• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pajak Pratama Medan Kota, Struktur organisasi, uraian-uraian tugas pokok, dan fungsi dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri mengenai tata cara pengajuan keberatan serta gambaran pegawai/karyawan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

BAB III : GAMBARAN DATA DAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Berisikan tentang data yang diperoleh mengenai ketentuan-ketentuan tentang tata cara pengajuan keberatan, atau hal-hal lainnya yang berhubungan.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Berisikan mengenai tata cara keberatan oleh Wajib Pajak dan pembahasan mengenai keberatan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Berisikan rangkuman tentang hal-hal yang telah dibahas mengenai masalah-masalah yang timbul dan telah disimpulkan dengan jelas, juga saran yang disajikan berdasarkan data dan informasi yang didapat.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

 

BAB II

GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota

Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah kemedekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak, dengan induk organisasinya Direktorat Jendral pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak,yaitu :

a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memeudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota) dan untuk semakin memantapkan pelayanannya kepada masyarakat dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarka pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 267/KMK.01/198, diadakanlah perubahan secara menyeluruh pda Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup

 

reorganisai Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak, yang sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdassarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor Kep.758/KMK.01/1993 tetangal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan pecahan tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Dan terhitung mulai pada tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi 4 wilayah kerja,yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 443/KMK.01/2001 tentang “Organisai dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kota Madya Medan menjadi enam wilayah kerja, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

 

1. Kecamatan Medan Timur 2. Kecamatan Medan Area 3. Kecamatan Medan Tembung 4. Kecamatan Medan Perjuangan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat,

Dengan ruang lingkup meliputi wilayah : 1. Kecamatan Medan Barat

2. Kecamatan Medan Sunggal 3. Kecamatan Medan Petisah 4. Kecamatan Medan Helvetia 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota,

Dengan ruang lingkup meliputi wilayah : 1. Kecamatan Medan Kota

2. Kecamatan Medan Denai 3. Kecamatan Medan Johor 4. Kecamatan Medan Amplas 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia,

Dengan ruang lingkup meliputi wilayah : 1. Kecamatan Medan Polonia

2. Kecamatan Medan Maimun 3. Kecamatan Medan Baru 4. Kecamatan Medan Tuntungan

 

5. Kecamatan Medan Selayang 5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan,

Dengan ruang lingkup meliputi wilayah: 1. Kecamatan Medan Belawan

2. Kecamatan Medan Marelan 3. Kecamatan Medan Labuhan 4. Kecamatan Medan Deli

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai institusi pemerintah yanag mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan. Karena pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang berhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berada di Gedung Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah SUMUT I lantai 3 di Jalan Sukamulia No. 17A Medan. Adapun sejarah singkat dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai berikut :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berdasarkan kepada :

a. Keputusan Menteri Keuangan Republlik Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001 Tanggal 23 Juli 2001

 

b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 58/KMK.01/2002 Tanggal 26 Februari 2002

c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 58/KMK.01/2002 Tanggal 26 Februari 2002

2. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) diseluruh jajaran Direktorat Jendral Pajak terdiri dari 3(tiga) jenis, yaitu:

a. KPP Wajib Pajak Besar b. KPP Madya

c. KPP Pratama

Beberapa karakteristik untuk setiap jenis KPP, Diantaranya dapat dijelaskan dalam pernyataan berikut ini :

a. Skala Wajib Pajak BUMN & WP b. Besar Nasional

c. WP Besar

d. Kanwil (Regional) e. WP Menengah

3.Yang menjabat sebagai kepala Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota pada saat ini adalah Bapak Yan Santoso Purba,SH.MM

Berdasarkan penjelasan sejarah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak

 

(KPP) Pratama Medan Kota pada tanggal 27 Mei 2008 sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 131/PMK.01/2006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 54/PMK.01/2007 dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006 tentang Orgnisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 67/PMK.01/2008.

