• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Obat kumur yang mengandung ekstrak biji buah Pinang 3% berpengaruh terhadap penurunan akumulasi plak selama 7 hari, hasil diketahui setelah dilakukan pemeriksaan kontrol plak pada hari ke-0, ke-1, ke-4 dan ke-7. 2. Obat kumur yang mengandung ekstrak biji buah Pinang 3% berpengaruh

terhadap penurunan akumulasi plak bila dibandingkan dengan obat kumur plasebo.

6.2 Saran

1. Penelitian ini hanya meneliti satu jenis konsentrasi ekstrak, oleh karena itu diharapkan penelitian selanjutnya untuk meneliti konsentrasi yang optimal dari ekstrak biji buah Pinang 3% terhadap akumulasi plak dengan cara membagi perlakuan ke dalam beberapa konsentrasi ekstrak.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan meneliti pengaruh obat kumur yang mengandung ekstrak biji buah Pinang terhadap mikroorganisme yang berperan dalam pembentukan plak.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan meneliti efek jangka panjang dari penggunaan obat kumur yang mengandung ekstrak biji buah Pinang sehingga dapat dikembangkan untuk digunakan sebagai penunjang pemeliharaan kesehatan rongga mulut.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plak Dental 2.1.1 Definisi

Masalah yang paling sering dihadapi dalam bidang kesehatan mulut adalah karies dan plak gigi. Plak dental merupakan etiologi utama dari penyakit periodontal yang termasuk dalam salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut. Plak terdiri dari bakteri bercampur musin, sisa-sisa makanan dan bahan-bahan lain yang melekat erat di permukaan gigi. Bakteri yang berperan dominan dalam pembentukan plak yaitu

Streptococcus mutans. Plak dental atau plak bakteri adalah deposit lunak yang

membentuk biofilm yang menumpuk ke permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut seperti restorasi lepasan dan cekat. Lingkungan biofilm tersebut penting artinya karena sering merugikan bagi mikroorganisme dan dapat mempengaruhi sifat-sifat bakteri yang ada disana. Sebagai contoh, kerentanan bakteri terhadap bahan antimikroba bisa menurun karena struktur biofilmnya.6,10

Bila jumlah plak sedikit maka plak tidak dapat dilihat secara langsung, dan untuk melihat plak dibutuhkan zat pewarna (disclosing solution).

2.1.2 Struktur dan Komposisi Plak Dental

Plak dental diklasifikasikan atas plak supragingiva dan plak subgingiva berdasarkan lokasinya pada permukaan gigi. Plak supragingiva adalah plak yang terbentuk pada permukaan koronal gigi di atas margin gingiva. Pembentukan plak supragingiva dipengaruhi oleh saliva dan asupan makanan. Keberadaan plak dan kalkulus supragingiva dapat diperiksa secara visual.11

Plak subgingiva adalah plak yang lokasinya apikal dari tepi gingiva, diantara gigi dengan jaringan yang mendindingi sulkus gingiva. Secara morfologis, plak subgingiva dibedakan atas plak subgingiva yang berkaitan dengan gigi (tooth

2.1.3 Pembentukan Plak Dental

Proses pembentukan plak dibagi atas tiga tahap, yaitu: pembentukan pelikel yang membalut permukaan gigi, kolonisasi awal oleh bakteri, kolonisasi sekunder dan pematangan plak.

a. Pembentukan Pelikel Dental

Pembentukan pelikel dental pada permukaan gigi merupakan fase awal dari pembentukan plak. Pada tahap awal ini permukaan gigi atau restorasi (cekat maupun lepasan) akan dibalut oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut berasal dari saliva dan cairan sulkular (cairan sulkus), begitu juga dari produk sel bakteri, pejamu dan debris. Pelikel berfungsi sebagai penghalang protektif, bertindak sebagai pelumas permukaan dan mencegah pengeringan jaringan. Selain itu, pelikel merupakan substrat yang membuat bakteri di sekitarnya melekat.12

b. Kolonisasi Awal pada Permukaan Gigi

Bakteri yang pertama-tama mengkoloni permukaan gigi yang dibalut pelikel didominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram-positif, seperti Actinomyces viscosus dan Streptococcus sanguis. Pengkoloni awal tersebut melekat ke pelikel dengan bantuan adhesin, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Adhesin akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel dental.12

c. Kolonisasi Sekunder dan Pematangan Plak

Pengkoloni sekunder adalah mikroorganisme yang tidak turut sebagai pengkoloni awal ke permukaan gigi yang bersih, diantaranya Prevotella intermedia,

