• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang Manajemen stres mahasiswa Program Ekstensi 2014 dalam menyusun skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dapat disimpulkan bahwa: berdasarkan hasil penelitian ini bahwa mayoritas mahasiswa memiliki manajemen stres yang efektif. Manajemen stres yang selalu dilakukan oleh mahasiswa dalam memanajemen stresnya, yaitu beribadah, tidak merokok, tidak minum minuman keras, memberikan kasih sayang kepada orang disekitar, bergaul dengan teman sebaya, mencari waktu untuk menenangkan diri, berbagi cerita dengan teman dekat, berbicara terus terang mengutarakan isi hati ketika saya marah atau gelisah, tidur sedikitnya 7-8 jam dalam sehari, mengatur waktu secara efektif, makan teratur, mengatur pola makan agar berat badan tetap ideal, mengikuti kegiatan sosial disekitar tempat tinggal,olahraga setiap hari, dan melakukan rekreasi seminggu sekali untuk hiburan.

42

6.2 Saran

Hasil penelitian menggambarkan manajemen stres mahasiswa Program Ekstensi 2014 dalam menyusun skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sudah efektif, maka dengan ini disampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Instansi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan bukti empiris dalam evaluasi pelaksanaan skripsi bagi mahasiswa Program Ekstensi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan dan sebagai pedoman untuk tahap penelitian berikutnya, terutama yang berkaitan dengan manajemen stres yang dihadapi mahasiswa selama proses perkuliahan.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stres

Stres biasanya diawali dengan adanya ketidakseimbangan antara tuntutan dan sumber daya yang dimiliki oleh individu, dimana semakin tinggi kesenjangan terjadi maka semakin tinggi pula tingkat stres yang dialami individu dengan demikian individu akan merasa terancam. Berbagai pendekatan mengenai stres sudah dikemukakan oleh beberapa para ahli tentang stres (Yosep, 2014).

2.2 Pengertian Stres

Stres merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin yaitu “stringere” yang berarti “keras” (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu kewaktu dari straise, stresce, dan kemudian menjadi stres. Abad ke-17 istilah stres diartikan sebagai kesukaran, kesulitan, atau penderitaan dan pada abad ke-18 istilah ini digunakan dengan lebih menunjukkan kekuatan, tekanan, ketegangan, atau usaha yang keras berpusat pada benda atau manusia, terutama kekuatan mental manusia (Yosep, 2014).

Stres sebagai reksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan, dan merisaukan seseorang. Selye (1982 dalam Yosep, 2014) mengatakan bahwa stres adalah reaksi yang diberikan tubuh terhadap berbagai tantangan yang dijumpai dalam

8

menimpa seseorang dapat mengakibatkan gangguan fungsi organ tubuh. Reaksi tubuh dinamakan stres, dan yang dapat dikatakan distres apabila fungsi organ tubuh terganggu. Stres adalah tanggapan atau reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau beban atasnya yang bersifat non spesifik. Namun disamping itu stres juga dapat merupakan faktor pencetus penyebab sekaligus akibat dari suatu gangguan atau penyakit. Stres dalam dalam kehidupan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari, masalahnya adalah bagaimana manusia hidup dengan stres tanpa harus mengalami distres.

Seorang ahli fisiologi dan tokoh dibidang stres yang terkemuka di Universitas Montreal mengatakan stres adalah tanggapan tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap tuntutan atasnya. Dimana tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, tubuh akan berusaha menyeimbangkan rangsangan atau dengan kata lain manusia akan cukup cepat untuk pulih kembali dari pengaruh stres (Selye, 1982 dalam Yosep, 2014).

2.3 Model-model Stres

Pendekatan model stimulus menganggap stres sebagai ciri-ciri dari stimulus lingkungan yang dalam beberapa hal dianggap mengganggu atau merusak. Model pendekatan ini menempatkan stres sebagai sesuatu yang dipelajari dan menekankan pada stimulus apa yang merupakan diagnosa stres. Hal ini memandang stres tanpa suatu tuntutan yang beralasan, pasti mendatangkan stres tanpa memandang bagaimana sumber daya individu (Yosep, 2014).

