• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh Akuntabilitas dan Self Review terhadap Debiasing Audit Judgment mengenai Laporan Audit dan Going Concern dengan Locus of Control sebagai variabel pemoderasi, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Akuntabilitas tidak berpengaruh terhadap Debiasing Audit Judgment mengenai Laporan Audit. Hasil penelitian tersebut dapat diketahui pada tabel 16 dengan melihat nilai pada P value Akuntabilitas (akt) signifikansi sebesar 0,725 (p>0,05). Jadi, dapat disimpulkan bahwa, auditor yang mendapat perlakuan akuntabilitas tinggi cenderung tetap memberikan pertimbangan wajar pada penugasan audit.

2. Self review tidak berpengaruh terhadap Debiasing Audit Judgment mengenai Laporan Audit. Hasil penelitian tersebut dapat diketahui pada tabel 16 dengan melihat nilai pada P value Self Review (sr) signifikansi sebesar 0,286 (p>0,05). Jadi, dapat disimpulkan bahwa, auditor yang mendapat perlakuan self review cenderung tetap memberikan pertimbangan wajar pada penugasan audit. 3. Akuntabilitas dan Self Review secara bersama-sama tidak berpengaruh

terhadap Debiasing Audit Judgment mengenai Laporan Audit. Hasil penelitian tersebut dapat diketahui pada tabel 16 dengan melihat nilai pada P value

104

Akuntabilitas dan Self Review (akt*sr) signifikansi sebesar 0,411 (p>0,05). Jadi, dapat disimpulkan bahwa, auditor yang mendapat perlakuan akuntabilitas dan self review cenderung tetap memberikan pertimbangan wajar pada penugasan audit.

4. Locus of Control tidak memoderasi pengaruh Akuntabilitas terhadap Debiasing Audit Judgment mengenai Laporan Audit. Hasil penelitian tersebut dapat diketahui pada tabel 16 dengan melihat nilai pada P value Akuntabilitas dan Self Review (akt*loc) signifikansi sebesar 0,192 (p>0,05). Jadi, dapat disimpulkan bahwa, auditor yang memiliki tipe external locus of control dan mendapat perlakuan akuntabilitas tinggi cenderung tetap memberikan pertimbangan wajar pada penugasan audit. Artinya, tipe external locus of control tidak terbukti menurunkan terjadinya bias dalam penugasan laporan audit ketika auditor tersebut mendapat perlakuan akuntabilitas dan hal ini sama saja dengan tipe internal locus of control diperlakukan dengan hal yang sama.

5. Locus of Control tidak memoderasi pengaruh Self Review terhadap Debiasing Audit Judgment mengenai Laporan Audit. Hasil penelitian tersebut dapat diketahui pada tabel 16 dengan melihat nilai pada P value Self Review dan Locus of Control (sr*loc) signifikansi sebesar 0,253 (p>0,05). Jadi, dapat disimpulkan bahwa, auditor yang memiliki tipe external locus of control yang mendapat perlakuan self review cenderung tetap memberikan pertimbangan wajar pada penugasan audit. Artinya, tipe external locus of control tidak terbukti menurunkan terjadinya bias dalam penugasan laporan audit ketika

auditor tersebut mendapat perlakuan self review dan hal ini sama saja dengan tipe internal locus of control diperlakukan dengan hal yang sama.

6. Locus of Control tidak memoderasi pengaruh Akuntabilitas dan Self Review secara bersama-sama terhadap Debiasing Audit Judgment mengenai Laporan Audit. Hasil penelitian tersebut dapat diketahui pada tabel 16 dengan melihat nilai pada P value Akuntabilitas, Self Review dan Locus of Control (akt*sr*loc) signifikansi sebesar 0,207 (p>0,05). Jadi, dapat disimpulkan bahwa, auditor yang memiliki tipe external locus of control serta mendapat perlakuan akuntabilitas tinggi dan self review cenderung tetap memberikan pertimbangan wajar pada penugasan audit. Artinya, tipe external locus of control tidak terbukti menurunkan terjadinya bias dalam penugasan laporan audit ketika auditor tersebut mendapat perlakuan akuntabilitas tinggi self review dan hal ini sama saja dengan tipe internal locus of control diperlakukan dengan hal yang sama.

