• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1. Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang berperan dalam pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta antara lain :

a. Lingkungan, yang terdiri dari curah hujan, suhu, dan kelembaban.

a). Curah hujan memiliki persamaan regresi, Kejadian Kasus = 6687 + 973 (Curah Hujan) dengan nilai R sebesar 79,2%, hal ini menunjukkan setiap penambahan curah hujan 9,73 mm akan memberikan perubahan pada peningkatan kejadian 67 kasus

b). Suhu memiliki persamaan regresi, Kejadian Kasus = 11273 + 154 (suhu) dengan nilai R sebesar 39,1%, hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan suhu sebesar 1,54 % akan memberikan perubahan peluang peningkatan kejadian 113 kasus.

c) Kelembaban memiliki persamaan regresi, Kejadian Kasus = 37192 + 142 (kelembaban) dengan nilai R sebesar 49,1%, hal ini menunjukkan setiap peningkatan 1,42 % kelembaban akan memberikan perubahan peningkatan kejadian 372 kasus. Berdasarkan hubungan tersebut curah hujan merupakan faktor yang potensial terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta dengan faktor determinasi R sebesar 79,2%.

d) Untuk tanaman anti nyamuk yang merupakan salah satu usaha pencegahan penyebaran penyakit DBD yang berperan adalah selasih dengan nilai CBR sebesar 1,49, sehingga hal ini selain memberikan nilai manfaat ekonomi kepada masyarakat, juga dapat mencegah penyebaran penyakit DBD dari segi intangible.

b. Vektor, faktor yang potensial berperan pada tempat penyebaran penyakit DBD adalah tempat penampungan air (TPA) dimana sebanyak 31 TPA ditemukan jentik atau sekitar 9,7%.

c. Manusia, pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat Provinsi DKI Jakarta berdasarkan hasil kajian sebesar 18 %

yang memiliki tingkat perilaku hidup bersih sehat baik dan sebesar 29 % kurang baik.

d. Kasus, kasus DBD yang paling tinggi terjadi di DKI Jakarta yaitu pada Bulan Januari-Februari (pada kuartal bulan pertama).

2. Struktur faktor-faktor penting yang potensial untuk menentukan pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta.

a) Berdasarkan AHP, kajian pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta dengan urutan skala prioritasnya dari yang terbesar sampai terkecil untuk tujuan adalah law enforcement, monitoring dan pemberdayaan masyarakat, pengembangan budidaya tanaman anti nyamuk, memasyarakatkan budaya PHBS dan tindakan pencegahan.

b) Berdasarkan ISM, elemen prioritas pada sektor independent adalah meningkatkan partispasi pengelolaan sanitasi lingkungan, pengelolaan sarana air bersih, kualitas sanitasi lingkungan, perubahan iklim global, membentuk tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya pengelolaan lingkungan, data vektor, pemberantasan sarang nyamuk, pemantauan jentik mandiri pada masyarakat, serta menumbuhkan sikap PHBS sebagai budaya sehat.

3. Rumusan skenario rekomendasi kebijakan yang diperlukan untuk upaya pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta dengan menfokuskan kebijakan pada skenario yang kemungkinan dominan terjadi dimasa yang akan datang yaitu skenario pertama dengan kondisi (1C/2B/3B/4C/5C/6C).

6.2. Saran

1. Pengelolaan faktor-faktor yang berperan dalam pencegahan penyebaran penyakit DBD berbasis lingkungan antara lain:

a) Pada musim penghujan terutama bulan Januari dan Feburari lebih intensif dalam melakukan perbaikan saluran drainase dan tempat-tempat penampungan air dengan didukung kegiatan 3M

b) Pada musim kemarau diintensifkan pada kegiatan sosialisasi tentang perlunya perbaikan sanitasi lingkungan dalam upaya mengurangi kejadian kasus penyakit DBD.

