• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan

Sayuran indigenous memiliki nilai ekonomi yang relatif masih rendah pada lokasi studi. Hal tersebut di tunjukkan oleh teknologi agronomi yang masih sederhana, produsen yang relatif terbatas dan pola konsumsi yang bersifat sebagai selingan. Sifat-sifat yang demikian membuka peluang bagi agronomist untuk melakukan perbaikan agar petani mampu memproduksi sayuran indigenous secara kontinyu, jumlahnya mencukupi dan kualitas baik. Dari sisi konsumen ketersediaan yang terbatas, adanya persepsi negatif, keterbatasan anggota keluarga yang mengkonsumsi dan banyak masyarakat yang belum mengenal sayuran indigenous menjadi alasan utama preferensi pada sayuran indigenous yang masih rendah. Terkait dengan upaya pengembangan sayuran indigenous, perlu perhatian khusus kandungan zat anti gizi seperti oksalat dan zat lain yang berpotensi mempengaruhi kesehatan termasuk potensinya sebagai obat.

Faktor-faktor yang mendorong konsumsi sayuran indigenous yaitu harga yang murah, kesukaan konsumen, kemudahan memperoleh sayuran indigenous, serta cara untuk mengkonsumsi. Terdapat perbedaan produktivitas tanaman kenikir, genjer, poh-pohan, serta leunca antara lokasi studi. Namun dalam penelitian ini belum diketahui secara pasti faktor yang mempengaruhi perbedaan produktivitas tersebut.

Saran

1. Perlu penelitian lanjutan tentang kandungan zat anti nutrisi pada sayuran aktivitas pertanian secara tidak langsung.

2. Perlu penelitian lebih lanjut terkait perbedaan produktivitas antar lokasi apakah karena faktor lingkungan atau karena faktor agronomi dan genetik.

59

DAFTAR PUSTAKA

Batoro, J., S. Indriyani dan B. Rahardi. 2006. Kajian etnobotani dan penentuan jenis pandan (Pandanaceae) yang bermanfaat melalui struktur morfologi dan anatomi di Jawa Timur. http://pdf-searcher.org. [12 juli 2011]

Baga, L. 2009. Koperasi dan Kelembagaan Agribisnis. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 207 hal. Candra, A. 2011. Efek oksalat bagi kesehatan. http://health.kompas.com/. [29 juni

2011]

Eka. 2010. Kenikir, penambah nafsu makan. http://cybermed.cbn.net.id. [28 Januari 2011].

Ekawati. R. 2009. Pengaruh Naungan Tegakan Pohon Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Beberapa Tanaman Sayuran Indigenous. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 104 Hal.

Dane, F. dan C. Meric. 2004. Calcium oxalate crystals in floral organs of helianthus annuus L. and H. tuberosus L. (asteraceae). Acta Biologicas Szegediensis. Turki. 48: 19-23. http://www.sci.u-szeged.hu/abs. [29 April 2011]

Daniel, M. 2006. Medicinal Plants (chemistry and propeties). Science Publisher. USA. 250 p.

Endang, K. A.M. dan L. H. Nugroho. 1998. Bentuk, distribusi dan kerapatan kristal kalsium oksalat pada berbagai sayuran daun. Chimera. 3:1. http://journal.um.ac.id. [21 Februari 2011].

Kurniasih, D. 2010. Kajian Kandungan Senyawa Karotenoid, Antosianin dan Asam Askorbat Pada Sayuran Indigenous Jawa Barat. Skripsi. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 90 Hal.

Kusmana dan Suryadi. 2004. Mengenal Sayuran Indijenes. BALITSA. Bandung. 27 hal.

Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 205 hal.

Lestari, M.A. 2008. Pengaruh Pemupukkan Terhadap Pertumbuhan dan Produtivitas Beberapa Sayuran Indigenous. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 50 Hal.

Onate, L.U. and J.S. Eusebio. 1986. Vegetables as food, p. 9-17. In O.K. Bautista and R.C. Mebesa (Eds.). Vegetable Production. Departement Agriculture. Los Banos.

Pambayun, R. 2008. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Produksi Sayuran Indigenous. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 43 Hal.

Pusatlitbang Gizi dan Makanan. 2007. Tingkat Konsumsi Sayur Masyarakat Indonesia. Puslitbang Gizi dan Makanan. Jakarta. 54 hal.

Putrasamedja, S. 2003. Eksplorasi dan koleksi sayuran indigenous di kabupaten Karawang. Buletin plasma nutfah. 11(1):16:20.

Rubatzky, E. V. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 1 (Prinsip, Produksi dan Gizi). ITB. Bandung. 313 hal.

Siemonsma, J.S and P.C.M. Jansen. 1994. Solanum americanum Merrill, p. 252-255. In: J.S Siemonsma and K. Piluek (Eds.). Plant Resources of South-East Asia. PROSEA (8): Vegetables. Prosea. Bogor.

