• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menyimpulkan hasil-hasil yang didapat dari penelitian dan memberikan saran untuk penelitian lebih lanjut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sekam padi

Sekam padi adalah limbah dari hasil penggilingan padi, karena bentuk butirnya tidak begitu halus ( ± 3 mm) dan bobotnya ringan, pnyimpanan limbah ini memerlukan tempat yang luas.

Kulit padi (sekam) merupakan salah satu bahan/material sisa dari proses pengolahan padi yang sering dianggap sebagai limbah. Besarnya konsumsi beras sebagai makanan pokok dan meningkatnya produksi padi dapat memberikan perkiraan makro akan jumlah material tersebut dari tahun ke tahun. Produksi padi di Indonesia pada tahun 2004 mencapai 53,67 juta ton gabah kering giling (GKG), dimana dapat menghasilkan sekam padi sebanyak 20% - 25% dari berat keseluruhan.

Sekam padi umumnya hanya digunakan sebagai bahan bakar utama atau tambahan pada industri pembuatan bata atau batu, bahan dekorasi, media tumbuh bagi tanaman hias, atau bahkan dibuang. Sudah diketahui bahwa sekam padi mengandung banyak Silika amorf apabila dibakar mencapai suhu 700ºC dalam waktu sekitar 2 jam. Oleh karena itu, kini mulai dikembangkan pemanfaatan abu sekam padi (sisa pembakaran sekam padi) dalam berbagai bidang, salah satunya di bidang konstruksi. Reaktivitas antara silika dalam abu sekam padi dengan kalsium hidroksida dalam pasta semen dapat berpengaruh pada peningkatan mutu beton.

Sekam padi dapat digunakan untuk pembuatan hard board, dimana pada pembuatan hard board perekat yang digunakan adalah urea formaldehid atau fenol formaldehid, sedangkan pada pembuatan soft board perekat yang digunakan adalah latex hard board, sekam mempunyai sifat tahan air, dan tahan rayap, oleh karena itu dapat digunakan untuk bagian dalam atau bagian luar rumah.

2.2 Abu Sekam Padi

Abu sekam padi merupakan hasil dari sisa pembakaran sekam padi, Abu sekam padi merupakan salah satu bahan yang potensial digunakan di Indonesia karena produksi yang tinggi dan penyebaran yang luas. Bila abu sekam padi dibakar pada suhu terkontrol, abu sekam yang dihasilkan dari sisa pembakaran mempunyai sifat pozzolan yang tinggi karena mengandung silika.

Selama proses perubahan sekam padi menjadi abu, pembakaran memghilangkan zat-zat organik dan meninggalkan sisa yang kaya akan silika.perlakuan panas pada sekam menghasilkan perubahan struktur yang berpengaruh pada dua hal. Yaitu tingkat aktivitas pozzolan dan kehalusan butiran abunya.

Komposisi kimia abu sekam padi adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1. Komposisi kimia abu sekam padi

No Komponen Persentase kompposisi (%) 1 SiO2 94,5 2 Al2O3 1.05 3 Fe2O3 1,05 4 Cao 0,25 5 MgO 0,23 6 SO4 1,13 7 CaO bebas - 8 Na2O 0,78 9 K2O 1

Dari tabel diatas, terlihat bahwa abu sekam padi mempunyai kandungan silika hingga 94%. Komposisi silika yang cukup besar pada abu sekam padi, membuat abu sekam padi menjadi bersifat pozzolan yang bila dicampur dengan semen menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi.

2.3 Pozzolan

Pozzolan adalah bahan tambahan yang berasal dari alam atau buatan, yang sebagian besar terdiri dari unsur – unsur silika dan alumina yang reaktif. Pozzolan sendiri tidak mempunyai sifat semen. Tetapi dalam keadaan halus bereaksi dengan kapur bebas dan air menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air. Pozzolan dapat ditambahkan pada campuran adukan beton atau mortar (sampai pada batas tertentu dapat menggantikan semen), untuk memperbaiki kelecakan (workability), membuat beton menjadi lebih kedap air (mengurangi permeabilitas) dan yang bersifat agresif. Penambahan pozzolan juaga dapat meningkatkan kuat tekan beton, karena adanya reaksi peningkatan kapur bebas (Ca(OH)2) oleh silikat atau aluminat menjadi tober morit (3.CaO.2.SiO2.3H2O).