Prevotella loescheii, spesies Capnocytophaga, Fusobacterium nucleatum, dan porphyromonas gingivalis. Mikroorganisme tersebut melekat ke sel bakteri yang

telah berada dalam massa plak.12

2.1.4 Struktur Plak Dental

Struktur plak supragingiva didominasi oleh bakteri kokus gram positif dan bakteri batang (rod) yang pendek pada permukaan yang menghadap ke gigi. Bakteri batang, filamen gram negatif dan Spirokheta mendominasi permukaan luar massa plak yang matang.

Lingkungan subgingiva berbeda dari lingkungan supragingiva. Pada sulkus gingiva atau poket menggenang cairan sulkular yang mengandung banyak substansi yang dijadikan bahan makanan oleh bakteri.13

2.2 Kontrol Plak

Kontrol plak adalah suatu usaha untuk menyingkirkan plak dan mencegah akumulasi plak kembali pada gigi. Kontrol plak adalah prosedur yang dapat dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk :

a) Menyingkirkan dan mencegah penumpukan plak dan deposit lunak (materi alba dan debris makanan) dari permukaan gigi dan gingiva sekitarnya. Hal ini merupakan tujuan utama dari kontrol plak. Penyingkiran serta penghambatan penumpukan plak dengan kontrol plak berarti menghambat pembentukan kalkulus.

b) Menstimulasi atau memasase gingiva sehingga terjadi peningkatan tonus gingiva, keratinisasi permukaan, vaskularisasi gingiva dan sirkulasi gingiva.

Sampai saat ini kontrol plak masih mengandalkan pada pembersihan secara mekanis yang dicontohkan dengan menyikat gigi maupun dengan menggunakan benang gigi. Kontrol plak secara mekanis dilakukan dengan menggunakan alat-alat seperti sikat gigi dan pembersih interdental. Pembersihan dengan sikat gigi juga harus memperhatikan bentuk sikat gigi, metode penyikatan gigi dan frekuensi penyikatan gigi. Meskipun telah dikembangkan bahan-bahan kimia yang bersifat antiplak, hasil- hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol plak secara kimiawi hanyalah sebagai penunjang dan bukan pengganti kontrol plak secara mekanis.13,14,24

Sekarang ini sudah banyak obat kumur yang beredar di pasaran, tapi ada baiknya untuk menghindari efek merugikan pada penggunaan obat kumur dalam jangka waktu panjang sehingga penggunaan obat kumur berbahan herbal menjadi pilihan pada saat ini.

2.3 Peranan Herbal terhadap Kesehatan Rongga Mulut

Pemanfaatan bahan herbal untuk pengobatan berbagai penyakit banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu. Peningkatan penggunaan bahan herbal ini disebabkan kesadaran masyarakat yang menilai bahwa penggunaan bahan herbal lebih aman dibandingkan menggunaan sediaan obat-obatan dari bahan kimia.15

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2001 menunjukkan pemanfaatan obat tradisional cukup tinggi, walaupun obat modern tersedia dan mudah didapat.22 Sudah banyak bahan herbal yang telah digunakan dalam lingkungan masyarakat, dan sudah sering dipakai sebagai alternatif pengobatan.

