• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini merupakan bab terakhir dalam tugas akhir ini yang berisikan kesimpulan menyeluruh sesuai dengan topik penelitian dan juga beberapa saran yang relevan dengan kesimpulan.

BAB II

BALAI DIKLAT BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI MEDAN A. Sejarah Ringkas

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 adalah sebuah lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Secara struktur, BPK RI merupakan sebuah lembaga eksternal yang terpisah dari Pemerintah Republik Indonesia dan memiliki kedudukan yang setingkat dengan lembaga negara yang lain, seperti Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial.

BPK RI berdiri pada tanggal 1 Januari 1947 berdasarkan Penetapan Pemerintah Nomor 11/UM tanggal 28 Desember 1946. Landasan hukum lain yang berhubungan dengan BPK RI adalah Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bab VIII A, Pasal 23 E, 23 F, dan 23 G.

Adapun peraturan yang menjadi pegangan BPK RI dalam melaksanakan tugas pemeriksaan yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Unsur keuangan negara yang menjadi lingkup pemeriksaan BPK RI meliputi seluruh unsur keuangan negara sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 2 yang meliputi:

uang, dan melakukan pinjaman.

b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan kepada pihak ketiga.

c. Penerimaan Negara. d. Pengeluaran Negara. e. Penerimaan Daerah. f. Pengeluaran Daerah.

g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah.

h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum.

i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.

Susunan organisasi pelaksana BPK RI yang terbaru ditetapkan dalam Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 39/K/I-VIII.3/7/2007 Tanggal 13 Juli 2007 tentang organisasi dan tata kerja pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Berdasarkan peraturan tersebut, pelaksana BPK RI terdiri dari:

a. Sekretariat Jenderal b. Inspektorat Utama

9

Pelatihan Pemeriksaan Keuangan Negara

d. Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara

e. Auditorat Utama Keuangan Negara I f. Auditorat Utama Keuangan Negara II g. Auditorat Utama Keuangan Negara III h. Auditorat Utama Keuangan Negara IV i. Auditorat Utama Keuangan Negara V j. Auditorat Utama Keuangan Negara VI k. Auditorat Utama Keuangan Negara VII l. Perwakilan BPK RI

m. Staf Ahli

n. Kelompok Jabatan Fungsional.

Salah satu unit organisasi pelaksana BPK RI di daerah adalah Balai Diklat BPK RI Medan yang berada di bawah direktorat utama perencanaan, evaluasi, pengembangan, pendidikan dan pelatihan pemeriksaan keuangan negara.

Balai Diklat BPK RI Medan di resmikan pada tanggal 12 Juli 2012 yang di tanda tangani oleh ketua BPK RI Bapak Drs.Hadi Poernomo, AK. Walaupun di Kota Medan terdapat Perwakilan BPK RI Provinsi Sumatera Utara, secara struktural Balai Diklat BPK RI Medan berkoordinasi dan bertanggung jawab kepada Pusat Pendidikan dan Pelatihan BPK RI (Pusdiklat BPK RI) yang berada di Jakarta sebagai atasan langsung.

Sesuai Keputusan BPK RI Nomor 39 Tahun 2007 Pasal 221 dan Pasal 222, Balai Diklat BPK RI Medan mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan diklat sesuai dengan rencana dan program yang telah disusun dan ditetapkan oleh Pusdiklat.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Balai Diklat BPK RI Medan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan dan pengevaluasian kegiatan diklat.

b. Penyiapan tenaga pengajar, modul, dokumen administrasi, fasilitas belajar, serta sarana dan prasarana lainnya yang diperlukan dalam penyelenggaraan diklat.

c. Pengelolaan keuangan, kepegawaian, perlengkapan, sarana prasarana, dan sistem informasi.

d. Pelaksanaan kegiatan kesekretariatan.

e. Pelaksanaan kegiatan lain yang ditugaskan oleh Kepala Pusdiklat.

B. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Adapun struktur organisasi pada Balai Diklat BPK RI Medan dapat dilihat pada gambar berikut 

C. Job D struktu Beriku Pemer 1. K a. b. c. 2. K Struk escription Balai Dikl ur organisa ut ini adala riksa Keuan Kepala Bala Memimp Menanda Menanda Kepala Sub Kepala Balai  Diklat ktur Organi Sumber: B at Badan P asi dengan ah uraian t ngan RI : ai Diklat

pin roda keg atangani do atangani no Bagian Pel Kasu Sekre Kasu Pelak Gambar isasi Balai Balai Diklat Pemeriksa K menguraik tugas dari giatan instan okumen-dok ota dinas. laksana ubag  etariat ubag  ksana r 2.1 Diklat BPK t BPK RI M Keuangan R kan bebera setiap unit nsi. kumen perus Staff Pengadaan Barang Pemegang Uang Muka Staff Mechanica Electrik Staff  Administrasi  Gudang Staff Evaluasi  Diklat Staff Pengawas  Absensi Peserta Diklat Staff Ticketing K RI Meda Medan RI Medan m pa tugas t pada Bala sahaan. PTT Pe Wi PTT S   PTT Pe Peng Abs an menyusun tiap-tiap ba ai Diklat B engelola  isma Security embantu  gawas  sensi 11 suatu agian. Badan

a. Pengurusan pelaksanaan diklat. b. Menandatangani hasil kuisioner. c. Menandatangani berita acara.

d. Melaporkan hasil kegiatan secara berkala kepada Kepala Balai dan Pusdiklat

3. Staff Sub Bagian Pelaksana

a. Menginput data peserta dan instruktur diklat kedalam sisdiklat b. Mengawasi daftar absensi peserta diklat

c. Mengurus biaya transport dan uang saku peserta diklat d. Merekap data kuisioner

e. Mengawasi ujian peserta diklat 4. Kepala Sub Bagian Sekretariat

a. Pengurusan SDM,serta sarana dan prasarana di lingkungan Balai Diklat BPK RI Medan

b. Melaksanakan kegiatan kesekretariatan Balai Diklat BPK RI Medan c. Melaporkan hasil kegiatan secara berkala kepada Kepala Balai Diklat

BPK RI Medan

5. Staff Sub Bagian Sekretariat

a. Mengontrol dan mengurusi pemeliharaan sarana dan prasarana.

b. Mengkoordinir pengawasan terhadap pegawai tidak tetap dan cleaning service.

c. Berkoordinasi dengan pihak katering dan rekanan pengadaan lainnya serta memantau kesiapan katering pada saat pelaksanaan diklat.

13

d. Melaksanakan update data kepegawaian dan mengurusi administrasi kepegawaian dasar.

e. Mengontrol dan mengurusi perlengkapan (persediaan) dan keperluan operasional kantor.

f. Mengelola keuangan Balai Diklat BPK RI Medan.

D. Jaringan Kegiatan

Balai Diklat Badan Pemeriksa Keuangan RI adalah unsur pelaksana pendidikan dan pelatihan pemeriksa keuangan negara dalam rangka peningkatkan kompetensi / profesionalisme pegawai dan calon pegawai dilingkungan berdasarkan kebijakan pengembangan SDM (pasal 202).

Balai Diklat Medan mempersiapkan pemeriksa BPK untuk dapat memahami proses penyelenggaraan keuangan negara yang sangat kompleks, serta dapat mengikuti perkembangan metodologi dan teknologi pemeriksaan mutakhir. Balai Diklat juga merupakan media awal pembentukan pegawai BPK yang berintegritas, bersikap indenpenden dan berjiwa profesional.

E. Kinerja kegiatan Terkini

Setiap instansi pemerintah tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan instansi pemerintah, butuh waktu untuk mencapai itu semua, begitu juga pada Balai Diklat Badan Pemeriksa Keuangan RI Medan, balai diklat terus berupaya agar tujuan yang telah digariskan oleh balai diklat dapat terwujud. Tidak mudah dalam mewujudkan itu semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin, dan loyalitas

dalam bekerja.

Pastinya untuk mendorong mencapai hasil yang maksimal diperlukan kinerja yang bermutu dan tepat. Jadi kinerja usaha terkini yang dijalankan balai diklat adalah menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan terhadap pegawai dan calon pegawai, melakukan berbagai macam diklat-diklat khusus dan umum yang bermanfaat bagi negara, instansi pemerintah dan pegawai, serta melakukan pengabdian kepada negara dengan cara melakukan tugas sebagai pemeriksa keuangan dengan indenpenden dan profesional. Balai diklat juga terus melakukan pembinaan terhadap pegawai dan calon pegawai agar dapat menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang benar-benar memiliki kualitas yang baik.