Pozzolan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Pozzolan alam. : yaitu bahan alam yang merupakan sedimentasi dari abu atau lava atau gunung yang mengandung silikat aktif, yang bila dicampur dengan kapur padam akan mengadakam sementasi.

2. Pozzolan buatan : jenis ini banyak macamnya baik merupakan sisa pembakaran dari tungku, maupun pemanfaatan limbah yang diolah menjadi abu yang mengandung silika reaktif dengan proses pembakaran, seperti abu terbang (Fly ash), silika fume, dll.

Pemakaian bahan pozzolan dalam beton, akan menghasilkan beton yang lebih kedap air. Silikat dalam jumlah tertentu dapat menggantikan semen dan juga berperan sebagai pengisi antara partikel – partikel semen sehingga adanya silikat maka porositas beton akan menjadi lebih kecil dan selanjutnya kedapan beton akan menjadi bertambah sehingga permeabilitas semakin kecil.

Pozzolan dapat dipakai sebagai bahan tambahan atau sebagai pengganti semen pordland. Bila dipakai sebagai pengganti sebagian semen pordland umumnya berkisar antara 5% sampai 35%.

2.4 Beton

Beton biasanya campuran dari empat komponen, yaitu semen, agregat halus, agregat kasar, dan air. Untuk mendapatkan tujuan – tujuan khusus atau sifat – sifat tertentu, beton di tambah dengan satu atau lebih admixture sebagai komponen kelima dalam campuran. Beton dalam berbagai variasi sifat kekuatan dapat diperoleh dengan pengaturan yang sesuai dari perbandingan jumlah material pembentuknya, semen - semen khusus (seperti semen- semen kekuatan tinggi), agregat – agregat khusus ( seperti bermacam – macam agregat ringan dan agregat berat), metode – metode pemulihan khusus (seperti metode pemulihan uap) memungkinkan untuk mendapatkan variasi sifat – sifat beton yang lebih luas lagi.

Susunan beton secara umum, yaitu: 7-15 % PC, 16-21 % air, 25-30% pasir, dan 31-50% kerikil. Kekuatan beton terletak pada perbandingan jumlah semen dan air, rasio perbandingan air terhadap semen (W/C ratio) yang semakin kecil akan menambah kekuatan (compressive strength) beton. Kekuatan beton ditentukan oleh perbandingan air semen, selama campuran cukup plastis, dapat dikerjakan dan beton itu dipadatkan sempurna dengan agregat yang baik”.

Sifat beton yang meliputi : mudah diaduk, di salurkan, di cor, di padatkan dan diselesaikan, tanpa menimbulkan pemisahan bahan susunan adukan dan mutu beton yang disyaratkan oleh konstruksi tetap di penuhi.

Sifat – sifat tersebut untuk adukan beton dipengaruhi oleh : 1. kekentalan

2. Mobilitas setelah aliran dimulai.

3. kohesi atau perlawanan terhadap pemisaham bahan bahan komponen 4. sifat saling melekat (hubungannya dengan kohesi ), berarti bahan – bahan

susunannya tidak akan mudah terpisah – pisah sehingga memudahkan pengerjaan yang perlu dilakukan.

Sampai saat ini beton masih menjadi pilihan utama dalam pembuatan struktur. Sifat-sifat dan karakteristik material penyusun beton akan mempengaruhi kinerja beton yang dibuat. Kinerja beton ini harus disesuaikan dengan kelas dan mutu

beton yang dibuat. Sehingga dalam penggunaannya dapat disesuaikan dengan bangunan ataupun kontruksi yang akan dibangun untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan sesuai dengan dibutuhkan. Menurut PBI’ 71 beton dibagi dalam kelas dan mutu sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kelas dan Mutu Beton

