• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang dapat diambil penulis dan saran untuk kesempurnaan dari proses produksi pembuatan RBD-OL tersebut.

BAB II

RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR

Resistance Temperature Detector (RTD) atau dikenal dengan Detektor

Temperatur Tahanan adalah sebuah alat yang digunakan untuk menentukan nilai atau besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat platina, tembaga, atau nikel murni, yang memberikan nilai tahanan yang terbatas untuk masing-masing temperatur di dalam kisaran suhunya. Semakin panas benda tersebut, semakin besar atau semakin tinggi nilai tahanan listriknya, begitu juga sebaliknya. PT100 merupakan tipe RTD yang paling populer yang digunakan di industri.

Resistance Temperature Detector merupakan sensor pasif, karena sensor ini

membutuhkan energi dari luar. Elemen yang umum digunakan pada tahanan resistansi adalah kawat nikel, tembaga, dan platina murni yang dipasang dalam sebuah tabung guna untuk memproteksi terhadap kerusakan mekanis. Resistance

Temperature Detector (PT100) digunakan pada kisaran suhu -200 0C sampai dengan

650 0C.

II.1. Penggunaan dan Prinsip Kerja RTD (PT100) pada Crystalizer Tank

Pada proses pengkristalan/ pendinginan minyak, RTD (PT100) digunakan untuk mengukur dan mengatur penurunan suhu dari minyak RBDPO (Refined

BleachedDeodorized Palm Oil). Suhu minyak RBDPO yang masuk (setelah melalui

proses pemanasan pada unit Heat Exchanger) ke dalam tangki Crystalizer adalah 70 0

kristal stearin adalah 13 0C, untuk produk minyak goreng Avena. Pada gambar 2.1 dibawah, dapat dilihat hasil akhir dari minyak RBDPO yang sudah menjadi butiran-butiran kristal stearin.

Gambar 2.1. Minyak yang Sudah Mengkristal

Dalam proses penurunan suhu minyak ini digunakan air sebagai pendingin. Air pendingin ini berasal dari cooling tower (dengan suhu 28-30 0C) dan dari mesin

waterchiller (dengan suhu 7-10 0C). RTD (PT100) dipasang pada tangki crystalizer

(untuk mengawasi penurunan suhu dari minyak) dan dipasang pada saluran pipa masukan air pendingin ke dalam tangki crystalizer (untuk mengatur debit air dan perubahan penggunaan air cooling menjadi air chilling).

Prinsip kerja dari RTD (PT100) yang digunakan untuk pengukuran minyak ini adalah, ketika RTD pada tangki crystalizer menerima panas dari minyak, maka panas tersebut akan dikonversikan oleh RTD ke dalam bentuk besaran listrik yaitu tahanan. Panas yang dihasilkan berbanding lurus dengan tahanan dari jenis elemen logam platina yang ada pada sensor RTD, kemudian bentuk tahanan tersebut diterima oleh Tranduser kemudian tranduser merubahnya menjadi sinyal fisi dan mengirimnya ke TRC.

Slurry Man Hole

SET POINT

IN + OUT

Gambar 2.2. Blok Diagram RTD (PT100) untuk Pengukuran Suhu Minyak dan Pengaturan Air Pendingin

Pada gambar 2.2 dapat dijelaskan sebagai berikut. Setelah temperatur diset pada temperatur yang diinginkan maka TRC (Temperature Recorder Control) memberi perintah kepada control valve. Control valve berfungsi untuk mengendalikan nilai input temperatur agar sesuai dengan set poin, yaitu dengan cara menutup atau membuka katup secara otomatis sehingga aliran minyak di tangki crystallizer dapat di control, RTD (PT100) akan mengukur temperatur tersebut dan mengirimkannya ke tranduser, untuk mengubah sinyal elektrik ke sinyal pneumatic lalu di kirimkan besaran sinyal tersebut ke input TRC untuk di bandingkan dengan set point.

Pada tipe RTD (PT100) ini, jika suhu yang dibaca adalah 0°C berarti tahanan yang dihasilkan oleh RTD dan diterima oleh Tranduser adalah 100Ω, begitu juga jika suhu 100°C berarti tahanan yang dihasilkan oleh RTD dan diterima TRC adalah 138,5 Ω.