9

strategi mengatasi stres. Sedangkan reaksi kelelahan yaitu perlawanan terhadap stres yang berkepanjangan mulai menurun, fungsi otak tergantung oleh perubahan metabolisme, sistem kekebalan tubuh menjadi kurang efisien dan penyakit yang serius mulai pada saat kondisi menurun (Yosep, 2014).

Pendekatan model transaksional mengacu pada interaksi antara manusia dan lingkungannya. Studi berdasarkan pendekatan ini menyimpulkan bahwa kita tidak akan dapat memprediksikan penampilan seseorang hanya mengenal stimulus, individu bervariasi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya yaitu dengan melakukan koping terhadap berbagai tuntutan (Yosep, 2014).

2.4 Gejala dan Akibat Stres

Gejala atau akibat stres yang dibicarakan adalah gejala/akibat yang negatif karena sering mengganggu kehidupan manusia. Tingkat stres yang tinggi akan berlangsung dalam waktu yang lama tanpa ada jalan keluar bisa mengakibatkan beberapa macam penyakit yaitu: gangguan pencernaan, serangan jantung, tekanan darah tinggi, asma, radang sendi, alergi, gangguan kulit, pusing/sakit kepala, sulit menelan, panas ulu hati, mual, berbagai macam keluhan perut, keringat dingin, sakit leher, capai menahun, sering buang air seni, kejang otot, mudah lupa, terserang panik, sembelit, diare, insomnia, dan lain-lain (Siswanto, 2007).

Cox (Gibson, dkk, 1990 dalam Siswanto, 2007) mengkategorikan akibat stres menjadi lima kategori, yaitu:

10

b. Akibat perilaku, yaitu akibat yang mudah dilihat karena berbentuk perilaku-perilaku tertentu, meliputi mudah terkena kecelakaan, penyalahgunaan obat, peledakan emosi, berperilaku impulsif, tertawa gelisah.

c. Akibat kognitif, yaitu akibat yang mempengaruhi proses berpikir, meliputi tidak mampu mengambil keputusan yang sehat, kurang dapat berkonsentrasi, tidak mampu memusatkan perhatian dalam jangka waktu yang lama, sangat peka terhadap kecaman dan mengalami rintangan mental.

d. Akibat fisiologis, yaitu akibat-akibat yang berhubungan dengan fungsi atau kerja alat-alat tubuh, yaitu tingkat gula darah meningkat, denyut jantung/tekanan darah naik, mulut menjadi kering, berkeringat, pupil mata membesar, sebentar-bentar panas atau dingin.

e. Akibat keorganisasian, yaitu akibat yang tampak dalam tempat kerja, meliputi absen, produktivitas rendah, mengasingkan diri dari teman sekerja, ketidakpuasan kerja, menurunnya keterikatan dan loyalitas terhadap organisasi.

2.5 Macam-macam Stres

Ditinjau dari penyebabnya, maka stres dibagi menjadi tujuh macam, diantaranya:

a) Stres fisik disebabkan karena keadaan fisik karena temperatur yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau karena tegangan arus listrik.

b) Stres kimiawi disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan, zat beracun asam, basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh

11

c) Stres mikrobiologik disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit.

d) Stres fisiologik disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh diantaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain.

e) Stres proses pertumbuhan dan perkembangan disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan seperti pada pubertas, perkawinan, dan proses lanjut usia.

f) Stres psikis atau emosional disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan (Hidayat, 2007).

2.6 Sumber Stresor

Sumber stresor merupakan asal dari penyebab suatu stres yang dapat mempengaruhi sifat dari stresor seperti lingkungan, baik secara fisik, psikososial maupun spiritual. Sumber stresor lingkungan fisik seperti air minum, makan, atau tempat-tempat umum, sedangkan lingkungan psikososial dapat berupa suara, sikap kesehatan, orang yang ada disekitarnya, sedangkan lingkungan spiritual dapat berupa tempat pelayanan keagamaan seperti fasilitas ibadah dan lainnya (Hidayat, 2007).

