• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kerusakan terumbu karang yang paling Nampak di Pulau Hari ditemukan pada titik pengamatan bagian barat yang ditunjukkan dengan penurunan persentasi tutupan karang selama enam minggu pengamatan. Pada minggu pertama ditemukan tutupan karang hidup berada pada 43,8% setelah enam minggu kemudian, persentasi tutupan karangnya menurun menjadi 40,38%. Penurunan persentasi ini menunjukkan kondisi kerusakan terumbu karang yang sangat serius dan cepat. Penyebab utamanya adalah melimpahnya A. planci di titik pengamatan tersebut.

Pengaruh A. planci di Pulau Hari terhadap kondisi terumbu karang terumbu karang menunjukkan kondisi yang sangat nampak, dimana indeks predasi tertinggi ditemukan di titik pengamatan sebelah barat dengan nilai 1,952054. Sedangkan di dua titik pengamatan yang lain yaitu selatan dan utara menunjukkan indeks predasi yang lebih rendah dengan nilai masing -0,06094 dan -0,03782. Keadaan indeks predasi yang tinggi tersebut juga didukung oleh jumlah kehadiran organisme A. placi di titik pengamatan dimana pada titik sebelah barat ditemukan sebanyak 41 individu A. planci. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan 2 titik pengamatan yang lainnya.

Saran

Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak mencakup keseluruhan kondisi terumbu karang yang ada di Pulau Hari yang disebabkan oleh adanya pengaruh arus pasang surut yang sangat deras pada daerah-daerah tertentu sehingga hanya dilakukan pada tiga titik pengamatan yaitu sebelah barat, utara dan selatan. Selain itu, penelitian ini juga hanya dilakukan dalam selang waktu enam minggu pengamatan sehingga hanya memberikan gambaran kondisi terumbu karang dalam waktu tersebut. Sedangkan dari sisi individu A. planci hanya dilakukan perhitungan terhadap jumlah individu yang ditemukan namun tidak dilakukan pengukuran biomassanya. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lanjutan tentang penempatan titik-titik pengamatan yang dilakukan secara spasial dan temporal dan jangka waktu yang lebih panjang serta pengamatan terhadap A. planci dengan menghitung biomassanya.

Pengaruh dari kelimpahan A. planci terhadap kerusakan terumbu karang merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pengambil kebijakan. Karena berdasarkan hasil penelitian ini yang dilakukan dalam selama selang waktu enam minggu pengamatan terjadi penurunan persentasi terumbu karang yang cukup serius. Dengan demikian perlu adanya monitoring terhadap kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh A. planci secara terus-menerus untuk melihat perubahan yang dialami oleh terumbu karang tersebut. Pengelolaan yang perlu dilakukan terhadap kondisi terumbu karang yang ada di Pulau Hari kedepan adalah mempertahankan predator alami A. planci dan pengendalian secara teknis A. planci dengan cara menangkapnya dan membawanya ke darat.

33

DAFTAR PUSTAKA

Aziz A. 1995. Beberapa Catatan Tentang Kehadiran Bintang Laut Jenis Acanthaster planci di Perairan Indonesia. Oseana Vol.XX, 2: 23-31. Jakarta.

Bachtiar I. 2009. Bintang Laut Mahkota Duri (Acanthaster planci, Asteroidea).

http://mycoralreef.wordpress.com. (Di akses 25 November 2013).

Baker A, Romanski AM. 2007. Multiple simbiotic partnerships are common in scleractinian corals, bat not in octocorals. Marine Ecology ProgressSeries Vol. 335: 237-242, 2007. Published April 16 © Inter-research 2013. www.int-res.com. Birkeland C, and Lucas JS. 1990. Acanthaster planci:Major Management problem of

coral reef . Boston. CRC press

Blank R.J, Trench R.K. 1985. Nomenclature of endosymbiotic dinoflagellates. Taxon 35:286–658.

Borneman E. 1998. Getting Up-To-Date on Zooxanthellae. www.aquarium.net/ 0998/0998. Dikunjungi tanggal 16 Maret 2013.

Brower, J.E., J.H. Zar. 1977. Field and laboratory methods for general ecology. Wm. C. Brown Company Publisher, Dubuque, Iowa.

Brower J, Zar J, von Ende C. 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology. Wm. C. Brown Publ.

Bryant D, Burke L, McManus J, Spalding M. 1998. Reefs at Risk: A Map Based Indicator of Potential Threats to the World’s Coral Reefs. Worlds Resources Institute (WRI), Washington, D.C. 56pp. Available online:www.wri.org/indictrs/reefrisk.htm

Burn TP, 1985, Hard coral distribution and cold water disturbances in South Florida : Variation with depth and location. Coral Reefs, 4:117-24

Campbell JW, Aarup T, 1989. Photosynthetically available radiation at high latitude. Limnol. Oceanogr. 34:1490-1499.

Coles SL, Fadlallah YH, 1991. Reef coral survival dan mortality at low temperatures in arabian Gulf : a new species-specific lower temperature limits. Coral Reefs, 9 : 231-7.