Saat ini banyak beredar pasta gigi dengan kandungan bahan herbal antara lain:

Aloe vera, Eucalyptus, siwak dan daun sirih. Pemakaian Aloe vera di bidang

kedokteran gigi telah dilaporkan oleh seorang dokter gigi di Chicago yang menggunakannya sebagai bahan pasta gigi untuk membantu penyembuhan pasien dengan radang gusi dan mengurangi pewarnaannya akibat merokok.5

Siwak sangat umum digunakan di Timur Tengah dan diketahui memiliki efek antiplak dan khasiat farmakologis lainnya. Beberapa peneliti melaporkan adanya efek antibakteri dari siwak terhadap bakteri kariogenik dan patogen periodontal khususnya spesies bakteriodes.5

Daun sirih sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak lama, yaitu yang dimana bahwa daun sirih dapat menguatkan gigi, menghentikan perdarahan gusi dan sebagai obat kumur.5

Obat kumur daun salam mempunyai kandungan kimia yaitu tanin, flavonoid dan minyak atsiri 0,05%. Kandungan Eugenia polyantha merupakan bahan aktif yang diduga mempunyai efek farmakologis. Tanin dan flavonoid merupakan bahan aktif yang mempunyai efek anti inflamasi dan anti mikroba, sedangkan minyak atsiri mempunyai efek analgesik.8

2.4 Biji Buah Pinang (Areca catechu L.) 2.4.1 Defenisi

Tumbuhan Pinang telah banyak dimanfaaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk pengobatan, termasuk penggunaan buah dan bijinya. Biji Pinang ditumbuk halus dan digunakan untuk menyembuhkan luka, baik pada manusia maupun pada hewan.9,16

Gambar 1. Buah Pinang16

2.4.2 Klasifikasi

Kingdom : Plantae (tumbuhan) Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Arecales

Family : Arecaceae (Palmae) Genus : Areca

Species :Areca catechu L.17

2.4.3 Morfologi

Pinang dapat ditemukan dengan ketinggian dari 1-1.400 m/dpl. Pohon berbatang langsing, tumbuh tegak, tinggi 10-30 m, diameter 15-20 cm, tidak bercabang dengan bekas daun yang lepas. Daun majemuk menyirip tumbuh

berkumpul di ujung batang membentuk roset batang. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang 80cm, tangkai daun pendek. Panjang helaian daun 1-1,8m, anak daun mempunyai panjang 85cm, lebar 5cm, dengan ujung sobek dan bergigi.16

Buah Pinang berbiji satu, bentuknya seperti kerucut pendek dengan ujung membulat, pangkal agak datar dengan suatu lekukan dangkal, panjang 15-30mm, permukaan luar berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala dengan warna yang lebih muda.16

Gambar 2. Biji Buah Pinang17

2.4.4 Khasiat Biji Buah Pinang

Pada umumnya secara tradisional biji buah Pinang telah banyak digunakan oleh masyarakat umum dari sejak lama sebagai obat, diantaranya dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan dan sebagai obat luka. Biji buah Pinang bersifat hemostatik karena dapat mencegah timbulnya pendarahan dan cepat menghentikan pendarahan. Sebagai obat luar, biji buah Pinang ini dapat direbus yang kemudian air rebusan digunakan untuk mencuci muka dan infeksi kulit lainnya.18,19

2.4.5 Kandungan Biji Buah Pinang

Biji buah Pinang (Areca catechu L.) mengandung 0,3-0,6% alkaloid dan senyawa bioaktif yaitu flavonoid dan tannin. Biji buah Pinang juga mengandung proantosianidin, yaitu suatu tannin terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid. Biji buah Pinang segar mengandung 50% lebih banyak alkaloid,

dibandingkan biji yang telah diproses. Khasiat yang dimiliki biji buah Pinang antara lain sebagai anti bakteri, anti inflamasi dan anti mikroba.9,19

2.4.6 Peranan Ekstrak Biji Buah Pinang Sebagai Antiplak

Aktifitas anti bakteri, anti mikroba dan anti inflamasi pada biji buah Pinang

(Areca catechu L.) dapat diperoleh dari :

