• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. KESIMPULAN

Konsep politik Islam menurut Sayyid Quthb dalam kitab tafsirnya Fi Zhilal Al-Qur’an dapat disimpulkan dalam pernyataan, yaitu:

Pertama, politik Islam harus menciptakan suatu tatanan kehidupan masyarakat yang berlandaskan hukum al-Qur’ân dan Sunnah Rasul, demi

membentuk manusia yang lebih makmur dan berperadaban dan tidak perlu terlibat analisa dikotomis ala Barat yang menempatkan umat Islam pada kondisi pemahaman yang formalistik, substanstivistik, dan fundamentalis..

Kedua, dalam sudut pandang politik Islam, kedaulatan berada di ‘tangan’

Allah SWT. Allah sajalah yang berhak menetapkan hukum bukan manusia. Perintah dan larangan Allah merupakan hukum yang mutlak ditaati dan diemban manusia. Dengan demikian, menurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya, demokrasi bertentangan dengan Islam, bahkan pertentangan ini bersifat mendasar dan memasuki bidang akidah apabila meyakini manusia sebagai sumber dan pembuat hukum bukan Allah.

Ketiga, tujuan negara menurut al-Qur’an bahwa dalam hal apapun negara tidak boleh melepaskan begitu saja dan harus ada campur tangan dari Negara demi menjaga dan menjamin ketentraman dan kesejahteraan seluruh warga Negara di seluruh alam semesta ini.

Keempat, pemerintah yang adil adalah pemerintahan yang dapat melayani rakyatnya dengan baik, yang menjatuhkan hukuman dengan tepat dan meletakkan

rakyat pada posisi yang tepat, sehingga rakyat mendapat hak dan keperluan yang cukup, adalah pemerintah yang telah menunaikan amanah dan tanggung jawab dengan betul.

Kelima, dalam konsep kewarganegaraan, Pemimpin Negara Islam (atau Negara) berkewajiban untuk mendidik dan membimbing rakyat dalam mengarungi kehidupan dunia yang fana ini menuju kehidupan akhirat yang kekal. Negara juga berkewajiban untuk menjaga kemaslahatan umum. Secara singkat kewajiban-kewajiban tersebut dapat diungkapkan dalam kalimat hirasat al-din wa siyasat al-dunya.

Keenam, Menurut Mahmud al-Murakiby komponen-komponen pengatur kebijakan negara terdiri dari: 1) Kepala negara (hâkim), merupakan lembaga tinggi negara yang memiliki kebijakan-kebijakan politik internal dan eksternal; 2)

Jamâ'ah ahl al-hal wa al-'Aqd, merupakan lembaga tertinggi dalam negara yang memiliki wewenang untuk mengangkat dan menurunkan kepala Negara; 3) Majlis al-Syûrâ', merupakan lembaga perkumpulan wakil masyarakat yang telah dipilih dan dipercaya sebagai penyalur aspirasi masyarakat untuk disampaikan kepada kepala Negara, 4) Dîwân al-Madzhâlim, merupakan sebuah lembaga keamanan masyarakat; 5) Sulthah tanfîdziyah, merupakan pemegang kebijakan politik, sosial dan ekonomi internal sebuah negara. Lembaga ini dipimpin oleh seorang perdana menteri (Wazîr al-Wuzarât, Chief of Ministry) yang membawahi beberapa menteri departemen; dan 6) Dîwân al-Hisbah li ad-Daulah. Lembaga ini berfungsi sebagai pengontrol debet-kredit keuangan negara yang digunakan oleh perangkat negara di atas.

B. Saran

1. Bagi para akademiki, terutama para cendekiawan politik Islam, ketika mewacanakan konsep politik Islam yang ditawarkan Sayyid Quthub berdasarkan penafsirannya terhadap al-Qur’an hendaknya dilakukan melalui pemahaman yang lebih terbuka, daripada mengkedepankan ‘praduga’

pemahaman yang mengasumsikan bahwa Sayyid Quthb dalam pemikirannya sangat literal terhadap nash-nash ajaran Islam..

2. Hendaknya kecenderungan para akademisi dan aktivis gerakan Islam untuk melukiskan politik Islam sebagai wajah tunggal yang berdimensi transnasional sebagaimana yang dianjurkan dalam pemikiran politik Sayyid Qutub dirubah dengan menunjukkan keragaman dan dimensi lokal dari peresentasi Islamisme dalam ruang-waktu sejarah.

112

Abegabriel, Negara Tuhan. Yogyakarta: IRNIS, 2006.

al-Khalidi, Shalah Abdul, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Al-Qur’an, (terj.) Salafuddin Abu Sayyid. Solo: Era Intermedia, 2001.

al-Mayli, Muhsin, Pergulatin Mencari Islam; Perjalanan Religius Roger Garaudy, (terj). Rifyal Ka’bah. Jakarta: Paramadina, 1996.