F. Rencana Kegiatan

Rencana Kegiatan Balai Diklat Badan Pemeriksa Keuangan RI Medan antara lain adalah sebagai berikut :

a. Persiapan Diklat

b. Pendidikan dan Pelatihan c. Melakukan Test Evaluasi d. Pemberian Sertifikat

BAB III

INTERNAL CONTROL ATAS BARANG MILIK NEGARA PADA BALAI DIKLAT BADAN PEMERIKSA

KEUANGAN RI

A. Pengertian Barang Milik Negara

Sebelum penulis membahas lebih lanjut mengenai barang milik negara, maka penulis akan menjelaskan terlebih dahulu defenisi dari barang milik negara. Barang milik negara merupakan bagian tak terpisahkan dari keuangan negara. Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan yang sah (pasal 1). Dalam akuntansi pemerintahan Barang milik negara merupakan aset pemerintah pusat yang berwujud.

Pengertian aset menurut peraturan pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang standart akuntansi pemerintah adalah sebagai berikut : “ Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan / atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan / atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan mata uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyedian jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

Arti penting barang milik negara berwujud berbeda dari instansi pemerintah yang satu dengan instansi pemerintah lainnya, tergantung pada sifat, jenis dan skala usahanya. Perusahaan ataupun instansi pemerintah

menempatkan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki atau dikuasai dalam bentuk berbagai jenis aset atau aktiva tetap dengan tujuan pokok untuk digunakan dalam proses produksi atau pengadaan dan distribusi barang atau jasa dalam jangka waktu relative lama.

Adapun defenisi aktiva tetap menurut beberapa ahli akuntansi, yaitu menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 58) “Aktiva Tetap adalah aktiva tetap berwujud yang diperoleh dengan membangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai manfaat lebih dari satu tahun.

Soemarso S.R (2005 : 20) berpendapat bahwa aktiva tetap adalah aktiva berwujud (tangible fixedassets) yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun, digunakan dalam kegiatan perusahaan, dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, serta nilainya cukup besar.

Menurut Dunia (2005 : 151) aktiva tetap adalah aktiva yang diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan untuk waktu yang lebih dari satu tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, dan merupakan pengeluaran yang nilainya besar atau material.

Warren, dkk (2005 : 492) berpendapat bahwa Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen. Mereka merupakan aktiva berwujud karena secara fisik, aktiva tersebut dimiliki dan diguna-kan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijualsebagai bagian dari operasi normal.

17

Pengertian aktiva tetap menurut menurut Mulyadi (2001) adalah : Kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyaimanfaat ekonomis lebih dari satu tahun, diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan, dan bukan bertujuan untuk dijual kembali, bersifat jangka panjang dan merupakan subyek penyusutan.

Dengan demikian, aktiva tetap harus mempunyai syarat :

1. Dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan atau instansi pemerintahan. 2. Mempunyai bentuk fisik.

3. Memberikan manfaat dimasa yang akan datang.

4. Dipakai atau digunakan secara aktif di dalam kegiatan normal perusahaan atau instansi pemerintah, atau dimiliki tidak sebagai suatu investasi atau dijual kembali.

5. Mempunyai masa manfaat relatif permanen.

B. Jenis-jenis Aset Tetap Barang Milik Negara

Aset atau aktiva tetap dapat dikelompokan dalam beberapa segi, yaitu : 1. Substansi

Substansi yaitu aktiva tetap yang dapat digantikan dengan sejenisnya. Aktiva tetap dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Aktiva berwujud (Tangible Fixed Asset)

Contoh : tanah, mesin, gedung, peralatan, dan kendaraan. b. Aktiva tidak berwujud (Intangible Fixed Asset)

Contoh : goodwill, paten, merk dagang (trademark), hak cipta (copyright).