Sumber stresor yang lain adalah diri sendiri yang dapat berupa perubahan fisiologis dalam tubuh, seperti adanya operasi, obat-obatan atau lainnya. Sedangkan sumber stresor dari pikiran adalah berhubungan dengan penilaian

12

Selain sumber stresor diatas, stres yang dialami manusia dapat berasal dari berbagai sumber dari dalam diri seseorang, keluarga dan lingkugan.Sumber stres dalam diri sendiri pada umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan suatu stres. Sumber stres di dalam keluarga ditandai dengan adanya perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga. Permasalahan ini akan selalu menimbulkan suatu keadaan yang dinamakan stres.Sumber stres didalam masyarakat atau lingkungan ini dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya, seperti lingkungan pekerjaan, secara umum disebut sebagai stres pekerja karena lingkungan fisik, dikarenakan kurangnya hubungan interpersonal serta kurangnya adanya pengakuan di masyarakat sehingga tidak dapat berkembang (Hidayat, 2007).

2.7 Tahapan Stres

Stres dapat terjadi melalui beberapa tahapan. Amberg (1979 dalam Sunaryo, 2013) tahapan stres meliputi: Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, dan mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, cepat capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, otot tengkuk dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai. Stres

13

dan sulit tidur kembali, bangun terlalu pagi, dan sulit tidur kembali, koordinasi tubuh terganggu, dan jatuh pingsan. Stres tahap keempat, yaitu tahapan yang disertai rasa keluhan, tidak mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai kelelahan fisik dan mental, ketidakmampuan menyesuaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti jantung berdebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat, loyo, serta pingsan.

2.8 Faktor Pengaruh Respons Terhadap Stresor

Respons terhadap stresor yang diberikan setiap individu akan berbeda berdasarkan faktor yang akan mempengaruhi dari stresor tersebut, dan koping yang dimiliki individu, diantara stresor yang dapat mempengaruhi respons tubuh antara lain (Hidayat, 2007) :

a) Sifat stresor merupakan faktor yang dapat mempengaruhi respons tubuh terhadap stresor. Sifat stresor ini dapat berupa tiba-tiba atau berangsur-angsur, sifat ini pada setiap individu dapat berbeda tergantung dari pemahaman tentang arti stresor.

14

maka respons yang dialaminya juga akan lebih lama dan dapat mempengaruhi dari fungsi tubuh yang lain.

c) Jumlah stresor yang dialami seseorang dapat menentukan respons tubuh. Semakin banyak stresor yang dialami pada seseorang, dapat menimbulkan dampak yang besar bagi fungsi tubuh juga sebaliknya dengan jumlah stresor yang dialami banyak dan kemampuan adaptasi baik, maka seseorang akan memiliki kemampuan dalam mengatasinya.

d) Pengalaman masa lalu juga dapat mempengaruhi respons tubuh terhadap stresor yang dimiliki. Semakin banyak stresor dan pengalaman yang dialami dan mampu menghadapinya, maka semakin baik dalam mengatasinya sehingga kemampuan adaptifnya semakin baik pula.

e) Tipe kepribadian seseorang juga dapat mempengaruhi respons terhadap stresor. Apabila seseorang yang memiliki tipe kepribadian A, maka lebih rentan terkena stres dibandingkan dengan tipe kepribadian B. Tipe kepribadian A memiliki ciri ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung, mudah marah, memiliki kewaspadaan yang berlebihan, bicara cepat, bekerja tidak kenal waktu, pandai berorganisasi dan memimpin atau memerintah, lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan, kaku terhadap waktu, ramah, tidak mudah dipengaruhi, bila berlibur pikirannya ke pekerjaan yang lain-lain. Sedangkan tipe kepribadian B memiliki ciri tidak agresif ambisinya wajar-wajar, penyabar, senang, tidak mudah tersinggung, tidak murah marah,