2.4.6.1 Flavonoid

Flavonoid merupakan golongan polifenol sehingga memiliki sifat kimia senyawa fenol yang tersebar luas pada hampir semua tumbuhan tingkat tinggi, kecuali algae. Penelitian secara in vivo dan in vitro menunjukkan bahwa flavonoid mempunyai aktifitas biologis dan farmakologis, antara lain sebagai anti bakteri. Flavonoid mempunyai aktivitas antibakteri karena flavonoid mempunyai kemampuan berinteraksi dengan DNA bakteri. Hasil interaksi tersebut menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom dan lisosom. Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa ion hidroksil secara kimia menyebabkan perubahan komponen organik dan transpor nutrisi sehingga menimbulkan efek toksik terhadap sel bakteri dan dapat mengurangi pertumbuhan bakteri dan akumulasi plak.8,23

2.4.6.2 Tanin

Tanin adalah salah satu senyawa yang terkandung dalam buah Pinang yang kadarnya cukup tinggi. Tannin yang juga merupakan senyawa polifenol bekerja dengan cara mengurangi pertumbuhan bakteri dengan mengadakan denaturasi protein serta menurunkan tegangan permukaan, sehingga permeabilitas bakteri meningkat. Kerusakan dan peningkatan permeabilitas sel bakteri menyebabkan pertumbuhan sel bakteri terhambat sehingga akhirnya dapat menyebabkan kematian sel dan mengurangi jumlah bakteri pada akumulasi plak.8,26

2.4.6.3 Alkaloid

Alkaloid memiliki kemampuan sebagai anti bakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara menganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut dan akhirnya sel bakteri pada akumulasi plak pun dapat berkurang.20

Kimiawi Mekanis

Obat Kumur ekstrak biji buah pinang

Sikat Gigi Flavonoid Alkaloid - Mempunyai kemampuan berinteraksi dengan DNA bakteri - Ion hidroksil menyebabkan perubahan komponen organik dan transport nutrisi sehingga menimbulkan efek toksik terhadap sel bakteri. - Mengurangi pertumbuhan bakteri - Mengurangi pertumbuhan sel - Menyebabkan kematian sel - Mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri - Menyebabkan kematian sel

Akumulasi plak dental Tanin

2.5 Kerangka Teori

2.6 Kerangka Konsep

Variabel terikat: - Indeks Plak - Loe and Silness Variabel bebas:

Obat kumur ekstrak biji buah Pinang

Variabel tidak terkendali: - Diet

- Sosial ekonomi Variabel terkendali:

- Kondisi higine oral sampel sebelum penelitian

- Waktu dan frekuensi menyikat gigi - Cara menyikat gigi

- Jenis sikat dan pasta gigi - Frekuensi berkumur - Lama dan waktu berkumur - Volume obat kumur yang

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit periodontal adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh plak dental. Penyakit periodontal sendiri merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki prevalensi cukup tinggi di masyarakat, yaitu dengan prevalensi 70-80%. Menurut data morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan dari 10 kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan oleh masyarakat, penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama.1,2,3

Salah satu indikator untuk melihat status higiene oral adalah dengan melihat indeks plak. Semakin rendah indeks plak berarti semakin baik status higiene oral dari individu yang bersangkutan, dan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan indeks plak yaitu dengan kontrol plak.4 Kontrol plak adalah suatu usaha untuk menyingkirkan plak dan mencegah kembalinya akumulasi plak pada gigi. Pengendalian plak dapat dilakukan dengan cara pembersihan plak secara mekanis dan pembersihan plak secara kimiawi dengan menggunakan bahan anti bakteri terutama untuk menekan jumlah bakteri Streptococcus mutans. Menyikat gigi merupakan usaha kontrol plak yang dapat mengontrol karies dan penyakit periodontal baik untuk individu maupun populasi. Saat ini kontrol plak dilengkapi dengan penambahan jenis bahan aktif yang mengandung bahan dasar alami ataupun bahan sintetik sebagai bahan anti bakteri. Bahan anti bakteri tersebut tersedia dalam bentuk pasta gigi dan obat kumur.5

Penggunaan obat kumur adalah salah satu cara yang dianggap cukup efektif dalam menjaga kebersihan rongga mulut, dan juga merupakan salah satu agen kimia yang dipakai dalam kontrol plak.4 Bahan anti bakterial yang umum digunakan untuk kontrol plak diantaranya adalah fenol, hexetidine, fluor dan klorheksidin.