Kelas Beton Mutu Beton Kekuatan Tekan Minimum     2 cm Kgf Tujuan Pemakaian Beton I Bo 50-80 Non-Struktual II B1 K125 K175 K225 100 125 175 225 Rumah Tinggal Perumahan Perumahan Perumahan dan Bendungan III K>225 >225 Jembatan,Bangunan

tinggi, Terowongan kereta api

(sumber : Gunawan, 2000)

2.4.1 Semen

Semen adalah suatu bahan yang meiliki sifat adhesif dan kohesif yang memungkinkan melekatnya fragmen – fragmen mineral menjadi suatu massa yang padat. Meskipun defenisi ini dapat diterapkan dalam jenis bahan , semen yang dimaksud adalah bahan yang menjadi mengeras dengan adanya air – yang dinamakan semen hidraulik (Hydraulik cement). Semen semacam ini terutama terdiri dari silikat (silicate) dan lime yang terbuat dari kapur dan tanah liat (batu tulis) yang digerinda., di campur, di bakar dalam pembakaran kapur (klin), dan kemudian dihancur menjadi tepung. Semen semacam ini secara kimia dicampur dengan air (hydration) untuk membentuk massa yang mengeras. Semen hidrolik biasa digunakan dalam pembuatan beton bertulang yang di sebut dengan semen pordlant.

Fungsi utama dari semen adalah untukmengikat partikel agregat yang terpisah sehingga menjadi satu kesatuan. Bahan dasar pembentuk semen adalah :

a. 3CaO.SiO2 (tricalcium silikat) disingkat C3S (58% - 69%) b. 2CaO.SiO2 (dicalcium silikat) disingkat C2S (8% - 15%) c. 3CaO.Al2O3 (tricalcium aluminate) disingkat C3A (2% - 15%)

d. 4CaO.Al2O3.Fe2O3 (tetracalcium aalummoferrit) disingkat C4AF (6% 14%)

C3S dan C2S merupakan senyawa yang membuat sifat – sifat perekat, C3A adalah senyawa yang paling reaktif, sedangkan C4F berfungsi sebagai katalisator yang menurunkan temperatur pembakaran dalam pembentukan calcium silicat.

Faktor semen sangatlah mempengaruhi karakteristik campuran mortar . Kandungan semen hidraulis yang tinggi akan memberikan banyak keuntungan, antara lain dapat membuat campuran mortar menjadi lebih kuat, lebih padat, lebih tahan air, lebih cepat mengeras, dan juga memberikan rekatan yang lebih baik. Kerugiannya adalah dengan cepatnya campuran mortar mengeras, maka dapat menyebabkan susut kering yang lebih tinggi pula. Mortar dengan kandungan hidrulik rendah akan lebih lemah dan mudah dalm pergerakan .

Semen pordland dibuat dari serbuk halus kristalin yang komposisi utmanya adalah kalsium dan aluminium silikat. Bahan baku utama dalam pembuatan semen pordland adalh sebagai berikut :

• Kapur (CaO) – dari batu kapur (60 -65%)

• Silika (SiO2) – dari lempung (17 – 25%)

• Alumina (Al2O3) – dari lempung (3% – 8%)

2.4.1.1. Jenis – jenis semen pordland

Pada umumnya semen pordland yang biasa kita jumpai dipasaran adalah jenis semen pordlant biasa (ordinary cement pordlan), yaitu semen portland yang digunakan untuk tujuan umum. Jenis semen pordland dapat dibagi kedalam beberapa segi, yaitu segi kebutuhan dan segi penggunaan dan kekuatan.

Ditinjau dari penggunaannya, semen pordland dapat dikelompokan sebagai berikut :

a. Jenis I (Normal pordland cement)

Yaitu jenis semen pordland untuk penggunaan dalam konstruksi beton secara umum yang tidak memerlukan sifat – sifat khusus. Misalnya untuk pembuatan trotoar dan lain-lain.

b. Jenis II (hifh – early – strength pordland cement)

Jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga dapat digunakan untuk perbaikan bangunan beton yang perlu segera digunakan atau acuannya segera perlu dilepas.

c. Jenis III (modifid pordland cement)

Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan keluarnya panas lebih lambat.jenis ini di gunakan untuk bangunan tebal seperti pilar dengan ukuran besar. Panas hidrasi yang sangat rendah dapat mengurangi terjadinya retak – retak pergeseran.

d. Jenis IV (low heat pordland cement)

Jenis ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang memerlukan panas hidrasi serendah – rendahnya. Kekuatannya tumbuh lambat . jenis ini di gunakan untuk bangunan beton massa seperti bendungan gravitasi – gravitasi besar.

e. Jenis V (Sulfate resisting porldland cement)

Jenis ini merupakan jenis khusus maksudnya hanya pada penggunaan bangunan – bangunan yang kena sulfat, seperti ditanah yang kadar alkalinya tinggi. Pengerasan berjalan lebih lambat dari p[ada semen pordlan biasa.

f. pordland pozzolan cement (PPC)

Semen pordland pozzolan adalah campuran dari semen tipe I biasa dengan pozzolan. Pozzolan adalah suatu campuran silika yang halus atau silika dengan bahan aluminium yang memiliki sedikit sifat semen, akan tetapi berada pada bentuk tepung dan yang dengan kelembaban akan bereaksi secara kimiawi dengan kalsium hidrolik pada suhu biasa dan membentuk bahan yang memiliki sifat semen.semen campuran dengan pozzolan memperoleh kekuatan lebih lambat dibandingkan dengan semen yang

Proses hidrasi yang terjadi pada semen pordland dapat dinyatakan dalam persamaan kimia sebagai berikut :

2(3CaO.SiO2) + 6H2O 3CaO.SiO2.. 3H2O + 3Ca (OH)2 2(3CaO.SiO2) + 4H2O 3CaO.SiO2.. 2H2O + Ca (OH)2 Kalsium silikat salam air akan terhidrolisa kalsium silikat hidrat (3CaO.SiO2.. 3H2O) yang berupa padatan berongga yang sering disebut tobermorite gel dan kalsium hidroksida Ca (OH)2 atau kapur bebas yang merupakan sisa reaksi antara C3S dan C2S dengan air.

2.4.2 Agregat

Agregat biasanya menempati 75% dari isi total beton, maka sifat – sifat dari agregat ini mempunyai pengaruh yang besar perilaku dari beton yang sudah mengeras. Sifat agregat bukan hanya mempengaruhi sifat beton, akan tetapi juga mempengruhi ketahanan (durbility, daya tahan kemunduran mutu akibat siklus dari pembekuan pencairan). Agregat lebih murah dari pada semen, maka logis mempergunakannya dengan persentase yang setinggi mungkin.

Agregat dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi atau pemecahan massa batuan induk yang lebih besar. Oleh karena itu, sifat agregat tergantung dari sifat batuan induk. Sifat-sifat tersebut diantaranya, komposisi kimia dan mineral, klasifikasi petrografik , berat jenis, kekerasan (hardness), kekuatan, stabilitas fisika dan kimia, struktur pori, warna dan lain-lain. Namun, ada juga sifat agregat yang tidak bergantung dari sifat batuan induk, yaitu ukuran dan bentuk partikel, tekstur dan absorbsi permukaan.

Agregat di bagi menjadi dua bagian yaitu : 1. Agregat halus (pasir alami dan buatan)

Agregat halus

Agregat halus (pasir) adalah material yang lolos dari ayakan no 4 (yaitu) lebih kecil dari 5mm didalam diameter). Agregat halus yang baik harus bebas dari bahan organik, lempung, atau bahan – bahan lain yang dapat merusak campuran beton.variasi ukuran dalam campuran harus mempunyai gradasi yang baik yang sesuai dengan standart analisis saringan dari analisis dari ASTM (american society of testing and materials).