15

kerjasama, mudah bergaul, dan lain-lain atau merupakan kebalikan dari tipe kepribadian A.

f) Tingkat perkembangan pada individu ini juga dapat mempengaruhi respons tubuh dimana semakin matang dalam perkembangannya, maka semakin baik pula kemampuan untuk mengatasinya. Dalam perkembangan kemampuan individu dalam mengatasi stresor dan respons terhadapnya berbeda-beda dan stresor yang dihadapinya pun berbeda. Mahasiswa yang mengalami tahap perkembangan dewasa muda dan dewasa tengah mendapatkan stresor yang berasal dari pernikahan, pekerjaan yang meninggalkan rumah, lingkungan pekerjaan yang baru, melanjutkan pendidikan, membesarkan anak, menerima proses penuaan, dan status sosial.

2.9 Reaksi Tubuh Terhadap Stres

Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan reaksi yang ada pada tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis (Hidayat, 2007). Stres yang dirasakan tiap individu memiliki reaksi yang berbeda-beda terhadap sistem tubuh (Sunaryo, 2013). Hawari (2001 dalam Sunaryo, 2013) mengungkapkan bahwa stres dapat mengenai hampir seluruh sistem tubuh, seperti: Perubahan warna rambut, hitam hingga kecokelat-cokelatan, putih/uban, rontok, gangguan ketajaman penglihatan, titinus (pendengaran berdenging), daya ingat, konsentrasi, berpikir menurun, wajah tegang, serius, tidak santai, sulit senyum, kedutan pada kulit wajah (tic

16

kesemutan, napas terasa berat dan sesak, jantung berdebar-debar, muka merah atau pucat, lambung mual, kembung, perih, mulas; defekasi atau diare, sering berkemih, otot sakit, seperti ditusuk-tusuk, pegal, dan tegang, kadar gula darah meningkat, terjadi gangguan menstruasi pada wanita, libido menurun atau dapat juga meningkat.

3.0 Stres Mahasiswa Fakultas Keperawatan

Perkuliahan pada modren sekarag ini, bukan lagi sekadar datang kekampus, menghadiri kelas, ikut serta dalam ujian, dan kemudian lulus. Perkuliahan sekarang semakin kompleks yang seringkali menjadi beban tambahan disamping tekanan dalam kuliah yang begitu melelahkan. Grafik usia mahasiswa menunjukkan bahwa para mahasiswa pada umumnya berada dalam tahap remaja hingga dewasa muda. Seseorang pada rentang usia ini masih lebih labil dalam hal kepribadiannya, sehingga dalam menghadapi masalah mahasiswa cenderung terlihat kurang berpengalaman. Masalah-masalah tersebut, baik dalam hal perkuliahan maupun kehidupan diluar kampus, dapat menjadi hal yang mengancam karena ketika ada stresor yang datang, maka tubuh akan meresponnya (Purwati, 2010).

Masalah yang sering terjadi pada mahasiswa secara kognitif antara lain sulit berkonsentrasi, sulit mengingat pelajaran, dan sulit memahami pelajaran. Secara emosional antara lain sulit memotivasi dirinya sendiri, munculnya perasaan cemas, sedih, kemarahan, frustasi, dan secara fisiologis antara lain gangguan kesehatan, daya tahan tubuh yang terus menurun, sering pusing, badan terasa lesu,

17

3.1 Penyebab Stres Mahasiswa Fakultas Keperawatan

Hal yang dapat mempengaruhi terjadinya stres pada mahasiswa keperawatan antara lain (Purwati, 2010) :

a. Dosen

Sulitnya proses bimbingan tugas, makalah, diskusi, dan skripsi pada dosen menjadi salah satu faktor yang menghambat dalam proses penyelesaian tugas atau skripsi. Banyak dosen terlalu kritis terhadap hasil tugas mahasiswa, mereka harus melakukan revisi berulang kali karena belum sempurna. Beberapa dosen sibuk dengan cara berpikir yang membingungkan mahasiswa dan membuat pikiran terkuras. Ada juga dosen yang sulit ditemui di kampus karena banyak kegiatan atau penuh waktunya untuk mengajar.