7. Akuntabilitas tidak berpengaruh terhadap Debiasing Audit Judgment mengenai Going Conern. Hasil penelitian tersebut dapat diketahui pada tabel 16 dengan melihat nilai pada Pvalue Akuntabilitas (akt) signifikansi sebesar 0,496 (p>0,05). Jadi, dapat disimpulkan bahwa, auditor yang mendapat perlakuan akuntabilitas tinggi cenderung tetap memberikan pertimbangan pasti berlanjut pada kasus going concern.

8. Self Review berpengaruh terhadap Debiasing Audit Judgment mengenai Going Concern. Hasil penelitian tersebut dapat diketahui pada tabel 16 dengan melihat nilai pada P value Self Review (sr) signifikansi sebesar 0,001 (p≤0,05).

106

Jadi, dapat disimpulkan bahwa, auditor yang mendapat perlakuan self review cenderung memberikan pertimbangan pasti tidak berlanjut pada kasus going concern daripada auditor yang tidak mendapatkan perlakuan self review. 9. Akuntabilitas dan Self Review secara bersama-sama berpengaruh terhadap

Debiasing Audit Judgment mengenai Going Concern. Hasil penelitian tersebut dapat diketahui pada tabel 16 dengan melihat nilai pada P value Akuntabilitas dan Self Review (akt*sr) signifikansi sebesar 0,009 (p>0,05). Jadi, dapat disimpulkan bahwa, auditor yang mendapat perlakuan akuntabilitas tinggi dan self review cenderung memberikan pertimbangan pasti tidak berlanjut pada kasus going concern daripada auditor yang tidak mendapatkan perlakuan akuntabilitas tinggi dan tanpa self review.

10.Locus of Control tidak memoderasi pengaruh Akuntabilitas terhadap Debiasing Audit Judgment mengenai Going Concern. Hasil penelitian tersebut dapat diketahui pada tabel 16 dengan melihat nilai pada P value Akuntabilitas dan Self Review (akt*loc) signifikansi sebesar 0,3 (p>0,05). Jadi, dapat disimpulkan bahwa, auditor yang memiliki tipe external locus of control dan mendapat perlakuan akuntabilitas tinggi cenderung tetap memberikan pertimbangan pasti berlanjut pada kasus going concern. Artinya, tipe external locus of control tidak terbukti menurunkan terjadinya bias dalam pertimbangan mengenai going concern ketika auditor tersebut mendapat perlakuan akuntabilitas dan hal ini sama saja dengan tipe internal locus of control diperlakukan dengan hal yang sama.

11.Locus of Control tidak memoderasi pengaruh Self Review terhadap Debiasing Audit Judgment mengenai Going Concern. Hasil penelitian tersebut dapat diketahui pada tabel 16 dengan melihat nilai pada P value Self Review dan Locus of Control (sr*loc) signifikansi sebesar 0,107 (p>0,05). Jadi, dapat disimpulkan bahwa, auditor yang memiliki tipe external locus of control dan mendapat perlakuan self review cenderung tetap memberikan pertimbangan pasti berlanjut pada kasus going concern. Artinya, tipe external locus of control tidak terbukti menurunkan terjadinya bias dalam pertimbangan mengenai going concern ketika auditor tersebut mendapat perlakuan self review dan hal ini sama saja dengan tipe internal locus of control diperlakukan dengan hal yang sama.

12.Locus of Control memoderasi pengaruh Akuntabilitas dan Self Review secara bersama-sama terhadap Debiasing Audit Judgment mengenai Going Concern. Hasil penelitian tersebut dapat diketahui pada tabel 16 dengan melihat nilai pada P value Akuntabilitas, Self Review dan Locus of Control (akt*sr*loc) signifikansi sebesar 0,038 (p≤0,05). Jadi, dapat disimpulkan bahwa, auditor yang memiliki tipe external locus of control serta mendapat perlakuan akuntabilitas tinggi dan self review cenderung memberikan pertimbangan pasti tidak berlanjut pada kasus going concern. Artinya, tipe external locus of control terbukti menurunkan terjadinya bias dalam penugasan laporan audit ketika auditor tersebut mendapat perlakuan akuntabilitas tinggi dan self review daripada dengan tipe internal locus of control diperlakukan dengan hal yang sama.