Gradasi yang direkomendasikan untuk agregat kasar dan halus yang akan digunakan sebagai beton berbobot normal dicantumkan pada tabel berikut :

Tabel 2.3 Persyaratan gradasi untuk agregat pada beton berbobot normal (ASTM C-33) Ukuran saringan standart amerika Persen lewat Agregat halus Agregat kasar No.4 sampai 2 in No.4 sampai 1 1 /2 in No.4 sampai 1 in No.4 sampai 3 /4 in 2 in (50 mm) 95 - 100 100 - - - 1 1/2 in (37,5 mm) - 95 - 100 100 - - 1 in (25 mm) 25 - 70 - 95 - 100 100 - ¾ inc (19 mm) - 35 - 75 - 90 - 100 - ½ in (12,5 mm) 10 – 30 - 25 - 60 - - 3 /8 in (9,5 mm) - 10 - 30 - 20 - 55 100 N0. 4 (4,75 mm) 0 - 5 0 - 5 0 - 10 0 - 10 95 -100 No.8 (2,36 mm) 0 0 0 - 5 1 - 5 80 – 100 No. 16 0 0 0 0 50 – 85

No. 30 (600 m) 0 0 0 0 25 – 60 N0. 50 (300 m) No. 100 (150 m) 0 0 0 0 2 - 10 Agregat kasar

Yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat yang berukuran lebih besar dari 5 mm. sifat yang paling penting dari suatu agregat kasar adalah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan semen, porositas beton dan karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin dan agresi kimia. Serta ketahanan terhadap penyusutan.

Jenis agregat kasar secara umum adalah sebagai berikut :

1. Batu pecah alami : Bahan ini diperoleh dari cadas atau batu pecah alami yang digali, yang berasal dari gunung merapi.

2. kerikil alami : kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir.

3. Agregat kasar buatan : terutama berupa slag atau shale yang biasa digunakan untuk beton berbobot ringan. Biasanya hasil dari proses lain seperti dari blast – furnace dan lain – lain.

4. agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat : dengan adanya tuntutan yang spesifik pada zaman atom yang sekarang ini, juga untuk pelindung dari radaisi nuklir sebagai akibat banyaknya pembangkit atom an stasiun tenga nuklir, maka perlu ada beton yang melindungi dari sinar X, sinar gamma, dan neutron. Pada beton demikian syarat ekonomis maupun syarat kemudahan pengerjaan tidak begitu menentukan. Agregat yang diklasifikasikan disini misalnya baja pecah, barit, magnatit, dan limonit.

2.4.3 Air.

Air sangat diperlukan dalam pembuatan beton, beton tidak akan terbentuk tanpa adanya air sebagai campurannya. karena semen tidak akan bereaksi dan menjadi pasta apabila tidak ada air. Air selalu diperlukan dalm campuran beton, tidak saja untuk proses hidrasi semen, tapi juga mengubah semen menjadi pasta sehingga beton menjadi lecak dan mudah dikerjakan terutama pada saat penuangan beton dalam cetakan.

Air memiliki beberapa pengaruh terhadap kekuatan beton antara lain : 1. Air merupakan media pencampuran pada pembuatan pasta

2. kekuatan dari pasta pengerasan semen ditentukan oleh perbandingan berat antara air dan faktor semen

3. kandungan air yang tinggi menghalangi proses pengikatan, dan kandungan air yang rendah reaksi tidak selesai. Kandungan air yang tinggi dapat mengakibatkan

- Mudah mengerjakannya - Kekuatan rendah

- Beton dapat menjadi poros

Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :

. 1. Air tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, bahan padat, sulfat, klorida, dan bahan lainnya yang dapat merusak beton, sebaiknya digunakan air yang dapat diminum

2. Air yang keruh sebelum digunakan diendapkan selama minimal 24 jam atau jika dapt dissaing terlebih dahulu.

Tabel. 2.7 Batas dan izin air untuk campuran beton.