b. Beban kuliah

Tuntutan akademis yang ada, membuat mahasiswa merasa dituntut untuk meraih pencapaian yang telah ditentukan baik oleh pihak Fakultas/Universitas maupun dari mahasiswa itu sendiri. Tuntutan tersebut dapat memberikan tekanan yang melampaui batas kemampuan mahasiswa itu sendiri. Ketika hal ini terjadi, maka beban yang berlebihan tersebut akan mengundang stres pada mahasiswa.

c. Hubungan atau relasi

Hubungan dengan orang lain baik dengan teman kuliah atau bukan, memiliki pengaruh yang besar bagi mahasiswa. Gangguan pada aspek tersebut dapat

18

d. Hambatan keuangan

Kuliah tidak hanya sekadar belajar dikampus. Menjalani aktivitas kuliah berarti terlibat dengan lingkungan sosial tempat tersebut, sehingga keuangan tidak hanya diperlukan untuk biaya akademis saja, namun untuk kebutuhan hidup dan kebutuhan lainnya yang diperlukan. Hal ini dapat menjadi salah satu sumber stresor bila dilihat dari segi finansial yang kurang mencukupi. 3.2 Manajemen Stres

Stres merupakan sumber dari berbagai penyakit pada manusia, apabila stres tidak cepat ditanggulangi atau dikelola dengan baik, maka akan berdampak lebih lanjut seperti mudah terjadi gangguan atau terkena penyakit (Sunaryo, 2013). Maka untuk mencegah dan mengatasi stres agar dapat tidak sampai ke tahap yang lebih berat, maka dapat dilakukan dengan cara (Hawari, 2004) :

1. Mengatur pola makan

Makan dan minum yang baik tidak berlebihan, berhenti makan sebelum kenyang. Jadwal makan baiknya teratur pagi, siang dan malam dan usahakan jangan sampai terlambat. Menu makan juga baiknya bervariasi, berimbang dan hangat. Sebab, makanan yang dingin dan monoton dapat menurunkan daya tahan atau kekebalan tubuh. Jumlah kalori makanan dan minuman baiknya sedang dan wajar saja, jangan berlebihan karena dapat mengakibatkan kegemukan, sebaliknya jangan pula kekurangan karena dapat mngakibatkan kurus.

19

terutama manusia, oleh karena itu jadwal tidur harus teratur. Lamanya tidur yang baik adalah 7-8 jam, yaitu tidur jam 21.00 dan bangun tidur jam 05.00. Atau paling tidak 4 malam dalam seminggu seseorang itu tidur dalam jangka tersebut, agar kekebalan tubuh tidak menurun. Sebab bila rata-rata tidur hanya 3-4 jam bahkan kurang dalam semalam, maka kekebalannya akan cepat menurun dan mudah mengalami stres. Tidur dengan nyenyak tanpa gangguan mimpi-mimpi yang menegangkan dan menyeramkan adalah tidur yang sehat, keesokan harinya tubuh akan segar-bugar.

3. Melakukan olahraga

Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan baik fisik maupun mental, olahraga adalah salah satu caranya. Olahraga tidak perlu yang mahal-mahal, bahkan tanpa biaya sekalipun orang dapat melakukannya. Misalnya, jalan pagi, lari pagi, ataupun senam, yang dilakukan setiap hari atau paling tidak 2 kali seminggu. Olahraga tidak perlu terlalu berlama-lama, bila badan sudah berkeringat sudah cukup, dan kemudian mandi dengan air hangat.

4. Tidak Merokok

Tidak merokok adalah kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan ketahanan serta kekebalan tubuh. Perlu diketahui bahwa berdasarkan penelitian (Sujudi A., 1999 dalam Hawari, 2004) rokok atau tembakau adalah :

20

a. Pintu pertama ke NAZA.

b. Pembunuh nomor 3 sesudah penyakit jantung koroner dan kanker. c. Satu batang rokok memperpendek umur 12 menit.

d. Rokok atau tembakau termasuk zat adiktif.

e. Rokok adalah racun yang menular (perokok pasif). f. Setiap hari 10.000 orang didunia mati karena rokok. g. Setiap tahun 57.000 orang Indonesia mati karena merokok.