108

B. Keterbatasan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh Akuntabilitas dan Self Review terhadap Debiasing Audit Judgment mengenai Laporan Audit dan Going Concern dengan Locus of Control sebagai variabel pemoderasi, terdapat beberapa keterbatasan-keterbatasan penelitian yang kemungkinan berpengaruh terhadap hasil penelitian ini, keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan mahasiswa sebagai sampel penelitian sebagai pengganti auditor (surrogate) dapat menimbulkan bias penelitian, karena mahasiswa cenderung acuh atau tidak membaca sepenuhnya perintah-perintah dalam instrumen kasus yang diberikan. Hal ini terbukti ketika peneliti melakukan penelitian kepada 106 subjek, masih terdapat14 subjek yang salah dalam mengisi kasus dan terdapat 92 yang mengisi kasus sudah benar.

2. Penyampaikan treatment (perlakuan) kepada subjek penelitian melalui penggunaan instrumen kasus masih menimbulkan perbedaan persepsi dan pemahaman terhadap maksud treatment (perlakuan) yang diinginkan dalam penelitian.

3. Penelitian ini menggunakan mahasiswa yang berperan sebagai auditor sehingga eksperimen yang dilakukan tidak dapat berpengaruh dengan optimal. Hal ini karena tingkat preferensi mahasiswa terhadap penugasan audit khususnya mengenai pertimbangan terhadap laporan audit tidak seperti kemampuan yang dimiliki oleh seorang auditor sungguhan. Selain itu, tingkat pengalaman kerja menjadi faktor utama yang menyebabkan perbedaan kualitas keputusan yang diambil oleh mahasiswa dan auditor.

4. Instrumen kasus yang diberikan dirasa tidak cukup kuat memberikan pengaruh treatment (perlakuan) yang berbeda antar kasus khususnya dalam penugasan audit mengenai laporan audit sehingga partisipan tidak benar-benar merasa sedang dalam kondisi treatment. Kasus yang diberikan belum mampu mendorong partisipan untuk benar-benar memperhitungkan risiko dan akibat yang akan diterima dari pertimbangan yang dibuat sehingga partisipan pada kondisi akuntabilitas tinggi dan self review rata rata tetap mengambil pertimbangan audit wajar dalam penugasannya mengenai laporan audit.

5. Penelitian eksperimen ini hanya dilakukan pada Program Studi Akuntansi FE UNY dan FE UTY angkatan 2012, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk setiap kondisi.

C. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh Akuntabilitas dan Self Review terhadap Debiasing Audit Judgment mengenai Laporan Audit dan Going Concern dengan Locus of Control sebagai variabel pemoderasi, maka saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan subjek auditor yang sesungguhnya bukan subjek mahasiswa walaupun sebenarnya mahasiswa sudah dapat dianggap sebagai surrogate praktisi (auditor), namun apabila menggunakan subjek mahasiswa kemungkinan terjadi bias penelitian sangatlah besar karena mahasiswa cenderung acuh saat dijadikan subjek penelitian.

110

2. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan kasus eksperimen yang lebih singkat dan lebih jelas lagi isinya, agar subjek penelitian tidak kebingungan saat mengisi kasus tersebut dan menyebabkan persepsi yang berbeda khususnya dalam kasus penugasan audit mengenai laporan audit.

3. Penelitian selanjutnya dapat menambah kasus misalnya mengenai masalah piutang, risiko audit, audit kecurangan, dan lain-lain agar hasil penelitian lebih kuat. Dengan demikian hasilnya dapat dibandingkan antar kasus penugasan audit yang ada.

111