan yang memiliki masalah. Packet drop sendiri terjadi karena buffer

overflow (congestion) dan juga bit error (pada jaringan wireless).

3.4.3. Delay (End to End delay)

End to End delay merupakan waktu yang ditempuh oleh paket dari

ketika paket itu dikirim hingga mencapai destinasi. Nilai delay dapat

dipengaruhi oleh cara kerja dari protokol transport, sehingga nilai delay

dapat dijadikan parameter pembeda antar protokol transport. Rumus end to

end delay adalah sebagai berikut :

BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISIS

Untuk mengetahui hasil dari penelitian perbandingan unjuk kerja TCP Tahoe dan TCP NewReno pada jaringan kabel dan jaringan nirkabel maka dilakukanlah skenario simulasi jaringan yang telah direncanakan pada Bab 3.

4.1. Jaringan Kabel

4.1.1. Efek Buffer Size

Tabel 4.1 Tabel hasil efek buffer size pada TCP Tahoe dan NewReno Buffer

Size

Average Troughput Packet Drop End to End Delay

Tahoe NewReno Tahoe NewReno Tahoe NewReno

10 paket 99659.36 151401 645 1370 0.011672 0.014402

20 paket 104924.2 161901.8 480 1222 0.012924 0.015702

30 paket 109021.8 163686.6 374 1106 0.014169 0.018813

40 paket 133541.8 174962.6 373 601 0.016877 0.020379

4.1.2. Efek Buffer Size pada Throughput

Gambar 4.1 Average throughput TCP pada penambahan buffer size

Pada gambar 4.1 Penambahan buffer size akan menaikkan

throughput dari kedua protokol TCP Tahoe dan NewReno tetapi hanya

sampai pada pemberian efek buffer size dengan nilai 50. Hal ini disebabkan

karena semakin besar buffer size atau ukuran ruang antrian yang diberikan

maka akan semakin banyak paket yang bisa dikirim dan diterima pada

ruang antrian dengan begitu pada sisi throughput akan mengalami

peningkatan. Dilihat dari gambar 4.1 bisa diketahui bahwa TCP NewReno

menunjukan data yang lebih unggul dari TCP Tahoe, hal ini disebabkan

oleh perbedaan penanganan packet error pada kedua protokol karena pada

TCP NewReno bisa menangani lebih banyak packet error pada fase fast recovery bila dibandingkan dengan TCP Tahoe yang ketika menerima satu packet error maka akan langsung jatuh karena TCP Tahoe tidak memiliki fase fast recovery.

0 50000 100000 150000 200000 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 T H R O U G H P U T ( BI T /S )

BUFFER SIZE (PACKETS)

AV E R AG E T H R O U G H P U T

4.1.3. Efek Buffer Size pada Packet Drop

Gambar 4.2 Packet drop TCP pada penambahan efek buffer size

Pada gambar 4.2 Penambahan buffer size menyebabkan jumlah packet

drop dalam jaringan semakin turun pada masing-masing protokol yaitu

TCP Tahoe dan NewReno. Penurunan jumlah packet drop disebabkan oleh

penambahan kapasitas ruang antrian yang semakin besar, karena buffer size

yang besar akan memiliki ruang yang besar untuk menampung lebih

banyak paket, karakteristik TCP NewReno yang mengirim paket dalam

jumlah yang besar itu membutuhkan buffer size yang cukup besar untuk

Dokumen terkait