CRC (2003) Crown-of-thorns starfish in the Great Barrier Reefs: Current State of Knowledge. Cooperative Research Centers (CRC) Reef Research Center. Townsville, Australia

Crossland CJ, 1984. Seasonal variation in the rates of calcification and productivity in the coral Acropora formosa on a high latitude reef. Mar. Ecol. Prog. Ser. 15 :135-140.

Davis GE, 1982. A century of natural change in coral distribution in the dry Tortugas : a comparison of reef map from 1881 and 1976. Bull. Mar. Sci. 32:233-258. De’ath G, and Moran PJ. 1998. Factors affectingthe behafior of crown-of-thorns

starfish (Acanthaster planci) on the Great Barrier reef. Feeding preferences.J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 220: 107-126.

Effendi I. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

34

Endean R. 1987. Acanthaster planci Investation. pp. 299-237. In B. salvat (editor). Human Impact on Coral Reefs: Facts and Recommendations, Antenne Museum E.P.H.E. French Polynesia. Australia.

English SC, Wilkinson, Baker V. 1994. Survey Manual For Tropical Marine Resources. ASEAN-Australia Marine Science Project: Living Coastal Resources. Australia Institute of Marine Science. Townsvile.

Fraser N. Crawford BR, Kusen J. 2003. Panduan Pembersihan Bintang Laut Berduri, Koleksi Dokumen Pesisir. USAID-ICRMP, Jakarta. 34 hal.

Glinn MA. 1996. Innvative genus: A framework for relatingindividuan and organization intelligences to innovation Academy of Management Review Vol. 21(4) pp 1081-1111.

Gomez ED, Halen TY. 1988. Monitoring Reef Condition. In: Eds.: R.A. Kenchington and B.E.T., Hudson. p.187-195. UNESCO. Jakarta.

Guzman HM, Cortes J. 1989. Coral reef community structure at Cano Island, Pacific Costa Rica. Mar. Ecol. 10 : 23-41.

Jos MC. 2009. Flexibility of the Coral alga Simbiosis in the Face of Climate Change : infestigating the adaptive bleaching hypothesis Printed by Ipskamp Drukkers, Enschede, The Netherlands.

Lane DJW (1996) A crown-of-thorns outbreak in the eastern Indonesian Archipelago, February 1996. Coral Reefs 15:209-210

Liaw WK. 1969. Chemical and Biological Studies of fish Pond and Reservoir in Taiwan. Chinese America Joint Comission on Rural. Recontruction Fish, Series 7: 1-43.

Lucas J. 1987. Life History. The Crown of Thorns Starfish, Australian Science Magazine, Issue 3. GBRMPA, Queensland

Ludwig JA, Reynold, JF. 1988. Statistical Ecology. A. Primer on Method on Competing: Jhon Willey and Sons

Manuputty A, Budiyanto A. 2000. Sebaran Spasial Karang Mati di Perairan Karimun Jawa, Jawa Tengah, Prosiding Lokakarya Pengelolaan dan IPTEK Terumbu Karang Indonesia. COREMAP LIPI.22-23 Nop 1999.

Moran PJ. 1990. The Acanthaster plancii (L.); Biographical Data. Coral Reefs 9; 95-96.

Moran PJ Reichelt RE Bradbury RH (1986) An assessment of the geological evidence for previous outbreaks. Coral Reefs 4:235-238

Nur 2001. Pemanfaatan Sumberdaya Terumbu Karang di Perairan Kecamatan Tomia Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara. LPKL. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Kendari.

Nybakken JW. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi (Edisi Terjemahan : M Edman, DG Bengen, Koesobiono). Gramedia. Jakarta.

Obura D dan Grimsdich G. 2009. Resilience assessment of coral reefs: rapidassessment protocol for coral reefs, focusingon coral bleaching and thermal stress. IUCN resiliencesciencegroup working peper series 5.

35

Rani C, Yusuf S, Benedikta, F.D.S. 2010. Preferensi dan Daya Predasi Acanthaster planci terhadap Karang Keras. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanudin. Makassar.

Reid C, Marshall J, Logan D, Kleine D. 2009. Coral Reefs and Climate Change. Coralwatch, The University of Queensland, Australia.272 Hal.

Rosen BR. 1984. Reef coral biogeography and climate through the late Cainozoic : just islands in the sun or a critical pattern of islands. In. Brenchley P. (Ed.). Fossiles and Climate. John Wiley & Sons. New York.

Rowan R, Powers DA. 1991. Molecular genetic identification of zymbiotic dinoflagellates (zooxanthellae). Mar. Ecol Prog. Ser. Vol 71 : 65-73

Rowan R, Knowlton N. 1995. Intraspecific divercity and ecological zonation in coral algal symbiosis. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States Of America. 92(7): 2850-2853.

Simanjuntak M. 2003. Kadar Fosfat, Nitrat dan Silikat Kaitannya dengan Kesuburan di Perairan Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Makalah. Seminar Nasional Kimia dan Kongres Nasional Himpunan Kimia Indonesia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tanggal 22 Februari 2006. Jakarta.