c) Pengembangan budidaya tanaman anti nyamuk dengan optimalisasi penggunaan lahan pekarangan milik masyarakat untuk budidaya tanaman anti nyamuk, dan untuk lahan kecil dapat dikembangkan sistem penanaman bertingkat.

d) Melaksanakan gerakan kebersihan lingkungan secara terkoordinasi dengan program RW siaga melalui Jumát bersih pada pemantauan jentik di TPA (tempat penampungan air).

e) Pemanfaatan dan pengembangan Posyandu serta pranata sosial setempat sebagai sarana informasi dan edukasi untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat.

f) Penggunaan data vektor pada pemantauan kasus secara intensif sebelum dan sesudah musim penularan melalui survei jentik secara berkala dan terkoordinasi dengan lintas sektor.

2. Penerapan struktur faktor-faktor penting yang potensial dapat dilakukan dengan cara:

a) Penegakan hukum terhadap pengelolaan lingkungan masyarakat perlu ditingkatkan, dengan mengimplementasikan Perda No. 6 Tahun 2007 tentang Pencegahan Penyebaran DBD, dengan berkoordinasi pada instansi hukum terkait untuk mengawasi penerapan dan sanksi di masyarakat. b) Peningkatan kegiatan monitoring dan pemberdayaan masyarakat dengan

cara peningkatan sosialisasi kepada masyarakat mengenai DBD dan upaya pengelolaan dalam mencegah penyebarannya secara berkala, membuat septik tank komunal dengan memberdayakan masyarakat untuk

pengelolaan limbah cair khususnya dari rumah tangga untuk mencegah pembuangan langsung limbah cair ke saluran drainase terdekat. Adanya pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah pada tingkat yang lebih kecil untuk mengurangi ketergantungan pada pemerintah.

3. Rumusan skenario rekomendasi kebijakan jangka pendek dalam upaya pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD lebih difokuskan pada upaya meningkatkan peran serta masyarakat melalui pengembangan kegiatan posyandu secara mandiri terhadap pelaksanaan pencegahan penyebaran DBD.

DAFTAR PUSTAKA

Ali. 2001. Budidaya Tanaman Semusim. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Alto, B. dan S.S. Juliano. 2001. Precipitation and temperature effect on population of Aedes albopictus (Diptera: Cullicidae): implications for range expansion. Journal of medical entomology. Vol. 38. No. 5. Entomological Society of America. Florida.

Ariane, B. 2002. Studi karakteristik masyarakat dalam usaha pengendalian penyakit DBD (Studi Kasus Kecamatan Cibeunying Kaler. Kodya Bandung). Dept. Teknik Lingkungan. ITB. Bandung.

BPS. 2004. Jakarta Dalam Angka. Biro Pusat Statistik. Jakarta. _______. 2005. Jakarta Dalam Angka. Biro Pusat Statistik. Jakarta. _______. 2006. Jakarta Dalam Angka. Biro Pusat Statistik. Jakarta. _______. 2007. Jakarta Dalam Angka. Biro Pusat Statistik. Jakarta.

Bohra, A. and H. Andrianasolo. 2001. Application of GIS in modelling of dengue risk based on socio-cultural data: case of Jalor, Rajasthan, India. Paper presented at the 22 nd Asian Conference on Remote Sensing. 5 – 9 November 2001. Centre for Remote Imaging. Sensing and Processing (CRISP). National University of Singapore.

Carcavallo, RU. 1995. Blood-feeding Diptera: epidemiological significance and relation to climate change. I: Genera Anopheles and Aedes. Experimental and field data. Entomologia vectores Entomology and vectors). 2(2). Christophers, S.R. 1960. Aedes aegypti (L). The yellow fever mosquito, its life

history, bionomics and structure. Cambridge at The University Press. Chungue, E., M. Laille, L. Lepiniec. V. Deubel, J. Roux. 1990. Dengue and

Dengue Hemmorhagic fever in French Polynesia and New Caledonia: molecular studies of dengue 1 and dengue 3 virus strain. International symposium on dengue and dengue hemorrhagic fever. WHO-Mahidol University. Ministry of Public Health. Bangkok. Thailand.