Batas yang di izinkan Ph Bahan padat Bahan terlarut Bahan organik Minyak Sulfat (SO3) Chlor (Cl) – 8.5 2000 ppm 2000 ppm 2000 ppm 2% berat semen 10000 ppm 10000 ppm

Air digunakan untuk membuat adukan menjadi bubur kental dan juga sebagai bahan untuk menimbulkan reaksi pada bahan lain untuk mengeras. Oleh karena itu air sangat dibutuhkan dalam pengerjaan bahan, tanpa air konstruksi bahan tidak akan terlaksana dengan baik dan semprna.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. ALAT DAN BAHAN

3.1.1 Peralatan.

Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut ;

a. Universal testing machine

• Merek : MAEKAWA TASTING MACHINE MFG.CO

• Kecepatan : 3,5 cm/menit

• Type MR-20-CT

Alat ini berfungsi sebagai alat pengujian kuat tekan pada saat sampel berumur 7 hari, 14 hari, dan 28 hari.

b. Neraca Analitik

Neraca Analitik berfungsi untuk menimbang sampel c. Gelas ukur 100 mL

Gelas ukur berfungsi sebagai takaran dari perbandingan volume dari bahan.

d. Cetakan

a. kubus (5cm x 5cm x 5cm), sebanyak 72 buah. b. silinder ( 2cm x 5 cm) sebanyak 18 buah.

3.1.2 Bahan-bahan

Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

- Semen pordland Tipe I

- Agregat yang terdiri dari batu pecah dan pasir - Abu sekam padi

3.2 Metodologi Penelitian

3.2.1 Diagram Alir Pembuatan beton campuran abu sekam padi

- pengujian kuat tekan - pengujian penyerapan air - pengujian porositas

BATU PECAH

SEMEN + ABU SEKAM PADI (Variasi canmpuran

5% - 25%) PASIR AIR PENGADUKAN PENCETAKAN PENCAMPURAN ANALISA DATA PERENDAMAN PENGUJIAN BETON PENGERINGAN (didiamkan selama 24 jam) HASIL/LAPORAN PENELITIAN

3.2.2 Diagram alir pembuatan beton normal

- pengujian kuat tekan - pengujian penyerapan air - pengujian porositas

SEMEN PASIR BATU PECAH AIR

PENCAMPURA N PENGADUKAN PENCETAKAN PENGERINGAN (didiamkan selama 24 jam) PERENDAMAN PENGUJIAN BETON ANALISA DATA HASIL/LAPORAN PENELITIAN

3.3 PROSEDUR PEMBUATAN BENDA UJI BETON. 3.3.1 Prosedur Pengujian Kuat Tekan

Prosedur yang dilakukan dalam uji kuat tekan adalah sebagai berikut : 1. Persiapan Bahan

Seluruh material seperti semen, pasir, kerikil, abu sekam padi, disiapkan 2. Pencampuran

a. Semen, pasir, dan batu pecah dicampur dengan perbandingan 1 : 2 : 3 b. Untuk beton dengan campuran abu sekam padi

Abu sekam padi ditambah kedalam campuran dengan variasi 5% - 25% yang diambil atau dikurangi dari semen.

c. campuran diberi air

2.Pencetakan

Disiapkan cetakan berbentuk silinder dengan ukuran 5x5x5 cm3

3. Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara didiamkan selama 24 jam dalam suhu kamar (27oC).

4. Perendaman

Perendaman dilakukan agar terjadi proses hidrasi antara semen dengan air.

5. Pengujian

3.3.2 Prosedur Pengujian penyerapan Air

Prosedur yang dilakukan dalam uji penyerapan air adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Bahan

Seluruh material seperti semen, pasir, kerikil, abu sekam padi, disiapkan 2. Pencampuran

a Semen, pasir, dan batu pecah dicampur dengan perbandingan 1 : 2 : 3 b Untuk beton dengan campuran abu sekam padi

Abu sekam padi ditambah kedalam campuran dengan variasi 5% - 25% yang diambil atau dikurangi dari semen.

c campuran diberi air

3. Pencetakan

Disiapkan cetakan berbentuk silinder dengan ukuran ( 2cm x 5 cm) sebanyak 18 buah.

4. Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara didiamkan selama 24 jam dalam suhu kamar (27oC).

5. Penimbangan

Setelah 28 hari benda uji di timbang untuk mendapatkan massa kering.