VALVE CRYTALIZER

RTD TRANSDUCER

Perbandingan antara suhu dengan tahanan yang dibaca, dapat juga dihitung dengan menggunakan persamaan, yaitu :

Rt = R0 ( 1 + At + Bt2 ) Rt R0 A B T = = = = =

Tahanan listrik pada temperatur t 0C (Ohm)

Tahanan listrik pada temperatur 0 0C (Ohm) = 100Ω (PT100) 3.9083 x 10 -3 -5.775 x 10 -7 Suhu Contoh : 1. t = 0 Rt = ? Rt = 100 [ 1 + (3,9083 x 10-3 x 0) + (-5,775 x 10-7 x 02) ] Rt = 100 [ 1 + 0 + 0 ] Rt = 100 Ω 2. t = 13,5 Rt = ? Rt = 100 [ 1 + (3,9083 x 10-3 x 13,5) + (-5,775 x 10-7 x 13,52) ] Rt = 100 [ 1 + 0,0527 – 0,000105 ] Rt = 105,25 Ω 3. t = 100 Rt = ? Rt = 100 [ 1 + (3,9083 x 10-3 x 100) + (-5,775 x 10-7 x 1002) ] Rt = 100 + 39,083 – 0,5775 Rt = 138,50 Ω

Sedangkan RTD yang berada pada pipa saluran masukan air pendingin ke tangki crystallizer, terinterkoneksi dengan Control Valve, yang akan mengatur debit/ jumlah dari aliran air pendingin. RTD untuk air pendingin ini juga berfungsi untuk menentukan pergantian dari air pendinginan yang menggunakan air dari Cooling Tower, menjadi air pendingin dari Water Chiller.

Pada proses pengkristalan ini digunakan juga agitator yang berfungsi untuk mengaduk isi dari crystalizer tank agar suhu minyak menjadi homogen. Kecepatan putar dari motor pada agitator ini juga diatur dengan menggunakan inverter (mengatur kecepatan putaran dengan merubah frekuensi dari motor).

II.2. Konstruksi dan Pemasangan RTD (PT100)

Pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4 dapat dilihat bentuk fisik dan konstruksi dari Resistance Temperature Detector (PT100). Dari konstruksi RTD tersebut dapat dilihat pada bagian perasa/sensor yang berbahan platina terhubung oleh penghubung kabel utama, yang diisolasi oleh fiber glass atau bahan keramik.

RTD (PT100) yang digunakan pada tangki Crystalizer ada 2 jenis, dengan panjang yang berbeda. Salah satu diantaranya di pasang pada tangki dan yang lainnya dipasang pada saluran air pendingin.

Berikut ini adalah spesifikasi dari RTD (PT100) yang digunakan : RTD PT100

BRAND : YOKOGAWA INDUSTRIES MODEL : TR10-AAA3CDSJCB000 L : 400mm. 2 X PT100/A/3 (RTD OIL) L : 120mm. 2 X PT100/A/3 (RTD WATER) RANGE : -200 +650 0C

Gambar 2.3. Resistance Temperature Detector (PT100)

Gambar 2.4. Konstruksi RTD

Pada Gambar 2.5, Gambar 2.6, dan Gambar 2.7 dapat dilihat pemasangan RTD (PT100) untuk pengukuran suhu minyak dan pengukuran suhu air pada tangki

crystalizer. Pemasangan dari RTD untuk pengukuran suhu minyak sebaiknya

ditempatkan pada bagian bawah pada tangki crystalizer, karena minyak yang berada di dalam tangki bersuhu homogen/sama.

Apabila diletakkan pada bagian samping dari tangki, dikhawatirkan untuk pengukuran suhu minyak akan terganggu karena berdekatan dengan coil-coil/ saluran air pendingin yang berada di dalam tangki crystalizer tersebut.

