• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengacu pada permasalahan penelitian, yakni bagaimana pengelolaan pembelajaran praktek pengelasan di workshop Jurusan Las dan Fabrikasi Logam Departemen Teknik Mesin P4TK BMTI Bandung dalam rangka memenuhi standar kompetensi seorang guru sekolah kejuruan, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), secara umum dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pembelajaran praktek pengelasan yang dilakukan selama ini telah menunjukkan adanya upaya untuk membekali para peserta diklat dengan kemampuan kompetensi sebagai guru praktek di SMK. Setelah dilakukan pengkajian terhadap standar kompetensi guru kejuruan teknologi (SMK), ternyata jenis-jenis pekerjaan yang ditugaskan kepada peserta, telah selaras dengan tuntutan kompetensi dan sub kompetensi di lapangan, khususnya kompetensi dan sub kompetensi dasar kejuruan dan kompetensi kejuruan las. Hal ini terlihat dengan materi yang dirancang dan diberikan kepada peserta dengan standar kompetensi guru kejuruan dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Selaras dengan tuntutan kebutuhan kurikulum SMK, akan tetapi apabila dikaji dari konteks manajemen, maka pengelolaan yang dilakukan belum semuanya memenuhi harapan yang diinginkan. Dengan kata lain, masih ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian.Secara rinci kesimpulan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

1) Pada aspek perencanaan kegiatan, secara umum telah menunjukkan adanya, lebih baik dimana pada pelaksanaannya menggunakan pola bottom up, yaitu berasal dari bawah dan ditujukan keatas (pimpinan). Selain itu, dalam aspek ini yang telah berjalan cukup baik, adalah dalam hal perencanaan materi dan perencanaan fasilitas, alat, bahan dan biaya. Sementara pada aspek perencanaan penetapan tenaga pelaksana yang mengelola kegiatan pembelajaran dan perencanaan atau penyusunan dokumen pendukung kegiatan pembelajaran seperti SAP, hand out, job sheet, information sheet, lembar evaluasi, dan sejenisnya, masih banyak memiliki kelemahan. Selain pada aspek yang masih memiliki kelemahan, pada beberapa bagian dari aspek yang dianggap telah memiliki keunggulan, masih perlu dilakukan peningkatan dan penyempurnaan. 2) Pada aspek pelaksanaan secara umum telah menunjukkan adanya yang lebih

baik, tersebut terletak pada kegiatan koordinasi dengan pihak-pihak terkait; upaya melakukan optimalisasi penggunaan fasilitas, alat, dan bahan; pengawasan penggunaan alat dan bahan, pengawasan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, optimalisasi pengelola/personil, penyimpanan alat dan bahan. Sementara, kelemahan yang menonjol terletak pada pencatatan alat dan bahan, dan perawatan alat dan bahan, serta pengukuran hasil belajar peserta diklat. Mesikpun demikian, bukan berarti bahwa aspek yang memiliki keunggulan tersebut tidak memiliki kelemahan, oleh karena itu selain pada aspek-aspek yang memiliki kelemahan, pada aspek yang memiliki kelebihan sekalipun masih perlu adanya peningkatan dan penyempurnaan.

3) Pengawasan pengelolaan pembelajaran, pada umumnya belum memiliki dampak yang lebih baik , atau dengan kata lain masih banyak memiliki kelemahan.

4) Aspek out put/ luaran pengelolaan pembelajaran praktek, secara umum telah menunjukkan dampak yang lebih baik,. Tetapi pada beberapa hal masih ada yang harus disempurnakan.