Smith SV. 1981. The Houtman Albarhos Islands : carbon metabolism of coral reefs at high latitude. Limnol. Oceanogr. 26 : 612-21.

Sumadhiharga OK, Djamali A, Badrudin M. 2006. Keanekaragaman Jenis Ikan Karang di Perairan Belitung Barat, Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal Ilmu Kelautan. 11(4): 201-209.

Supriharyono 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Djambatan. Jakarta. Hal: 1-24, 129.

Sukarno M, Hutomo M, Moosa MK, Darsono P. 1983. Terumbu Karang di Indonesia: Sumberdaya, Permasalahan dan Pengelolaannya. Proyek Studi Potensi Sumberdaya Alam Indonesia, Studi Potensi Sumberdaya Hayati Ikan. Jakarta : LIPI. Lembaga Oseonografi Nasional.

Sudjana. 1989. Metoda Statistika. Cetakan ke-5. Bandung: Tarsito

Suharsono. 1998. Kesadaran Masyarakat tentang Terumbu Karang (Kerusakan Karang di Indonesia). Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi –LIPI, Jakarta.

Suharsono. 1991. Bulu Seribu (Acanthaster planci). Oseana Vol. XVI Nomor 3: 1-7. Sutherland K.P et al. 2004. Disease and immunity in Caribbean and Indo-Pacific

zooxanthellate corals. Marine Ecology Progress Series, Vol. 266: 273–302, 2004.

Suwignyo S., dkk., 2005. Avertebrata Air. Jilid I. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm: 55-56, 201.

Thamrin. 2006. Karang: Biologi Reproduksi dan Ekologi. Penerbit Minamandiri Pres. Pekanbaru. 260 hlm.

Tomascik T. 1991. Coral Reef Ecoystem Environmental Management Guidline. Jakarta: Kantor Mentri LH.

Trench RK. 1979. The cell biology of plant animals symbiosis. Ann. Rev. Plant. Physiol. 30 : 485-531.

36

Veron JEN. 1995. Coral in space and time. Australian Institute of Marine Science Cape Ferguson, Townsville, Quensland.

Veron JEN, Terence JD. 2000. Coral and Coral Communities of Lord Howe Island Part 30 Australian Institute of Marine Science. Townsville. 203-236 p.

Wesmacott S, Kristian Teleki, Sue Wells, Jordan West. 2000. Pengelolaan terumbu karang yang Telah Memutih dan Rusak Kritis IUCN (The World Corservation Union) IUCN Publication Services Unit.

Wilkinson CW, Linden O, Cesar H, Hodgson G, Rubens J, Strong A. 1999. Ecological and Socioeconomic Impacts of 1998 Coral Mortality in The Indian Ocean: An ENSO Impact and a Warning of Future Change? AMBIO 28 (2) : 188-196.

Wilkinson CR. 2000. Status of coral reefs of the world : 2000. Australian Institute of Marine Science. Townsville, Australia.

Wilkinson C. 2008. Starus of Coral Reefs of the World: 2008. Global Coral Reef Monitoring Network and Reef and Rainforest Research Centre, Townsville, Australia, 296 p.

Wiadnya DGR. 2011. Bio-Ekologi ikan napoleon, Cheilinus undulatus (Rüppell, 1835) dan terumbu karang. 5 hlm.

Zamani NP. 1995. Effects of environmental stress on cell division and other cellular parameters of zooxanthellae in the tropical symbiotic anemone Heteractis malu, Huddon and Shackleton. Ph.D. Thesis in tropical coastal management the Univ. of Newcastle upon tyne, UK., 261p

37

38

1. Kepadatan A. planci

Waktu Selatan Barat Utara

Minggu 0 1 8 0 Minggu 2 2 9 1 Minggu 4 3 13 1 Minggu 6 4 11 0 jum. 10 41 2 rata2 3.333333 13.66667 0.666667

2. Persentasi tutupan karang hidup

titik pengamatan 1 2 3 Minggu 0 65.64% 43.8% 66.1% Minggu 2 65.62% 41.76% 65.98% Minggu 4 65.4% 40.58% 66.32% Minggu 6 65.8% 40.38% 66.2%

3. Kelimpahan dan keanekaragan ikan karang Balistidae 3 Caesinidae 3 Nemipteridae 3 Siganidae 3 Cirrithidae 2 Pomachantidae 2 Carangidae 1 Ephippidae 1 Haemulidae 1 Holocentridae 1 Famili Jumlah Spesies Pomacentridae 15 Labridae 9 Achanturidae 8 Chaetodonidae 5 Luthjanidae 5 Mullidae 5 Serranidae 5 Apogonidae 4 Letrinidae 4 Scaridae 4

40

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kendari Sulawesi Tenggara, tanggal 17 September 1988 dari ayah Rafahu dan ibu Sunarti Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMAN 4 Kendari dan pada tahun yang sama memasuki Universitas Haluoleo (UHO), melalui jalur SPMB pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan, lulus pada tahun 2010. Penulis Berkesempatan melanjutkan pendidikan magister pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan Sekolah Pasca Sarajana IPB tahun 2011.

Dokumen terkait