Sarung Pelindung

Bahan Isolasi Termometer Resistan Kabel Utama

Penghubung ke Kabel Utama

RTC

Gambar 2.5. Pemasangan RTD untuk Minyak dan Air pada Crystalizer Tank

Gambar 2.6. Pemasangan RTD (PT100) pada Tangki Crystalizer

Gambar 2.7. Pemasangan RTD (PT100) pada Pipa Air Pendingin

RTD (Oil) P4 AGITATOR CRYSTALIZER TANK CV RTD (Water) V4

V5 Air Masuk dari Cooling Tower Air masuk dari Water Chiller Air Keluar

II.3. Kelebihan dan Kekurangan dari RTD (PT100)

Dalam penggunaannya, RTD (PT100) juga memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan dari RTD (PT100) :

a. Ketelitiannya lebih tinggi dari pada termokopel. b. Tahan terhadap temperatur yang tinggi.

c. Stabil pada temperatur yang tinggi, karena jenis logam platina lebih stabil dari pada jenis logam yang lainnya.

d. Kemampuannya tidak akan terganggu pada kisaran suhu yang luas. Kekurangan dari RTD (PT100) :

a. Lebih mahal dari pada termokopel.

b. Terpengaruh terhadap goncangan dan getaran.

c. Respon waktu awal yang sedikit lama (0,5 s/d 5 detik, tergantung kondisi penggunaannya).

d. Jangkauan suhunya lebih rendah dari pada termokopel. RTD (PT100) mencapai suhu 650 0C, sedangkan termokopel mencapai suhu 1700 0C.

II.4. Tipe-Tipe RTD

Resistance Temperature Detector (RTD) yang banyak digunakan pada

industri adalah jenis Platinum Resistance Temperature Detector. Itu semua ditetapkan oleh JIS C 1604 di Jepang.

Terdapat dua tipe dari RTD, tipe pertama adalah PT100 yang telah disesuaikan dengan standar internasional, dan tipe kedua adalah JPT100 yang telah

disesuaikan dengan standar Jepang. Keduanya tidak dapat dipertukarkan karena perbandingan dari nilai tahanan pada 100 0C dan 0 0C (R100/R0) adalah berbeda. Tabel 2.1. Tipe dari Platinum Resistance Temperature Detector

Tipe R100/ R0 Kelas Tingkat

Arus

Operating Temperature

Range

Lead Wire System

PT100 1,3850 Kelas A Kelas B 1 mA 2 mA 5mA* L M H -200 s/d 100 0C 0 s/d 350 0C 0 s/d 650 0C 2 – wire* 3 – wire 4 – wire JPT100 1,3916 Kelas A Kelas B 1 mA 2 mA 5mA* L M H -200 s/d 100 0C 0 s/d 350 0C 0 s/d 650 0C 2 – wire* 3 – wire 4 – wire

Note : “ * ” Tidak digunakan pada kelas A

Banyak juga Resistance Temperature Detector di negara lain yang telah disesuaikan dengan IEC Standard. Di Inggris dan Jerman, standarnya sama persis dengan IEC Pub 751.

Singkatan :

JIS : Japanese Industrial Standars

IEC : International Electrotechnical Commission ASTM : American Society for Testing and Materials

II.5. Pemeliharaan (Maintenance)

Pemeliharaan sangatlah penting untuk keselamatan dan menjaga keakurasian pengukuran temperatur dan juga pengontrolan/pengaturan. Walaupun metode pemeliharaan berbeda-beda tergantung pada pengoperasian, maka disarankan untuk mengikuti cara berikut ini :

a. Cara pengaturan pemeliharaan dalam bekerja.

b. Pemberian tambahan pengetahuan dan training kepada para pekerja. c. Keamanan dari para pekerja.

e. Ketelitian pengontrol dari pemeriksaan peralatan. f. Persiapan dan manajemen dari data pemeliharaan.

Pemeliharaan dan inspeksi dari pemakaian sensor temperatur sangat bergantung pada cara penginstalasian dan maksud penggunaannya, mereka tidak bisa ditanggani secara sama. Metode umum berikut dapat dijadikan masukan :

a. Pemeriksaan dan pemeliharaan harian

Sensor temperatur tidak akan memberikan informasi tentang suhu jika hubungannya tidak terkoneksi dengan baik. Kita juga tidak mengetahui jika terjadi kerusakan/ naik-turunnya suhu secara tidak normal pada RTD. Oleh sebab itu, sebaiknya diletakkan sensor temperatur lainnya didekat RTD tersebut, seperti penggunaan Temperature Gauge yang dapat langsung dibaca dan juga sebagai pembanding pembacaan temperatur, yang diletakkan pada tangki crystalizer

sehingga dapat dilihat sehari-hari di lapangan. b. Konfirmasi kondisi pekerjaan di lapangan

