• Tidak ada hasil yang ditemukan

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

V.1.1 Efektivitas

1. Hasil analisis data tes, yaitu pretest dan posttest diketahui terdapat hasil yang signifikan kemampuan mahasiswa. Hasil rata-rata pretest mahasiswa yaitu 78,4 (baik) sedangkan rata-rata posttest siswa yaitu 82,02 (baik).

2. Diperoleh nilai t hitung 2,91 lebih besar daripada t tabel untuk derajat kebebasan (df atau db) 35 pada taraf signifikansi 5% yaitu 2,03 dan taraf signifikansi 1% yaitu 2,72. Karena t hitung > t tabel maka Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Berarti, metode Paired Story Telling memberikan pengaruh terhadap kemampuan membuat sakubun mahasiswa

3. Setelah menguji keefektivitasan metode Paired Story Telling dengan menggunakan Normalized Gain didapatkan nilai sebesar 0,45 dengan kategori efektif, sehingga berdasarkan nilai tersebut maka metode Paired Story Telling efektif dalam pembelajaran sakubun.

113

4. Nilai sakubun mahasiswa yanga berada pada nilai dibawah nilai rata-rata pre test sebanyak 13 orang sementara 22 orang termasuk mahasiswa yang memiliki nilai diatas nilai rata-rata, berubah setelah menggunakan metode Paired Story Telling 23 mahasiswa mendapat nilai diatas nilai rata-rata post test sementara 12 mahasiswa lainnya berada pada nilai dibawah rata-rata. Tetapi diketahui bahwa 3 orang diantara mahasiswa yang berada pada nilai diatas rata-rata setelah menggunakan metode Paired Story Telling adalah mahasiswa yang berada pada kategori papan bawah saat sebelum menggunakan metode Paired Story Telling. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa bagi sebagian mahasiswa dengan prestasi di bawah rata-rata, metode ini pada kenyataannya mampu meningkatkan kemampuan menulis, atau dalam tingkatan tertentu metode ini berpengaruh positif terhadap prestasi menulis.

V.1.2 Kesan Responden terhadap metode Paired Story Telling

1. Hasil analisis data angket menunjukkan hasil yang positif dan negatif pada pembelajaran sakubun lebih dari setengahnya responden menyukai metode ini tetapi lebih dari setengahnya pula responden tidak ingin melanjutkan metode ini. Tetapi hampir setengahnya berkeinginan untuk melanjutkan metode Paired Story Telling ini untuk dilanjutkan dalam pembelajaran sakubun.Walaupun begitu, berdasarkan nilai tes, pada kenyataannya dengan metode ini kemampuan mahasiswa dalam

114

membuat sakubun mengalami peningkatan walaupun masih dalam kategori yang sama yaitu baik.

2. Dari 35 orang responden 18 diantaranya merasa bersemangat menulis sakubun dengan menggunakan metode Paired Story Telling, 17 diantaranya tidak bersemangat. Tetapi 17 orang responden ingin melanjutkan metode ini tetapi 18 responden tidak ingin melajutkannya. Hal ini disebabkan karena 18 orang responden merasa ketika menulis sakubun merasa tidak bebas untuk menuangkan ide dan mereka tidak begitu senang bila karangannya diarahkan, sementara 17 orang lainnya merasa sangat senang dan terbantu bila karangan mereka diarahkan. Dari hasil analisis ini dapat diinterpretasikan bahwa bagi sebagian mahasiswa pengarahan dan petunjuk dalam penulisan karangan mampu menuntun mereka untuk menulis lebih baik, dan bahkan memberikan ide-ide untuk karangannya.

3. Dari kesan responden terhadap Metode Paired Story Telling dapat diketahui dari analisis angket dari hal tersebut dapat diketahui kelebihan dan kelemahan metode Paired Story Telling menurut pilihan responden melalui angket yang telah diberikan yaitu :

Kelebihan metode Paired Story Telling adalah :

a. Dengan metode Paired Story Telling lebih mudah membuat karangan.

b. Dengan metode Paired Story Telling pembendaharaan kosakata dan kanji bertambah.

115

c. Dengan metode Paired Story Telling memunculkan banyak ide. d. Dengan metode Paired Story Telling dapat berdiskusi dengan satu

kelompok.

e. Dengan metode Paired Story Telling lebih percaya diri untuk membuat sakubun.

f. Metode ini karena berpasangan sehingga dapat menambah ide yang lain.

g. Metode ini tidak sulit, tidak membosankan dan menarik. Kelemahan metode Paired Story Telling :

a. Metode Paired Story Telling tidak memunculkan ide-ide karena harus melanjutkan cerita sehingga sulit untuk menggabungkan antar paragrafnya.

b. Dengan metode Paired Story Telling sulit untuk menemukan ide-ide sendiri.

c. Dengan metode Paired Story Telling tidak mengetahui kesalahan tata bahasa.

d. Dengan metode Paired Story Telling tidak dapat menulis sakubun lebih panjang dari biasanya.