Sebagaimana lazimnya KPP yang menerapkan sistem administrasi perpajakan modern, KPP Pratama juga memiliki karakteristik-karakteristik : Organisasi berdasarkan fungsi, Sistem Informasi yang terintegrasi, Sumber Daya Manusia yang kompeten, sarana kantor yang memadai, tata kerja yang transparan, Penggabungan KPP, KPPBB, Prinsip Utama Penggabungan KPP, KPPBB dan Karikpa adalah tidak menghilangkan tugas dan fungsi yang sebelumnya ada di masing-masing kantor tersebut tetapi membagi hasil seluruh tugas yang ada ke masing-masing seksi pada KPP Pratama sesuai dengan fungsinya . Seksi-seksi yang memiliki tugas dan fungsi yang sama digabung menjadi seksi yang ada di KPP Pratama.

Fungsi keberatan (terdapat pada Pasal 25 UU KUP dan Pasal 16 UU PBB), Pengurangan/penghapusan sanksi administrasi dan pembatalan ketetapan pajak (Psl.36 UU KUP) dan penghapusan PBB (Psl. 19 UU PBB) yang sebelumnya ada di KPP dan KPPBB, seluruhnya dialihkan ke Kanwil.

 

B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Keberhasilan program moderniai dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP Tetapi lebih jauh juga dapat memberikan dampa positif terhadap percepatan penerapan praktik-praktik “good govermance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah menerangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.

Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut : VISI :

“Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan system administrasi perpajakan modern yang efektif,efisisen, dan dipercaya masyarakat dengan intgritas dan profesionalisme yang tinggi”

MISI :

“Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sector pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-Undang perpajakan dalam tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi”

C. Struktur Organisai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Struktur organisai adalah suat rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan

 

kedudukan,wewenang,dan tanggung jawab dalam sistem kerjasama untuk mencapi tujuan yang ingin dicapai bersama.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota membawahi 1 (satu) bagian dan 10 (sepuluh) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional.

Adapun bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara lain adalah sebagai berikut :

1) Sub Bagian Umum

2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 3) Seksi Pelayanan

4) Seksi Penagihan 5) Seksi Pemeriksaan 6) Seksi Ekstensifikasi

7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9) Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10)Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 11) Kelompok Jabatan Fungsional

STRUKTUR ORGANISASI

D. Deskripsi Tugas Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota 1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan gabungan dari KPP,KPPBB, dan Karikpa maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasi pelaksanaan penyuluhan,pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan,Pajak Pertambahan Nilai,Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak tidak langsung lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum

Membanu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasi tugas dan fungsi pelayanan sekretarian terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usahadan kepegawaian,keuangan,rumah tangga serta perlengkapan.

3. Seksi Ekstensifikasi

Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak,penilaian objek pajak,dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas kepala kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan,pengolahan data,penyajian informasi perpajakan,perekaman dokumen perpajakan,dan urusan tata usaha angka penerimaan

 

pajak,pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah Banunan,pelayanan dukungan teknis computer,pemantauan aplikasi e-SPT dan e-FILLING dan penyiapan laporan kinerja.

5. Seksi Pelayanan

Membantu tugas kepala kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hokum perpajakan,pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya,penyuluhan perpajakan,pelaksanaan registrasi WP,seta kerja sama perpajakan sesuain ketentuan yang berlaku.

6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON I,II,III,IV)

Membant tugas kepala kantor dalm mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan Wajib Pajak (Pph,PPN,PBB,BPHTB dan pajak lainnya),bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak da konsultasi teknis perpajakan,penyusunan profil Wajb Pajak,analisi kinerja Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi,dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah(territorial tertentu).

7. Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawassan pelaksanaan aturan pemeriksaan,

 

penerbitan dan penyaluran Surat Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

8. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif,piutang pajak,penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

9. Kelompok Pejabat Fungsional

Pejabat fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinsi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi dimanfaatkan secara optimal.