Boisard, Marcel A., Humanisme dalam Islam, (terj.) M. Rasjidi. Jakarta: Bulan Bintang, 1980.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2001.

Dewan Bahasa dan Pustaka, Kamus Dewan Edisi Keempat (Ampang: Dawama, 2005)

Effendy, Bahtiar, Islam dan Negara Transformasi Pemikiran dan Praktek Politik Islam di Indonesia. Jakarta: Paramadina, 1998.

Enayat, Hamid, Reaksi Politik Sunni dan Syi’ah: Pemikiran Politik Islam Modern

Menghadapi Abad Ke-20. Bandung: Pustaka, 1988. Ensiklopedi Islam, Jilid 4. Jakarta: Ichtra Baru van Hoeve, 2005.

Esposito, John, Ancaman Islam: Mitos atau Realitas? Menggugat Tesis Huntington, (terj.). Bandung: Mizan, 1996.

Gholib, Achmad, Teologi dalam Perspektif Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004.

Hamid, Tijani Abdul Qadir, Pemikiran Politik dalam al-Qur’an, (terj.) Abdul Hayyie al-Kattani. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Hardiman, Fransisco Budi, Kritik Ideologi; Pertautan Pengetahuan dan Kepentingan. Jakarta: Kanisius, 2002.

Ismail, A. Ilyas, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub; Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah. Jakarta: Penamadani, 2006.

Jamhari, Ed. Gerakan Salafi Radikal Di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindopersada, 2004.

Komunitas Kajian Ilmiyah Lirboyo 2005, Formulasi Nalar Fiqh. Kediri: Purna Siswa III Aliyah, 2005.

112

Lapidus Ira M., Sejarah Sosial Ummat Islam, (terj.) Ghufron A. Mas’adi. Jakarta: RajaGrafindo Persada: 1999.

Mahmud, Ali Abdul Halim, Ikhwanul Muslimin Konsep Gerakan terpadu, (terj.), Syafril Halim, Jilid. I-II. Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

Madjid, Nurcholis, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan kemodernan. Jakarta: Paramadina, 1992.

______, Khazanah Intelektual Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1989.

Majlis Musyawarah PP. al-Falah, Hasil Keputusan Bahtsul Masa-il Kubro 06.

Kediri: MMPA, 2006.

Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UIP, 2001. Poedjawijatna, I.R., Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat. Jakarta: Rineka Cipta,

2002.

Permono, Sjechul Hadi, Islam dalam Lintas Sejarah dan Perpolitikan: Teori dan Praktek. Surabaya: Aulia, 2004.

_________, Konsepsi Umum, Pemerintahan Islami. Surabaya: Aulia, 2004. Qardhawy, Yusuf, Syaikh Muhammad al-Ghazali yang Saya Kenal; Setengah

Abad Perjalanan Pemikiran dan Gerakan Islam, (terj.) Surya Darma. Jakarta: Rabbani Press, 1997.

Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilal Al-Qur'an; Di bawah Naungan Al-Qur'an. Jakarta: Gema Insani Press, 2008, Jilid.I-XII.

_________, Ma’alim fi al-Thariq. Salamiyah. Kuwait: Ittihad Islami al-‘Alami, 1368 H.

_________, Beberapa Studi Tentang Islam, terj. A. Rachman Zainuddin (Jakarta: Media Dakwah, 1982),

Rakhmat, Jalaluddin, Islam Alternatif; Ceramah-ceramah di Kampus. Bandung: Mizan, 2004.

Rosyada, Dede, dkk, Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003)

Ruslan, Usman Abdul Muiz, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin: Study Analisa Evaluatif Terhadap Proses Pendidikan Politik Ikhwan untuk Para

112

Anggota Khususnya dan Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya Dari Tahun 1928 hingga 1954, (Solo: Intermedia, 2000),

Sachedina, Abdulaziz, Beda tapi Setara; Pandangan Islam tentang Non-Islam,

(terj.) Satrio Wahono, (Jakarta: Serambi, 2004)

Salim, Abdul Muin, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik dalam al-Qur’’an, (Jakarta: RajaGrafindo Perss, 2007).

Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Qur'an Fungsi dan Peranan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung:Mizan: 1996),

_______________, Tafsir al-Mishbah. Jakarta: Lentera, 2002.

Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran

(Jakarta: UI Press, 1991)

Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Liberty, 2000)

Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Grafindo, 1992)

Uhlin, Anders Oposisi Berserak; Arus Deras Demokratisasi Gelombang Ketiga di Indonesia, (terj.) Rofik Suhud. Bandung: Mizan, 1998.

Zahra, Abu (ed) dalam, Politik Demi Tuhan (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999) Zainuddin, A. Rahman, Sub Makalah Sejarah Pemikiran Islam, dari buku

Dokumen terkait