2. Umur

a. Aktiva tetap berwujud yang umur atau masa kegunaannya tidak terbatas. Misal; tanah, bangunan pabrik, gudang dan kantor.

b. Aktiva tetap berwujud yang umur atau masa kegunaannya terbatas dan dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila masa kegunaannya telah berakhir. Misal; Bangunan, mesin, perlengkapan kantor, kendaraan dan alat transport.

c. Aktiva berwujud yang umur atau masa kegunaannya terbatas, dan tidak dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila masa kegunaannya sudah habis, seperti tambang hutan atau biasa disebut Aktiva Sumber Alam. 3. Penyusutan

Aktiva tetap yang disusutkan (Depreciated Plant Asset) Contoh : Gedung, mesin, kendaraan, dll.

Aktiva tetap yang tidak disusutkan (Undepreciated Plant Asset) Contoh : Tanah

1) Jenis

Aktiva tetap menurut jenisnya adalah : a. Tanah

Sebagai tempat berdirinya bangunan untuk operasioanal perusahaan, termasuk perizinan dan tidak disusutkan.

b. Pengembangan tanah

Seperti: jalan untuk mobil, peralatan parkir, dan pagar. c. Bangunan /Gedung

19

Seperti : toko, pabrik, gudang termasuk tata letak (lay out). d. Peralatan

Seperti komputer, furniture, mesin pabrik, peralatan pengiriman, termasuk kendaraan penunjang.

Balai Diklat BPK RI Medan menggolongkan aset atau aktiva tetap ke dalam 3 golongan yaitu :

1) Machineries Terdiri dari : a. Perangkat CCTV b. Scanner c. Mesin PABX d. Handy cam e. LCD Projector f. Kamera digital

g. Mesin fotocopy electronic h. Mesin absensi finger print i. Sound system

j. sepeda

2) Tools and equiptment Terdiri dari :

a. Dispenser b. Lemari es

d. Televisi e. Printer

f. Tabung pemadam kebakaran g. Palu kayu

h. Telepon

3) Furniture and fixture Terdiri dari :

a. Meja kerja kayu b. Kursi kerja

c. Lemari kayu berkaca d. Meja komputer e. Meja kerja

f. Mesin ketik elektrik g. Lemari arsip kayu h. Lampu belajar

i. Foto presiden dan wakil j. Jam dinding k. Asbak tinggi l. Meja baca m. Kursi baca n. Sofa o. Kursi rapat p. Meja rapat

21 q. Tempat tidur r. Raket tenis s. Meja belajar t. Kaca cermin u. Note book v. Scanner

C. Perolehan Barang Milik Negara Atas Aset Tetap 1. Pembelian Tunai

Nilai perolehan aktiva tetap yang didapat melalui transaksi pembelian tunai diukur dengan jumlah uang atau kas yang dibayar dalam transaksi dan pengeluaran-pengeluaran lain yang terjadi dalam hubungannnya dengan usaha untuk mendapatkan dan menempatkan aktiva hingga siap digunakan oleh perusahaan. Suatu kerugian harus diakui apabila ada potongan tunai yang ditawarkan tetapi tidak dimanfaatkan.

2. Barang yang Berasal dari Perolehan yang Sah

Sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b (peraturan pemerintah No. 27 tahun 2014) meliputi :

a. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis. b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak. c. Barang yang diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

3. Hibah

Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dari pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, antar pemerintah daerah, atau dari pemerintah pusat / pemerintah daerah kepada pihak lain, tanpa memperoleh penggantian.

Balai diklat BPK RI Medan memperoleh barang milik negara atas aset tetap melalui pembelian tunai. Perencanaan dalam pengadaan barang milik negara atas aset tetap dimulai dengan diajukannya usulan investasi kepada bagian pengadaan di Pusdiklat Jakarta.

Berikut ini merupakan prosedur yang dilakukan dalam hal pengadaan/pembelian aset tetap di balai diklat Medan, yaitu :

1. Kebutuhan akan barang

2. Komunikasi ke bagian pengadaan di Pusdiklat Jakarta

3. Setelah bagian pengadaan menyetujui, maka akan dilaksanakan pembelian dan dimasukkan ke administrasi

4. Dilaporkan ke Jakarta

Balai Diklat BPK RI Medan secara umum mengajukan uulan kepihak pengadaan Pusdiklat Jakarta setiap ada kebutuhan, tapi secara makro mengajukan usulan di akhir tahun.