Klorheksidin merupakan salah satu bahan yang paling efektif dalam mengontrol plak,

Penggunaannya dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek merugikan. Oleh karena itu, bahan alternatif dari bahan minyak esensial dan ekstrak tumbuh – tumbuhan (herbal) merupakan hal yang menarik untuk dijadikan pilihan alternatif dalam membuat obat kumur.5

Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat kumur adalah biji buah Pinang (Areca catechu L). Pinang tidak asing lagi dan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian-penelitian yang dilakukan secara in vitro terhadap Pinang baik biji, akar maupun daun menunjukkan bahwa Pinang berkhasiat sebagai anti bakteri, pembersih luka, pembersih gigi, antiseptik/obat kumur, penguat gigi dan berbagai manfaat lainnya.6

Sekalipun belum banyak yang menaruh perhatian terhadap pemanfaatan tumbuhan obat dalam bidang kedokteran gigi, namun berbagai hasil penelitian terhadap Pinang sebagai obat herbal mulai tampak dan umumnya ditujukan untuk kepentingan dalam bidang pencegahan penyakit gigi dan mulut. Dan juga menunjukkan bahwa ekstrak simplisia tumbuhan Pinang terbukti memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans maupun perlekatan sel bakteri secara in

vitro.7

Menurut analisis yang telah dilakukan secara in vitro pada Pinang diketahui bahwa biji buah Pinang mengandung senyawa bioaktif yaitu flavonoid, tanin dan juga mengandung alkaloid. Tanin dan flavonoid merupakan bahan aktif yang mempunyai efek anti inflamasi, anti mikroba, anti bakteri, antivirus, antifungal, dan antikarsiogenik. Sedangkan alkaloid mempunyai efek antibakteri dan antimikroba.8,9

Penelitian oleh Titin dkk menyatakan uji efektivitas ekstrak biji buah Pinang jauh lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dibandingkan beberapa obat kumur komersial yang lain. Ekstrak biji buah Pinang ini berpotensi sebagai obat kumur karena efektivitas ekstrak bahan ini menghasilkan zona hambat yang lebih besar terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.6 Penelitian oleh Syarif menunjukkan bahwa dari beberapa tumbuhan obat yang telah dibandingkan, ekstrak biji buah Pinang (Areca catechu L.) memiliki aktivitas antibakteri paling tinggi terhadap Streptococcus mutans.7

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti efektifitas obat kumur ekstrak biji buah Pinang dalam menghambat pembentukan plak.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana efektifitas obat kumur ekstrak biji buah Pinang terhadap akumulasi plak?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas obat kumur ekstrak biji buah Pinang terhadap akumulasi plak.

1.4Hipotesis

Ada pengaruh obat kumur ekstrak biji buah Pinang terhadap penurunan akumulasi plak.

1.5Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat untuk masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh obat kumur ekstrak biji buah Pinang terhadap akumulasi plak. Selain itu dapat memotivasi masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatan rongga mulutnya dengan menggunakan obat kumur herbal.

1.5.2 Manfaat untuk ilmu pengetahuan

Untuk mengetahui data mengenai pengaruh obat kumur ekstrak biji buah Pinang terhadap akumulasi plak di masyarakat.

1.5.3 Manfaat untuk peneliti

Menambah pengalaman dalam melakukan penelitian dan menambah wawasan dalam menganalisis obat kumur ekstrak biji buah Pinang khususnya untuk mempengaruhi akumulasi plak.