Tipe dan jenis dari sensor temperatur bergantung pada apa yang akan diukur dan dimana akan digunakan. Sebaiknya kondisi tempat kerja/tempat terpasangnya RTD tidak berubah. Jika terjadi perubahan sebaiknya dikonfirmasikan bahwa temperatur yang digunakan masih sama. Jika tidak sama sebaiknya diganti dengan temperatur yang sama dengan yang ada di lapangan, sehingga cocok dengan kondisi yang ada.

c. Konfirmasi nilai arus normal

Resistance Temperature Detector memiliki arus yang mengikutinya ke

elemen untuk pengukuran pada tiap nilai tahanan. Nilai dari arus normal ini harus dijaga dalam rangka memberikan tingkat ketelitian yang berkelanjutan. Jika arus

normal tersebut berubah, maka akan ada perubahan panas di dalamnya dan akan terjadi kesalahan dalam pengukuran. Sebaiknya arus normal dapat terjaga.

d. Pembersihan dan pemeriksaan tabung proteksi

Debu, kotoran dan yang lainnya ketika masuk ke dalam tabung proteksi akan menyebabkan kesalahan dalam pengukuran. Bersihkan secara periodik. Tabung proteksi dipasang untuk melindungi sensor temperatur terhadap gangguan pengukuran atmosfir.

Sebaiknya dipastikan bahwa itu tidak pernah berkarat atau teroksidasi dan bebas dari ganguan mekanikal. Ketika memindahkan sensor temperatur untuk melakukan pemeriksaan, sebaiknya diperhatikan bahwa tidak ada benda asing yang masuk ke dalam tabung proteksi.

Kemudian sebaiknya dibersihkan bagian dalamnya jika perlu. Sebaiknya diperhatikan bahwa tidak ada air yang berada di dalam tabung proteksi yang akan menyebabkan banyak masalah.

e. Inspeksi daerah instalasi dan kondisi lapangan

Terkadang Resistance Temperature Detector terpasang menggunakan skrup atau sambungan pipa. Tergantung dari cara penggunaannya, beberapa sensor mungkin digunakan pada getaran mekanikal pada pompa, pembangkit listrik, atau pengunaan pada pengukuran cairan.

Ganguan-ganguan dari luar ini akan mengakibatkan penyempitan pada komponen. Ketika kondisi sudah memuncak, material atau sambungan las akan rusak, dan akhirnya udara luar akan masuk, atau cairan akan keluar.

Dapat diperhatikan pada kondisi sensor temperatur, yang mana dapat diperiksa secara visual/dilihat.

f. Pemeriksaan berkala

Walaupun sensor temperatur bekerja dengan baik, sebaiknya dipindahkan/ dikeluarkan kemudian buat perbandingan dengan standar termometer dua atau tiga kali dalam setahun, jika itu memungkinkan.

BAB III

PROSES FRAKSINASI PADA CRYSTALIZER TANK

III.1. Umum

PT. Pacific Palmindo Industri adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan minyak pangan. Bahan baku utama yang digunakan adalah

Crude Palm Oil (CPO) yang merupakan bahan setengah jadi yang diperoleh dari

Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) milik negara maupun swasta.

Sebelum digunakan sebagai bahan makanan, Crude Palm Oil (CPO) harus dimurnikan (dirafinasi) dari kotoran-kotoran berupa logam, mineral maupun gum-gum dan asam lemak bebas yang masih tinggi yang dapat menimbulkan efek yang tidak baik bila langsung dipakai sebagai bahan makanan manusia. Setelah dimurnikan kemudian dipisahkan berasarkan fraksi-fraksinya (olein dan stearin). Kualitas bahan baku akan sangat mempengaruhi kualitas produk yang akan dihasilkan pada produk akhir.