Soedirdjoatmojo, S. 1996. Mengenal sayuran daun “poh-pohan”. Bul. Pinmr. 68:8-10.

Sutrian, Y. 1992. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan:tentang sel dan jaringan. Rineke Cipta. Jakarta. 232 hal.

Suwena, M. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Liar Edibel pada Ekosistem Sawah di Sekitar Kawasan Hutan Gunung Salak. Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram. http://tutorial-pdf.tp.ac.id. [07 Juni 2011] Van den Bergh, M.H. 1994. Cosmos caudatus Kunth, p. 152-153. In: J.S

Siemonsma and Kasem Piluek (Eds.). Plant Resources of South-East Asia. PROSEA (8): Vegetables. Prosea. Bogor.

Van den Bergh, M.H. 1994. Limnocharis flava (L.) Buchenau, p. 192-194. In: J.S Siemonsma and Kasem Piluek (Eds.). Plant Resources of South-East Asia. PROSEA (8): Vegetables. Prosea. Bogor.

61

Lampiran 1. kuisioner terhadap petani

Nama Petani :

Alamat :

Umur :

Luas Lahan Total :

Pendapatan/Bln

Pendidikan :

Jumlah anggota keluarga :

Keterangan: a = luas lahan Nama

Komoditi a

Varietas

Jarak

Tanam Pola tanam Pupuk

Panen. ...(Kg) Siklus Panen Harga (Rp)/Kg Keuntu ngan Rp/bula n Tempat

Tanaman Cara Jual

Unggul Asa l Berat uran As al Mo nok ultu r Tump ang Sari Bany ak Sed ang R e n da h Tid ak Harian Mingg uan Bulan an Waktu tertentu Pek ara nga n Sa wa h Kepa sar Lai n seb ut Kenikir Genjer Poh-pohan Leunca Pucuk Kemang

63

Lampiran 2. Kuisioner terhadap konsumen

KUESIONER PENELITIAN

DEPARTEMEN AGRNOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Nama :

Pekerjaan :

Umur :

Jumlah anggota keluarga :

Pendapatan rata-rat/ Bulan :

Desa/ kecamatan :

Quesioner Konsumen Sayuran Indigenous

1. Berikan peringkat dari tertinggi hingga terendah dengan peringkat tertinggi 1-7.

Harga ( )

Kemudahan diperoleh ( )

Kemudahan dimasak ( )

Kesukaan ( )

Tujuan khusus ( )

Dari kebun sendiri ( )

Seadanya/terpaksa ( )

Nama Komoditi

Harga Kemudahan Menemukan Kemudahan di Konsumsi Kesukaan

Murah Sedang Mahal Mudah Jarang Sedikit Mudah

Agak

Sulit Sulit Suka sedang

tidak suka

Kenikir

Genjer

Berikan tanda ceklis (√) pada kolom yang anda pilih.

Berikan tanda ceklis (√) jika menurut anda itu jawaban anda 2. Partisipasi orang yang mengkonsumsi.

( ) Semua orang makan

( ) Orang Tua saja

3. Penjualan/pembelian sayuran indigenous. ( ) < 1 kg

( ) ≈ 1 kg ( ) > 1 kg

4. Tempat membeli sayuran indigenous. ( ) Pedagang Keliling

( ) Warung

( ) Pasar

( ) Pesanan

5. Cara Konsumsi sayuran indigenous.

( ) Lalapan

( ) Kukus

( ) Masak

( ) Tumis

6. Dampak setelah mengkonsumsi sayuran indigenous pada kesehatan. ( ) Tidak terasa

( ) Baik

( ) Tidak baik ( ) Tidak tahu

7. Frekuensi mengkonsumsi sayuran indigenous ( ) setiap satu minggu sekali

( ) setiap hari ( ) tidak tentu

( ) lebih dari 1 kali per minggu

8. Menurut anda dari kelima sayuran indigenous diatas mana yang perlu dikembangkan? Kekurangan apa yang dirasakan dan perlu diperbaiki?

...

...

...

...

...

9. Jika perlu dikembangkan sayuran tersebut, bagian manakah yang perlu dikembangkan? ( ) ukuran yang dibesarkan pohan Leunca

Pucuk Kemang

65

( ) warna yang lebih menarik ( ) rasa yang lebih enak

10. Saran yang diperlukan untuk sayuran inidigenous.

...

...

...

...