Departemen Kesehatan RI. 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 (Kep Menkes 1202/Menkes/SK/VII/2003).

Dinas Kesehatan DKI Jakarta. 2006. Evaluasi program pengendalian demam berdarah dengue. Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan. 2006. Status Lingkungan Hidup (SLHD) Kota Bogor. DLHK Kota Bogor

Eriyatno. 2003. Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. IPB Press. Bogor.

Fikri. Hubungan Faktor Lingkungan TerhadapKejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bandar Lampung, Thesis, SPS IPB, Bogor 2005. Forrester, J.W. 1968. Principles of Systems. Wright-Allen Press. Inc.

Massachussetts.

Gagnon, A.S., A.B.G. Bush, T.K.E. Smoyer. 2001. Dengue epidemics and the El Nino Southerm Oscillation. Climate Research. Vol. 19 : 35 – 43.

Gubler, D.J. S. Nalim, R. Tan, H. Saipan, J.S. Saroso. 1979. Variation in susceptibility to oral infection with dengue viruses among geographics strain of Aedes aegypti. U.S. Naval Medical Research Unit no 2. Jakarta Detachment and National Institute of Health Research an Development. Ministry of Health. Jakarta am. J. Trop. Med Hyg, 28(6).

Hadinegoro, S.R.H., H.I. Satari. 2002. Demam Berdarah Dengue. Naskah lengkap. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Harrington, L.C., J.P. Buonaccorsi, J.D. Edman, A. Costero, P. Kittayapong, G.G. Clark, T.W. Scot. 2001. Analysis of survival of young and old Aedes aegepti (Diptera: Culicidae) from Puerto Rico and Thailand. Journal of medical entomology. Vol. 38No. 4. Entomological Society of America. Florida.

Hasan Basri, M dkk. 2005. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS): Studi Kasus di Kabupaten Bantul 2003. JMPK Vol. 08/No.02/Juni/2005. UGM. Yogyakarta

Hasyim, M. 1993. Dampak Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan DBD terhadap Kepadatan Vektor di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur Pudit Ekologi. Balitbang Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Hasjimi, M. dan Adisasmito, W.B.B. 1997. Dampak peran serta mayarakat dalam pencegahan demam berdarah.dengue terhadap kepadatan vektor di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur. Pusat Ekologi Kesehatan. Departemen Kesehatan. Jakarta.

Jennings, G.B., M. Bangs, R. Tan, A. Sie, W. Suharyono, L. Katarina, T. Kustiman, M. Mansyur. 1990. Interepidemic surveillance of dengue virus in Jakarta 1989 – 1990. International Symposium on Dengue an Dengue Hemorrhagic Fever. WHO Mahidol University. Ministry of Public Health, Bangkok, Thailand.

Kandun, I.N. 2005. Program kebijakan pengendalian vektor dan reservoir penyakit di Indonesia. Simposium Nasional Pengendalian Vektor dan Reservoir Penyakit. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan. Jakarta.

Kardinan, A., 2003a, Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk, PT AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Kardinan, A., 2003b, Selasih Tanaman Keramat Multimanfaat, PT AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Kasnodiharjo, Siti SS., Sunanti Z., Anwar M., Sri SS. 1997. Gambaran perilaku penduduk mengenai kesehatan lingkungan di daerah pedesaan di Subang Jawa Barat. Jurnal Cermin Dunia Kesehatan. No. 119.

Kementerian Negara Perumahan Rakyat. 2007. Kebijakan Kelembagaan Sistem Pengelolaan PSU Berbasis Masyarakat. Kementerian Negara Perumahan Rakyat. Jakarta

Lardeux, F., Y. Sechan, S. Lonkce, X. Eparis, J. Cheffort, M. Faaruia. 2002. Integrated control of peridomestic larval habitats of Aedes and Culex mosquitoes (Diptera: Cullicidae) in Atoll Villages of French Polynesia. Journal of medical entomology. Vol. 39. No. 3. 493-498. Entomological Society of America. Florida.