Bahan tambahan pendukung yang digunakan untuk proses produksi sangat penting, karena ini dapat mempengaruhi mutu minyak yang dihasilkan. Adapun bahan tambahan yang digunakan ada dua macam, yakni :

a. Asam Posfat (Phosphoric Acid) yang berfungsi sebagai pemisah/pengikat lendir (gum) yang terdapat pada Crude Palm Oil.

b. Tepung Pemucat (Bleaching earth) yang berfungsi sebagai bahan pemucat minyak sawit, dari warna merah jingga menjadi warna kuning.

Proses pengolahan yang terjadi pada PT. Pacific Palmindo Industri adalah dengan menggunakan prinsip pemurnian secara fisik (Physical Refinery) dan pemisahan berdasarkan fasa zat (Dry Fractionation).

Tujuan proses rafinasi adalah untuk menjadikan Crude Palm Oil (CPO) menjadi Refined Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) dan Palm Fatty Acid Distilatte (PFAD).

Sedangkan tujuan proses fraksinasi adalah untuk melakukan pemisahan berdasarkan fasa zat, yaitu fasa cair (RBDOL) dan fasa padat (RBDST). Produk utama proses ini adalah untuk mencapai kualitas RBDOL yang maksimal, hal ini dipengaruhi oleh target set point yang akan dicapai. Kualitas RBDOL makin bagus jika IV (Iodine Value) makin tinggi, untuk mencapai IV yang lebih tinggi maka proses fraksinasi makin lama.

Temperatur minyak RBDPO yang diinginkan agar mencapai pemisahan yang sempurna untuk target masing-masing :

RBD-OL IV 56, target temperatur 25 0C RBD-OL IV 57, target temperatur 22 0C RBD-OL IV 58, target temperatur 18 0C RBD-OL IV 59, target temperatur 13 0C RBD-OL IV 60, target temperatur 9 0C RBD-OL IV 61, target temperatur 7 0C

Proses pengkristalan minyak IV 59 yang terjadi pada Crystalizer Tank ini menghabiskan waktu yang tidak sebentar, yaitu 720 menit (12 jam). Sehingga dibutuhkan tingkat ketelitian, keakurasian dan pengawasan yang lebih tinggi.

III.2. Proses Crystalizing

Proses Crystalizing merupakan salah satu proses yang terjadi di dalam proses fraksinasi. Proses Crystalizing adalah proses pengkristalan minyak sehingga membentuk kristal-kristal stearin yang terbentuk pada suhu 22 0C (IV 57) dan 13 0C (IV 59). Di dalam proses pengkristalan minyak ini maka dibutuhkan ketelitian dari instrumen RTD (PT100) dan pengawasan yang cermat dari operator.

Gambar 3.1. Crystalizer Tank

Proses pengkristalan minyak yang terjadi di dalam tangki Crystalizer

(Gambar 3.1) akan terbagi di dalam beberapa tahap proses yaitu, Proses Heating

(pemanasan), Proses Filling (pengisian), Proses Cooling (pendinginan dengan air

Cooling Tower), Proses Chilling (pendinginan dengan Water Chiller), Proses

Filtrasing (proses pemisahan), dan Proses Recycle (proses daur ulang). Proses

pengkristalan minyak yang terjadi pada Crystalizer Tank ini, dapat juga dilihat pada Lampiran 1, yaitu gambar Piping and Instrument Diagram (P&ID).

III.2.1. Proses Filling

Hasil dari proses yang terjadi pada Refinery yaitu minyak RBDPO, dimasukkan ke dalam tangki Buffer, suhu minyak yang berada di tangki berkisar 60-65 0C. Kemudian katup V1 dibuka, sedangkan katup V2 dan katup V3 dalam keadaan tertutup, lalu pompa P1 memompa minyak tersebut ke Heat Exchanger

(Gambar 3.2.).

Gambar 3.2. Heat Exchanger

Minyak yang akan dikristalkan pada Crystalizer Tank yang bermula pada suhu 60-65 0C, sehingga minyak yang berada di Buffer Tank akan dipanaskan kembali oleh Heat Exchanger yang bekerja dengan menggunakan panas dari steam.