Lampiran 3. Pengamatan produktivitas tanaman sayuran indigenous Variabel yang diamati Cara pengamatan Keterangan 1 Bobot basah tanaman (akar, daun, buah) Menimbang (akar, daun, buah) berasal dari lahan Timbangan digital 2 Bobot kering tanaman (akar, daun, buah) Menimbang (akar, daun, buah) setelah di oven Timbangan digital 3 Panjang daun Mengukur daun secara vertikal daun terbesar yang muncul pada tanaman Penggaris 4 Lebar daun Mengukur daun secara horizontal daun terbesar yang muncul pada tanaman Penggaris 5 Tinggi tanaman Mengukur dari pangkal akar hingga pucuk tanaman Penggaris 6 Diameter batang Mengukur pertengahan batang tanaman Jangka sorong 7 Jumlah daun Menghitung jumlah daun pertanaman

Lampiran 4. Tahapan analisis GC-MS pada tanaman indigenous

Di maserasi atau dihaluskan tanpa menggunakan air

Di rendam menggunakan ethanol 70 % selama 24 jam

Di uapkan menggunakan gas Nitrogen

Di inject menggunakan autosampler GC-MS Sayuran dalam kondisi segar

67

Lampiran 5. Metode pengambilan stomata pada tanaman indigenous

Memilih daun dalam kondisi baik

Melapisi daun dengan menggunakan pewarna kuku (kutek)

Daun yang telah dilapisi lalu dikelupas menggunakan lakban

Kemudian lakban ditempel kedalam preparat

Lampiran 6. Tahapan pengamatan kristal oksalat

Sayuran dalam kondisi segar

maserasi tanpa menggunakan air

Peras cairan setelah sayuran tersebut dimaserasi

Cairan tersebut ditaruh diatas preparat

Amati dibawah mikroskop

Lampiran 7. Ringkasan hasil sidik ragam beberapa peubah pada tanaman kenikir

Peubah T1 Vs T2 T2 Vs T3 T1 Vs T3

Bobot Basah Akar tn ** **

Bobot Kering Akar tn * *

Bobot Basah Daun ** ** **

Bobot Kering Daun ** ** **

Tinggi Tanaman tn ** **

Diameter Batang tn ** **

Panjang Daun ** ** **

Lebar Daun tn ** **

Jumlah Daun tn ** *

Keterangan: tn : tidak beda nyata T1: keikir yang diperoleh dari Ciapus *) : beda nyata pada taraf 5 % T2 : kenikir yang diperoleh dari Cipanas **): beda nyata pada taraf 1 % T3: kenikir yang diperoleh dari Ciampea

69

Lampiran 8. Ringkasan hasil sidik ragam beberapa peubah pada tanaman genjer

Peubah T1 Vs T2 T2 Vs T3 T1 Vs T3

Bobot Basah Daun ** ** tn

Bobot Kering Daun tn tn *

Bobot Basah Akar * ** tn

Bobot Kering Akar tn tn tn

Tinggi Tanaman ** ** ** Jumlah Rumpun tn * ** Jumlah Bunga tn tn tn Diameter Rumpun ** ** tn Panjang Daun ** ** * Lebar Daun ** ** *

Keterangan: tn : tidak beda nyata T1: Genjer yang diambil dari Tasikmalaya *) : beda nyata pada taraf 5 % T2: Genjer yang diambil dari Cipanas **): beda nyata pada taraf 1 % T3: Genjer yang diambil dari Ciampea

Lampiran 9. Ringkasan hasil sidik ragam berapa peubah pada tanaman poh-pohan

Peubah T1 Vs T2 T2 Vs T3 T1 Vs T3

Bobot Basah Daun * * tn

Bobot Kering Daun tn tn tn

Bobot Basah Akar * ** *

Bobot Kering Akar tn * **

Lebar Daun ** tn ** Tinggi Tanaman ** tn ** Panjang Daun ** * tn Diameter Batang ** tn ** Jumlah Daun * * tn Jumlah Bunga tn tn tn Jumlah Cabang ** tn *

Keterangan: tn : tidak beda nyata T1: Poh-pohan yang diambil dari Ciapus *) : beda nyata pada taraf 5 % T2: Poh-pohan yang diambil dari Cipanas **): beda nyata pada taraf 1 % T3: Poh-pohan yang diambil dari Tasikmalaya

Lampiran 10. Ringkasan hasil sidik ragam berapa peubah pada tanaman leunca

Peubah T1 Vs T2 T2 Vs T3 T1 Vs T3

Bobot Basah Buah * tn *

Bobot Kering Buah tn tn *

Bobot Basah Daun * tn **

Bobot Kering Daun tn tn **

Bobot Basah Akar * tn tn

Bobot Kering Akar tn tn *

Jumlah Bunga * * ** Jumlah Cabang tn tn tn Tinggi Tanaman * tn ** Jumlah Buah * tn tn Diameter Batang * tn * Panjang Daun ** * tn Lebar Daun ** ** tn Diameter Buah tn tn tn

Keterangan: tn : tidak beda nyata T1: Leunca yang diperoleh dari Ciapus *) : beda nyata pada taraf 5 % T2: Leunca yang diperoleh dari Cipanas **): beda nyata pada taraf 1 % T3: Leunca yang diperoleh dari Ciampea

Dokumen terkait