4. Setelah penulis menganalisis hasil tes dan angket, sebagian besar mahasiswa yang memilih tidak ingin melanjutkan metode Paired Story Telling adalah mahasiswa yang berada pada tingkat atas berdasarkan nilai UTS (Ujian Tengah Semester). Sedangkan mahasiswa yang memilih ingin melanjutkan metode Paired Story Telling adalah

116

mahasiswa yang ada pada tingkat bawah berdasarkan nilai UTS (Ujian Tengah Semester). Berdasarkan hal tersebut penulis menduga bahwa mahasiswa yang berada pada tingkat atas sudah mampu mengembangkan karangannya sendiri secara mandiri, sedangkan mahasiswa yang berada pada tingkat bawah dalam membuat karangan harus lebih diarahkan.

117

V.2 Saran

1. Untuk Pengajar

Banyak metode yang dapat digunakan untuk pembelajaran sakubun. Bukan hanya metode Paired Story Telling atau metode konvesional saja, diperlukan banyak metode yang menarik untuk lebih memotivasi mahasiswa dalam pembelajaran sakubun. sesuai dengan karakteristik kelas (mahasiswa). Oleh karena itu pengajar diharapkan menggunakan metode-metode yang lebih bervariasi dan menerapkan metode yang paling mudah dan paling efektif meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis karangan. Sakubun merupakan salah satu mata kuliah yang paling sulit bagi pembelajar, sehingga penting bagi pengajar mencari metode yang tepat

2. Untuk Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan metode ini lebih baik, baik secara individu maupun secara kelompok pada pembelajaran yang lain seperti dalam pembelajaran choukai atau dokkai.

3. Untuk penelitian selanjutnya

a. Dalam penelitian metode yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dimana hanya menggunakan satu kelas tanpa ada kelas kontrol. Sehingga untuk penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan

118

Eksperimen Murni dengan menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol, untuk menguji metode ini lebih dalam.

b. Seperti bab sebelumnya telah dipaparkan bahwa metode ini dapat digunakan dalam pembelajaran lainnya seperti pada pembelajaran choukai atau dokkai. Sehingga untuk penelitian selanjutnya agar dapat menerapkan metode ini pada pembelajaran lainnya dengan keefektivitasan metode Paired Story Telling ini.

c. Sakubun adalah mata kuliah yang sangat sulit, maka dari itu untuk penelitian selanjutnya agar dapat mengujicobakan metode yang lebih menarik dan efektif untuk mata kuliah sakubun.

d. Untuk penelitian selanjutnya perlu diujicobakan metode Paired Story Telling yang lebih mudah dalam proses pelaksanaannya dan mengemasnya lebih menarik.

119

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Alif, Nuril Nur (2009). Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan Menggunkan Teknik Paired Story Telling. Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Booere, C. George (2009). Metode Pembelajaran dan Pengajaran. Terjemahan dari Shaleh, Abdul Qodir. Yogyakarta : Ar-ruzz Media.

Danasasmita, Wawan (2009). Metodelogi Pembelajaran Bahasa Jepang. Bandung : Rizky press.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1989). Kamus Besar Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Drd, Anas Sudijono (2001): Pengantar Statistik Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada.

Fauziah, Nunik Nur Rahmi (2009). Pembelajaran Sakubun dengan Teknik Diskusi Berkelompok. Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Isjoni (2010). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung : Alfabeta.

Lie, Anita (2008). Cooperative Learning mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Matsuura, Kenji. (1994). Kamus Bahasa Jepang-Indonesia. Kyoto: Kyoto

120

Maulida, Dita (2009). Pengaruh Penggunaan Media Foto pada Pembelajaran Menulis dalam Bahasa Jepang. Skripsi UPI Bandung : tidak diterbitkan. Sutedi, Dedi (2008). Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang Edisi Revisi.

Bandung : humaniora.

Sutedi, Dedi(2009). Pengantar Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung :

Sutedi, Dedi(2008). Upaya untuk Mengatasi Masalah dalam Pembelajaran Sakubun. Seminar : Model Pembelajaran Bahasa Jepang Berbasis IT. UPI Bandung.

Slavin, Robert E.(2009). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik.Bandung: Nusa Media.

http://lutfizulfi.wordpress.com/2008/09/26/model-model-pembelajaran-inovatif-untuk-digunakan-guru/

-身 近 ト ピ ッ ク よ る 表 現 練 習- Japanese Topical Composition from

Dokumen terkait