Setelah minyak tersebut dipanaskan, proses Filling dimulai, yaitu minyak yang sudah dipanaskan diisikan ke dalam tangki Crystalizer. Level Transmitter akan memberikan informasi bahwa tangki Crystalizer sudah dalam keadaan penuh. Apabila terjadi Over Load, maka High High Level Switch akan mematikan Pompa (P1) pengisian secara otomatis, kemudian V1 ditutup. Kapasitas dari tangki

Selanjutnya Agitator (Gambar 3.3.) akan bekerja untuk mengaduk isi dari tangki Crystalizer, sehingga suhu minyak yang berada di dalam tangki Crystalizer

akan bersifat homogen/sama.

Gambar 3.3. Agitator III.2.2. Proses Cooling

Ketika proses pengisian (Filling) sudah selesai, proses Cooling dimulai, yaitu proses penurunan suhu minyak dengan menggunakan air dari Cooling Tower yang berkisar 28-30 0C. Maka Control Valve, Katup V5, dan Katup V6 dibuka, sedangkan Katup V4 dan Katup V7 ditutup. Di dalam tangki Crystalizer terdapat pipa yang membentuk coil (Gambar 3.4.) yang merupakan tempat mengalirnya Air Pendingin.

Setelah jalur untuk sirkulasi air dari Cooling Tower (Gambar 3.5.) sudah terbuka, maka air yang berasal dari Cooling Tower akan dipompakan oleh P4 dan menuju tangki Crystalizer.

Proses Cooling ini disesuaikan dan bekerja berdasarkan dengan recipe dan set point yang sudah ditetapkan.

Gambar 3.5. Cooling Tower

Instrumen RTD untuk pengukuran suhu air yang berada di jalur pipa masuk akan terinterkoneksi dengan Control Valve dan akan mengatur jumlah/debit air pendingin yang mengalir pada Crystalizer Tank. Sehingga penurunan suhu minyak dapat diatur.

III.2.3. Proses Chilling

Ketika minyak yang didinginkan dengan air dari Cooling Tower sudah mencapai 30 0C, maka P4 dimatikan, kemudian Proses Chilling dilakukan. Yaitu pendinginan minyak dengan menggunakan air yang berasal dari mesin WaterChiller

(Gambar 3.6.) yang memiliki suhu berkisar 7-10 0C. Katup V5 dan katup V6 ditutup, dan katup V4 dan katup V7 dibuka.

Gambar 3.6. Water Chiller

Setelah jalur sirkulasi telah terbuka, maka air yang berasal dari WaterChiller

masuk ke tangki dingin sementara. P6, P7, dan P5 diaktifkan, sehingga air dari Water

Chiller dapat bersirkulasi. Penurunan suhu ini juga disesuaikan dan bekerja

berdasarkan dengan recipe dan set point yang sudah ditetapkan secara otomatis, sesuai dengan program yang telah dimasukkan ke dalam PLC. Tetapi jika proses pendinginan minyak tidak sesuai dengan hasil pengamatan minyak, dilihat dari grafik penurunan suhu, maka proses ini dapat diatur secara manual oleh operator pada monitor TRC di ruang Control Room.

Suhu akhir dari minyak yang ingin dicapai untuk IV57 (220C), IV59 (130C). Pada suhu ini minyak sudah membentuk butiran-butiran kristal stearin.

III.2.4. Proses Filtrasing

Ketika suhu pengkristalan sudah dicapai, selanjutnya minyak tersebut dianalisa di laboratorium untuk mengetahui apakah mutu pengkristalan minyak sudah sesuai dengan yang diinginkan, atau tidak sesuai. Jika minyak sudah dianggap baik mutunya, maka Proses Filtrasing dapat dimulai, yaitu pemisahan antara minyak dan butiran Stearin dengan mesin Filter Press (Gambar 3.7.). V8 akan dibuka dan P3 akan memompakan minyak yang sudah jadi tersebut ke Filter Press.

Ketika isi tangki Crystalizer sudah berkurang setengah dari isi tangki yaitu 20 ton, Level Transmitter akan mematikan pompa P3 dan menutup V8. Dikarenakan mesin Filter Press berkapasitas hanya 20 ton.

Gambar 3.7. Mesin Filter Press

Selama proses di Filter Press sedang berlangsung, maka sisa minyak yang masih berada dalam tangki Crystalizer harus tetap diaduk oleh Agitator dan suhu minyak harus tetap dijaga.