Transaksi perolehan aset tetap dari pembelian dicatat dalam register buku kas keluar dengan jurnal sebagai berikut :

Aset Tetap xxx

23

Aset tetap harus diberi penomoran inventaris sebagai bentuk pengawasan internal atas aset tetap yang dilakukan Balai Diklat BPK RI Medan.

D. Metode Penyusutan Atas Barang Milik Negara

Penyusutan adalah penurunan kemampuan aset tetap dalam menyediakan manfaat dalam rangka aktivitas operasional perusahaan. Hal ini dikarenakan pemakaian yang terus-menerus, sehingga mengakibatkan fungsi aset tetap tersebut menurun dari hari ke hari.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002:16:2) : “Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaat” .

Menurut Baridwan (2000 : 310) penyusutan adalah suatu proses alokasi biaya aktiva berwujud dan merupakan suatu penurunan dalam potensi pelayanan dari aktiva bersangkutan sepanjang umur kegunaaannya..

Beberapa istilah khusus di dalam akuntansi mengenai kategori aktiva terkait dengan proses harga alokasi harga perolehan aktiva tetap, antara lain : a. Depresiasi

Yaitu yang digunakan pada proses alokasi harga perolehan untuk aktiva tetap berwujud yang dibebankan ke penghasilan secara periodik.

b. Deplesi

Yaitu istilah yang digunakan pada proses alokasi harga perolehan (penyusutan) untuk aktiva tetap berupa sumber-sumber alam yang dibebankan ke penghasilan secara periodik.

c. Amortisasi

Yaitu istilah yang dipakai pada proses alokasi harga perolehan (penyusutan) untuk aktiva tetap berwujud yang dibebankan ke penghasilan secara periodik.

Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan manfaat dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu :

1. Penyusutan Fisik

Penyusutan yang disebabkan karena keusangan suatu aktiva tetap, dan hal tersebut tidak dapat dihindari. Keusangan dikarenakan pemakaian yang sudah terlalu lama dan keausan karena gerakan elemen-elemen.

2. Penyusutan Fungsional

Penyusutan ini disebabkan oleh aktiva tetap yang tidak layak pakai dan sudah ketinggalan zaman (obsolenscense). Suatu aktiva tetap dikatakan tidak layak lagi apabila kemampuannya untuk memberi manfaat sudah tidak memadai dan tidak seperti yang diharapkan.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk menetapkan besar beban penyusutan setiap periode, yaitu :

1. Harga Perolehan Aktiva

Yaitu seluruh pengeluaran atau pengorbanan yang berkaitan dengan perolehan dan penyiapannya untuk dapat digunakan.

2. Nilai residu

Nilai residu merupakan jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi.

25

3. Masa manfaat

Aktiva tetap selain tanah memiliki masa manfaat terbatas karena faktor-faktor fisik dan fungsional tertentu.

4. Pola penggunaan

Untuk menandingkan harga perolehan aktiva tetap terhadap pendapatan, beban penyusutan periode harus mencerminkan setepat mungkin pola penggunaan.

Ada beberapa metode yang biasanya digunakan untuk menentukan besarnya penyusutan aktiva tetap, yaitu :

1. Metode Garis Lurus

Dengan metode garis lurus dalam menghitung penyusutan berarti beban penyusutan dibebankan secara merata selama estimasi umur aktiva tersebut. Untuk menentukan besarnya beban penyusutan tiap tahun, harga pembelian aktiva dikurangi taksiran nilai residu dibagi dengan umur ekonomis yang ditaksir. Atau dengan rumus :

Penyusutan tahunan = Harga perolehan- Nilai ekonomis

Umur ekonomis

Contoh : Suatu aktiva dengan harga Rp 1.000.000, umur ekonomis diperkirakan 5 tahun, nilai residu ditaksir Rp 100.000.

Maka beban penyusutan tiap tahun dihitung sebagai berikut : Penyusutan tahunan = Rp 1.000.000 - Rp 100.000

5

Apabila disusun jurnal penyesuaian pada akhir periode akuntansi akan tampak:

Beban Penyusutan Mesin Rp 180.000

Akumulasi Penyusutan Mesin Rp 180.000 2. Metode Saldo Menurun Berganda

Metode saldo menurun menghasilkan beban penyusutan periodik yang semakin menurun sepanjang umur estimasi aktiva itu.