5. Tidak Meminum Minuman Keras

Tidak meminum minuman keras (minuman yang mengandung alkohol) adalah kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan ketahanan serta kekebalan tubuh. Dampak dari minuman keras dapat mengakibatkan gangguan mental dan perilaku dan juga penyakit lever yang berlanjut pada kematian. Hasil penelitian yang dilakukan (Chalan,dkk, 1987 dalam Hawari, 2004) menyatakan bahwa penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol mengakibatkan :

a. Satu pertiga kecelakaan lalu lintas di Amerika Serikat, 1987 disebabkan oleh pengemudi dibawah pengaruh alkohol.

b. Tercatat kematian di Amerika Serikat, 1987 sekitar 15.000 jiwa setiap tahunnya dengan kasus bunuh diri dibawah pengaruh alkohol.

c. 40 juta anak/suami/istri di Amerika Serikat, 1987 menanggung derita mental karena salah satu atau lebih anggota keluarganya menderita ketergantungan alkohol.

21

6. Mengatur berat badan

Orang yang berat badannya berlebihan atau sebaliknya akan menurunkan daya tahan dan kekebalan tubuh tehadap stres. Oleh karena itu berat badan hendaknya seimbang dengan tinggi badan yaitu tipe tubuh atletis.

7. Bergaul dengan orang lain

Manusia adalah makhluk sosial, seseorang tidak dapat hidup sendiri atau menyendiri. Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh terhadap stres, maka orang hendaknya banyak bergaul, banyak relasi dan teman serta perluas pergaulan sosial, atau dengan kata lain perbanyaklah tali silaturahmi antar sesama yang serasi, selaras dan seimbang. Dari sekian banyak sahabat dan kenalan, tentu ada yang lebih akrab, kepada siapa kita dapat bertukar fikiran mengenai hal-hal yang sifatnya pribadi. Dalam hidup ini seseorang memerlukan orang lain yang dapat dipercaya untuk dapat bertukar fikiran segala macam persoalan hidup yang menimbulkan ketegangan, kecemasan, dan atau depresi. Apabila seseorang tidak dapat menemukan orang lain yang dapat diajak bertukar fikiran, maka diharapkan jangan ragu-ragu atau bimbang untuk berkonsultasi dengan psikiater.

8. Mengatur waktu

Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental, maka pengaturan waktu dalam kehidupan sehari-hari baik dirumah,

22

mengerjakan suatu pekerjaan. Dalam menyelesaikan suatu pekerjaan hendaknya segera dilakukan jangan ditunda-tunda sampai menumpuk dan terdesak waktu atau dikejar-kejar waktu. Seseorang hendaknya pandai dan bijak dalam mengatur waktu untuk bekerja, keluarga, rekreasi, tidur, olahraga, makan-minum, dan yang lebih penting serta tidak boleh dilupakan adalah waktu untuk menjalankan ibadah.

9. Beribadah

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, dan karena itu manusia memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar spriritual. Seseorang yang beragama hendaknya jangan sekedar formalitas saja, tetapi lebih utama mampu menghayati dan mengamalkan keyakinan agamanya, sehingga manusia dapat memeproleh kekuatan dan ketenangan. Berbagai penelitian membuktikan bahwa tingkat keimanan sesorang erat hubungannya dengan imunitas atau kekebalan baik fisik maupun mental.

10.Melakukan rekreasi

Guna membebaskan diri dari kejenuhan pekerjaan atau kehidupan yang monoton, maka luangkanlah waktu untuk berekreasi atau mencari hiburan, karena sangat berguna untuk memulihkan ketahanan dan kekebalan fisik maupun mental. Jika seseorang dapat mengatur waktu untuk rekreasi

Dokumen terkait