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT KUMUR EKSTRAK

BIJI BUAH PINANG (Areca catechu L.) 3% TERHADAP

AKUMULASI PLAK PADA MAHASISWA

FKG USU ANGKATAN 2011

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

DEBBY PERMATA SARI SIREGAR NIM: 090600023

Pembimbing:

1. Irmansyah Rangkuti, drg., Ph.D NIP: 19540210 198303 1 002 2. Pitu Wulandari, drg., S. Psi., Sp. Perio

NIP: 19790514 200502 2 001

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Periodonsia

Tahun 2016

Debby Permata Sari Siregar

Efektivitas Penggunaan Obat Kumur Ekstrak Biji Buah Pinang (Areca

Catechu L.) 3% Terhadap Akumulasi Plak Pada Mahasiswa FKG USU Angkatan

2011.

x + 37 halaman

Penggunaan obat kumur adalah salah satu cara yang dianggap cukup efektif dalam menjaga kebersihan rongga mulut, dan juga merupakan salah satu agen kimia yang dipakai dalam kontrol plak. Penggunaan obat kumur kimia dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek merugikan. Oleh karena itu, bahan alternatif dari bahan minyak esensial dan ekstrak tumbuh – tumbuhan (herbal) merupakan hal yang menarik untuk dijadikan pilihan alternatif dalam membuat obat kumur. Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat kumur adalah biji buah Pinang (Areca

catechu L).

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh obat kumur yang mengandung ekstrak biji buah Pinang terhadap penurunan akumulasi plak. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental ulang atau pre-posttest

control group design yang dilakukan selama 7 hari. Empat puluh subjek penelitian

yang dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dari mahasiswa FKG angkatan 2011 terbagi menjadi 2 kelompok secara acak. Pada kedua kelompok dilakukan pemeriksaan awal. Kelompok perlakuan menggunakan obat kumur yang mengandung ekstrak biji buah Pinang dan kelompok kontrol menggunakan obat kumur plasebo. Kedua kelompok diinstruksikan untuk menggunakan obat kumur tersebut 2 kali sehari. Pengukuran skor indeks plak dilakukan menggunakan indeks plak Loe dan Silness. Pemeriksaan dilakukan pada hari ke-0, 1, 4 dan 7. Analisis data dilakukan menggunakan program komputerisasi, kesimpulannya adalah obat kumur ekstrak biji

buah Pinang 3% memiliki pengaruh terhadap penurunan plak selama 7 hari dan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada hari ke-1 dan ke-7 (p<0,05).

Namun perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai efek jangka panjang dari penggunaan obat kumur yang mengandung ekstrak biji buah Pinang sehingga dapat dikembangkan untuk digunakan sebagai penunjang pemeliharaan kesehatan rongga mulut.

Faculty of Dentistry

Department of Periodontology

2016

Debby Permata Sari Siregar

Effectiveness Of The Usage Of Betel Nut Extract Mouthwash (Areca Catechu

L.) 3% On The Plaque Accumulation In Dental Students Of Year 2011.

x + 37 pages

The use of mouthwash is considered potent in maintaining oral hygiene and is one of the chemical agents used in plaque control. Usage of chemical mouthwash over long periods may bring about adverse effects. Therefore, alternative materials from essential oils and plant extracts (herbal) can be used as a substitute in fabricarting mouthwash. One of the plant extract that can be used as a mouthwash is the betel nut (Areca catechu L.).

The aim of this study is to determine the effects of a mouthwash containing betel nut extract (Areca catechu L.) to decrease plaque accumulation. This is an experimental study or pre-posttest control group design which was carried out over 7 days. 40 subjects from year 2011 dental students USU were selected according to the inclusion and exclusion criteria and were divided into two groups in a random manner. Initial examination were performed on both groups. The treated group used a mouthwash containing betel nut extract where as the control group used a placebo mouthwash. Both group were instructed to use mouthwash twice daily. Loe and Silness plaque index was used to measure the plaque index scores. Examination on subjects were done on days 0, 1, 4 and 7. Data analysis was performed using a computerized programme, and the conclusion of this study is that mouthwash containing a 3% extract of betel nut had an influence on reducing plaque for 7 days and there is a statistically significant difference on day 1 and 7 (p <0,05).

However, further research needs to be done to study the long-term effects of the use of mouthwash that contains the extract of betel nuts that can be developed to

Dokumen terkait