Setelah pemisahan pada Filter Press sudah selesai, selanjutnya V8 dibuka dan P3 diaktifkan kembali sehingga sisa dari isi tangki Crystalizer dapat dikirim ke

Filter Press. Setelah Proses Filtrasing ini selesai maka proses dapat diulang kembali dimulai dari awal.

III.2.5. Proses Recycle

Proses Recycle dilakukan apabila minyak yang didinginkan tidak berhasil/ rusak. Proses ini dilakukan dengan cara memasukkan kembali minyak dengan memompakan (P2) minyak kembali ke dalam Buffer Tank, melalui saluran Oil

Recycle. Lalu minyak tersebut dipanaskan kembali oleh Heat Exchanger. Sehingga

Jika minyak rusak dapat dilihat dan diketahui dari grafik penurunan suhu yang terjadi pergolakan, maupun dapat dilihat secara visual/dilihat secara langsung bahwa minyak sudah terbentuk seperti susu.

III. 3. Instrumen yang Mendukung pada Crystalizer Tank

Pada tangki Crystalizer beberapa instrumen yang terpasang selain RTD yang mendukung proses pengkristalan minyak antara lain Agitator, High High Level

Switch, Level Transmitter, Temperatur Gauge, dan Control Valve. Instrumen ini

harus bekerja dengan baik, karena semua instrumen ini bekerja saling berkaitan antara satu sama lain, untuk keberhasilan selama terjadinya proses pendinginan minyak.

III.3.1. Control Valve

Control valve merupakan salah satu peralatan instrumentasi pabrik yang

terpasang pada jalur perpipaan. Control Valve adalah katup yang mengendalikan laju arus aliran sesuai dengan tekanan udara dari Converter. Range pembukaan Control

Valve adalah antara 0–100 % dengan suplai daya dari ruangan kontrol yakni PLC

sebesar 4–20 mA.

Apabila Converter menerima suplai arus sebesar 4 mA, maka Control Valve

akan membuka 0 % yang berarti menutup total, apabila Converter menerima arus sebesar 20 mA maka Control Valve akan membuka 100% yang berarti membuka total, dan apabila Converter menerima arus sebesar 12 mA maka Control Valve akan membuka 50 % (dapat dilihat pada gambar 3.8).

Gambar 3.8. Control Valve

Prinsip kerja Control Valve (Gambar 3.9.) adalah sebagai berikut :

1. Suplai yang biasanya berkisar antara 1,4kg/cm2 diberikan kepada Converter.

Converter belum bekerja selama belum mendapat perintah dari PLC berupa

arus yang diberi antara 4 – 20 mA.

2. Apabila PLC memberi sinyal sebesar 12 mA, maka Converter akan bekerja dan memberikan suplai angin kepada Control Valve sebesar 0,6kg/cm2, sehingga control valve akan terbuka 50 %.

3. Besar bukaan Control Valve bergantung pada besar arus yang diberikan oleh

PLC (Programmable Logic Controller).

Air Regukator

0.6kg/cm2 1.4kg/cm2 0.2- 1.0kg/cm2 Compresor

Converter

Control Valve 4-20 mA Gambar 3.9. Prinsip Kerja Control Valve

P I

Keterangan Gambar 3.9. : 1. Compresor

Berfungsi untuk menyuplai udara atau mesin yang memampaatkan udara/ gas. 2. Air Regulator

Penyaring udara bertekanan pada suatu sistim proses. 3. Converter

P = Pneumetik,merubah sinyal elektrik ke pneumatic. I = Elektrik,merubah sinyal pneumatic ke elektrik. 4. Control Valve (CV)

Pemasangan Control Valve pada tangki Crystalizer terinterkoneksi dengan RTD untuk air pendingin. Di sini Control Valve mengatur jumlah banyaknya/bukaan katup untuk air pendingin yang masuk ke dalam Tangki Crystalizer berdasarkan set

point yang diberikan pada RTD.

III.3.2. Level Transmitter dan High High Level Switch

Pada tangki Crystalizer, Differential Pressure Transmitter digunakan sebagai

Level Transmitter. Yang merupakan suatu alat yang dapat mendeteksi tinggi level

Dokumen terkait