5.2 Saran

Sebagai upaya dalam membenahi kekurangan atau kelemahan yang terdapa t pada pengelolaan pembelajaran Praktek Pengelasan, maka berdasarkan kesimpulan yang didasarkan pada hasil pembahasan, penulis mencoba menyampaikan saran sebagai berikut :

1) Bagi Pihak Departemen Teknik Mesin

Mengingat bidang keahlian Teknik Pengelasan merupakan mata pelajaran dasar kejuruan yang wajib diberikan pada siswa SMK, materi pembelajarannya lebih menitik beratkan pada praktek sudah tentu akan membawa konsekuensi pada ketersediaan sarana dan prasarana (fasilitas, alat, dan bahan). Berdasarkan kondisi yang ada seperti sekarang, ternyata fasilitas yang dimiliki (mesin las) masih kurang jika dilihat dari segi jumlah, dan kualitas, meskipun dari segi kegunaan telah memenuhi syarat kerja. Maka dari itu, sebaiknya untuk segera dipikirkan bagaimana solusi dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas dari fasilitas yang ada.

Selain itu melihat kondisi mesin yang ada sudah banyak yang tidak layak digunakan lagi, sebaiknya dilakukan perawatan secara baik dan benar berdasarkan aturan main yang ada. Dikarenakan dengan sistem dan model perawatan seperti yang dijalankan sekarang ternyata hasilnya kurang memuaskan, maka dari itu sebaiknya lembaga menyediakan dana khusus untuk biaya perawatan.

Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran, tidak hanya tergantung pada ketersediaan Sumber Daya manusia yang memiliki kualifikasi sesuai dengan yang dibutuhkan, baik dari segi jumlah maupun dari segi kualitas. SDM yang ada sekarang ini, dilihat dari segi kuantitas dapat dikatakan mencukupi, tetapi jika dilihat dari segi usia dan kompetensi mata diklat yang diampuh dibutuhkan perawatan keterampilan untuk mempertahan kan skill yang dimiliki melalui program In House Training, pemagangan pada perusahaan atau diklat pada lembaga yang menyelenggarakan pelatihan las.

2) Bagi Pihak Jurusan/ kepala bengkel

Mengacu pada aturan dan tugas pokok ketua jurusan / kepala bengkel, tentang pengelolaan workshop (bengkel), laboratorium, ternyata terkait dengan aspek perencanaan, pengarahan, penilaian. Berdasarkan ketiga aspek tersebut, hendaknya ketua jurusan/kepala bengkel merencanakan penggunaan dan perawatan workshop secara optimal, agar dalam pelaksanaan pembelajaran tidak terjadi kendala akibat belum siapnya peralatan untuk digunakan secara optimal. Hal ini diajukan, karena berdasarkan hasil observasi masih terdapat ketidak selarasan dengan pihak terkait dalam proses penyusunan program perawatan yang menyangkut anggaran operasional, dan inventarisasi alat dan bahan.

3) Bagi Pelaksana di Lapangan (koordinator dan panitia pelaksana diklat)

Pelaksana diklat merupakan ujung tombak dari keterlaksanaan proses pembelajaran. Dalam kaitan dengan penelitian ini, yang didasarkan pada temuan penelitian di lapangan, maka disarankan :.

(1) Dalam perencanaan materi hendaknya tidak terlalu terfokus pada apa yang selama ini dilakukan. Dengan kata lain, hendaknya perencanaan materi ini dilakukan dengan melihat kebutuhan yang berkembang di masyarakat.

(2) Dalam perencanaan alat dan bahan, hendaknya disesuaikan dengan durasi waktu, unit dan elemen dan sub elemen kompetensi, hal ini dimaksudkan agar peserta dapat menguasai kompetensi secara utuh.

(3) Dalam pengembangan pola pembelajaran, hendaknya disusun jadwal pola pembelajaran yang seefektif mungkin sehingga tidak menyebabkan peserta mengalami tingkat yang melelahkan.

(4) Dalam pengukuran hasil belajar peserta diklat, hendaknya dikembangkan alat evaluasi khusus yang dapat menjaring atau mengidentifikasi aspek-aspek yang harus dinilai pada setiap pelaksanaan kegiatan praktek dengan kata lain hendaknya evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan kegiatan atau aspek yang berhubungan dengan pencapaian kompetensi.

Dokumen terkait