Cara menghitung beban penyusutan yaitu dengan menggunakan persentase penyusutan yang tetap, dihitung dari nilai buku (harga perolehan-akumulasi penyusutan).

Contoh : Sebuah aktiva tetap yaitu peralatan kantor dimiliki dengan harga perolehan Rp 15.000.000, nilai residu Rp 1.500.000, umur ekonomis 5 tahun.

Maka penyusutannya = Rp 15.000.000-Rp 1.500.000

5

= Rp. 2.700.000

Tarif penyusutan saldo menurun : 100%

5 tahun

= 20%

27

Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Ganda

Thn Beban Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku I II III IV V 40% x 15.000.000 = 6.000000 40% x 9.000.000 = 3.600.000 40% x 5.400.000 = 2.160.000 40% x 3.240.000 = 1.296.000 40% x 1.944.000 = 6.000000 6.000.000 9.600.000 11.760.000 13.056.000 13.833.000 9.000.000 5.400.000 3.240.000 1.944.000 1.166.400

3. Metode Satuan Unit Produksi

Menurut metode ini, besarnya penyusutan tiap periode akuntansi dihitung berdasarkan kapasitas produksi yang diperkirakan dapat dihasilkan oleh suatu aktiva.

Contoh : Harga beli sebuah mesin Rp 12.000.000 dan nilai residu Rp.2.000.000. Selama umur produksi diperkirakan dapat menghasilkan 80.000 unit produk.

Maka beban penyusutan per satuan produksi

Penyusutan per unit produksi = Rp 12.000.000-Rp 2.000.000

80.000

= Rp 125

Berdasarkan contoh diatas, apabila selama periode pertama mesin itu dapat menghasilkan 10.000 unit produk maka besarnya beban penyusutan adalah 10.000 X Rp 125 = Rp 1.250.000. Pada tahun berikutnya, mesin tersebut dapat menghasilkan 9.000 unit produk, maka besarnya beban penyusutan = 9.000 x Rp 125 = Rp 1.125.000

4. Metode Jumlah Angka Tahun

Beban penyusutan periodik akan menurun secara tetap sepanjang umur estimasi itu karena angka pecahan yang dikalikan setiap tahun terhadap harga perolehan aktiva tetap dikurangi estimasi nilai residu, semakin kecil. Jumlah angka tahun dihitung dengan rumus :

Jumlah angka tahun = n (n+1)

2

n = Lama penyusutan (umur ekonomis aktiva)

Contoh : Jika harga beli sebuah aktiva Rp 15.500.000 dan nilai residu Rp 500.000 dengan umur ekonomis 5 tahun.

Maka penyusutannya tiap tahun adalah :

Tahun I = 5/15 X (Rp 15.500.000-Rp 500.000) = Rp 5.000.000 Tahun II = 4/15 X (Rp 15.500.000-Rp 500.000) = Rp 4.000.000 Tahun III = 3/15 X (Rp 15.500.000-Rp 500.000) = Rp 3.000.000 Tahun IV = 2/15 X (Rp 15.500.000-Rp 500.000) = Rp 2.000.000 Tahun V = 1/15 X (Rp 15.500.000-Rp 500.000) = Rp 1.000.000

Dokumen sumber yang dipakai dalam pencatatannya adalah bukti memorial. Pencatatan beban penyusutan adalah sebagai berikut:

Beban penyusutan xxx

Akumulasi penyusutan aktiva tetap xxx

E. Penggantian Barang Milik Negara

Perusahaan mengambil suatu kebijakan terkait penggantian aset tetap dikarenakan aset tersebut tidak lagi dapat dipergunakan dalam kegiatan

29

operasional perusahaan. Aset tetap yang sudah tidak terpakai lagi dapat ditarik dari pemakaian dengan tiga cara, yaitu :

1. Dengan Cara Dibuang

Suatu aset atau aktiva tetap dibuang disebabkan aset tetap tersebut sudah tidak lagi berguna untuk perusahaan, disertai tidak lagi memiliki nilai residu atau nilai pasar.

2. Dengan Cara Dijual

Aset atau aktiva tetap yang sudah tidak terpakai lagi dapat dijual dengan cara lelang. Ayat jurnal untuk mencatat penjualan aset tetap sama dengan

Dokumen terkait