Lok, C.K. 1985. Methods and indices used in the surveillance of dengue vectors. Mosqouito-Borene Disease Bulletin. National University of Singapore, Vol. I. No. 4.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan (Kriteria Majemuk). PT. Grasindo. Jakarta.

McMichael, A.J, A. Haines, R. Slooff, S. Kovats. 1996. Climate change and human health, an assessment prepared by a Task Group on Behalf World Health Organization. The World Meteorological Organization and the United Nations Environment Programme. World Health Organization, Geneva.

Mubasyir, H.B. 2003. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Studi Kasus di Kabupaten Bantul. Program Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. UGM. Yogyakarta.

Muhammadi, E. Aminullah dan B. Soesilo. 2001. Analisis sistem dinamis, lingkungan hidup, sosial, ekonomi, manajemen. UMJ Press. Jakarta. Mustafa, AJ. 2005. Global environmental change dan masalah kesehatan

lingkungan. Jurnal Inovasi. Vol. 3/XVII/Maret 2005.

Oda, T., A. Igarashi, S. Hotta, N. Fujita, Y. Funuhara, S. Djakaria, R. Hudoyo, A. Isfarain, D. Djohor. 1982. Studies on bionomics of Aedes aegypti and Aedes albopictus and dengue virus isolation in Jakarta, Indonesia. Was supported by a Grant for Scientific Research from the Ministry of Education. Science and Culture. Government of Japan.

Poorwosoedarmo, S.S. 1988. Demam berdarah (dengue) pada anak. Universitas Indonesia. Jakarta.

Ritchie-Dunham, J.L. and Galvan, J.F.M. 1999. Evaluating epidemic intervention policies with systems thinking: A case study of dengue fever in Mexico. System Dynamics Review Volume 15 Number 2.

Royston et.al. 1999. Using system dynamics to help develop and implement policies and programmes in health care in England. System Dynamics Review Vol. 15, No. 3, 293-313. John Wiley & Sons, Ltd.

Sanim, B. 2003. Ekonomi Sumberdaya Air dan Manajemen Pengembangan Sektor Air Bersih bagi Kesejahteraan Publik. IPB Press. Bogor.

Sintorini, M.M. 2006. Dinamika Penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam Kaitan dengan Pola Variabilitas Iklim (Studi Kasus DBD di DKI Jakarta). Jurnal Teknik Lingkungan Edisi Khusus. Universitas Trisakti. Jakarta.

Siregar, A.F. 2004. Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Medan.

Suhardiono. 2002. Analisis Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue oleh Puskesmas di Kabupaten Kota Endemis, PPLMIK FKM. USU.

Suroso, T. 2001. Perubahan iklim dan kejadian penyakit yang ditularkan vektor. Semiloka Perubahan Iklim dan Kesehatan. Kerjasama Depkes-WHO, Ciloto.

Sushil. 1993. System Dynamics A Practical Approach for Managerial Problems. Wiley Eastern Limited. New Delhi.

Taboada, O. 1967. Medical entomology. National naval medical center. Bethesda. Maryland 20014.

Trips, M., G.A.H. McClelland, J.D. Gillett, C. Teesdale, T.R. Rao. 1973. Diel periodicity in the landing of Aedes aegypti on man. World Health Organization Bulletin. Vol. 48.

Winarso, P.A. 2001. Kecenderungan variabilitas/perubahan cuaca dan dampaknya pada kondisi lingkungan dan kesehatan. Semiloka perubahan iklim dan kesehatan. Departemen Kesehatan-Kesejahteraan Sosial dengan WHO. Ciloto. Jawa Barat.

Dokumen terkait