6. Perendaman

Perendaman dilakukan selama 2 hari agar mendapatkan penyerapan air pada beton

7. Penimbangan

3.3.3Prosedur Pengujian Porositas

Prosedur yang dilakukan dalam uji porositas adalah sebagai berikut : 1. Persiapan Bahan

Seluruh material seperti semen, pasir, kerikil, abu sekam padi, disiapkan

2. Pencampuran

a Semen, pasir, dan batu pecah dicampur dengan perbandingan 1 : 2 : 3 b Untuk beton dengan campuran abu sekam padi

Abu sekam padi ditambah kedalam campuran dengan variasi 5% - 25% yang diambil atau dikurangi dari semen.

c campuran diberi air

3. Pencetakan

Disiapkan cetakan berbentuk kubus dengan ukuran (2cm x 5 cm)

sebanyak 18 buah.

4. Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara didiamkan selama 24 jam dalam suhu kamar (27oC).

5. Penimbangan

Setelah 28 hari benda uji di timbang untuk mendapatkan massa kering.

6. Perendaman

Perendaman dilakukan selama 2 hari agar mendapatkan penyerapan air pada beton

7. Penimbangan

3.3.4 Pengujian Sampel

33.4.1 Pengujian Kuat Tekan Beton

Pengujian kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui kuat tekan hancur dari benda uji. Pengujian kuat tekan dilakukan saat sampel berumur 7 hari, 14 hari, dan 28 hari. Jumlah beton yang di uji adalah 54 beton dengan bentuk kubus. Yang terdiri dari 9 buah beton normal, 9 buah beton dengan campuran 5% abu sekam padi, 9 buah beton dengan campuran sekam padi 10%, 9 buah beton dengancampuran abu sekam padi 15%. 9 buah beton dengan campuran 20%, dan 9 buah beton dengan campuran abu sekam padi 25%.

Kuat tekan beton dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :

) 1 . 3 ( ⋅⋅ ⋅⋅ ⋅⋅ ⋅⋅ ⋅⋅ ⋅⋅ ⋅⋅ ⋅⋅ ⋅⋅ ⋅⋅ ⋅ = A P fc (sumber : RSNI, 2005) Dimana :

fc = Kuat tekan (Mpa) P = Beban maksimum (N) A = Luas bidang permukaan (m2)

3.3.4. Pengujian Penyerapan Air ( Water Absorbtion)

Uji penyerapan air di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui persentase penyerapan air oleh benda uji. Uji penyerapan air ( water absorbtion) di lakukan dengan menggunakan benda uji berbentuk silinder. Jumlah bahan uji saat bahan uji berumur 28 hari adalah 18. Terdiri dari 3 beton normal, 3 beton dengan campuran abu sekam padi 5%, 3 beton dengan campuran abu sekam padi 10%. 3 beton dengan campuran abu sekam padi 15%. 3 beton dengan campuran abu sekam padi 20%. Dan

3 beton dengan campuran abu sekam padi 25%. Pengujian penyerapan air dilakukan saat benda uji berumur 28 hari.

Persentase penyerapan air dapat diperoleh dengan rumus :

) 2 . 3 ( % 100 (%)= x ⋅ ⋅⋅ ⋅⋅ ⋅⋅ ⋅⋅ ⋅⋅ ⋅⋅ ⋅⋅ Mk Mk Mb air Penyerapan

(Sumber : Van Vlack, lawrence, 1989)

Dimana :

Mb = Massa basah dari benda uji (gram) Mk = Massa kering dari benda uji (garam)

3.3.4.3 Pengujian Porositas

Pengujian porositas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya porositas pada benda uji. Semakin besar porositas pada benda uji maka semakin rendah kekuatannya. Pengujian porositas dilakukan dengan menggunakan benda uji berbentuk silinder. Jumlah sampel dalm pengujian porositas ini adalah 18 sampel. Yang terdiri dari 3 buah beton normal, 3 beton dengan campuran abu sekam padi 5%, 3 beton dengan campuran abu sekam padi 10%, 3 beton dengan campuran abu sekam padi 15%, 3 beton dengan campuran abu sekam padi 20%. Dan 3 beton dengan campuran abu sekam padi 25%. Pengujian porositas dilakukan saat sampel berumur 28 hari.

Porositas dari benda uji diperoleh dengan menggunakn rumus :

% 100 1 x x Vb Mk Mb Porositas

Dokumen terkait