Tabel 2.1

Berdasarkan Jabtan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota

Jabatan Jumlah % Kepala Kantor 1 1.16 Kasi/Kasubag 10 11.63 Fungsional 12 13.95 AR 27 31.40 Pelaksana 36 41.86 Jumlah 86 100

 

E. Perbedaan Struktur Organisasi Lama dengan Struktur Organisasi Baru Pada Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota sebelumnya untuk masing-masing pajak dibuat secara terpisah, baik itu PPh, PPN, PPnBM, BPHTB, dan lain-lain. Sedangkan struktur organisasi KPP Pratama Medan Kota yang sekarang dibentuk dengan cara menggabungkan bagian-bagian pajak yang terpisah tersebut ke dalam setiap bagian, misalnya terdapat masalah pajak baik itu PPh, PPN, PBB, PPnBM, dan lain-lain, maka untuk menyelesaikan masalah yang ada tidak lagi di bagian pajak yang bersangkutan melainkan dapat konsultasi di bagian pengawasan dan konsultasi, begitu juga dengan bagian lainnya, sehingga pekerjaan pada setiap bagian lebih efektif dan efisien.

                       

 

BAB III GAMBARAN DATA

A. Pengertian Pajak

Sebagai perbandingan,berikut disajikan definisi pajak dari beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH Pajak adalah iuran wajib kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal nalik yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran Pemerintah (Waluyo,2011 : 3)

Menurut Prof. Dr. M. J. H. Smeet Pajak adalah prestasi kepada Pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjuk dalam hal yang individual yang bertujuan untuk membiayai pengeluaran negara (Waluyo,2011 : 2)

Prof. Edwin R. A. Seligman dalam buku Essay in Taxation yang diterbitkan di Amerika menyatakan: “Tax is compulsory contribution from the person to the government to depray the expenses incurred in the common interest of all, without reference to special benefit conferred.” Yang artinya adalah “Pajak adalah kontribusi seseorang yang ditunjukan kepada negara tanpa adanya manfaat yang ditunjukan secara khusus kepada seseorang.” (Waluyo,2011,2)

Dari berbagai pengertian tersebut, menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak ialah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

 

memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsure-unsur sebagai berikut:

a. Iuran dari rakyat kepada Negara,yang berhak memungut pajak ialah Negara.

b. Pelaksanaannya berdasarkan Undang-undang.

c. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

d. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual atau pemerintah.

B. Fungsi Pajak

Sebagaimana telah diketahui pengertian pajak dari beberapa definisi, maka ada dua fungsi pajak yaitu sebagai berikut:

a. Fungsi Budgetair

Fungsi budgetair merupakan fungsi utama pajak dan fungsi fiskal yaitu suatu fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas negara berdasarkan Undang-undang perpajakan yang berlaku segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang. Fungsi

 

budgetair ini berlaku baik untuk penerimaan pajak yang telah ditetapkan maupun untuk penerimaan pajak daerah dalam APBD (Waluyo,2011 : 6)

b. Fungsi Reguler

Fungsi reguler (mengatur) merupakan fungsi pajak untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi (Waluyo,2011 : 6). Penerapan fungsi regular ini antara lain ialah:

 Untuk mengurangi konsumsi minuman keras dan rokok maka atas konsumsi barang-barang tersebut dikenakan pajak

 Untuk mengurangi gaya hidup konsumtif,maka dikenakan pajak yang tinggi terhadap barang-barang mewah

 Untuk mendorog ekspor produk tertentu pemerintah mengenakan tarif pajak untuk ekspor sebesar 0 %

Ilyas dan Burton menambahkan dua fungsi pajak selain fungsi diatas, yaitu :

 Fungsi demokrasi, dan

 Fungsi redistribusi

C. Pajak Sebagai Kewajiban Masyarakat

Negara berhak untuk memungut pajak kepada masyarakat dan masyarakat wajib membayar pajak karena adanya alasan sebagai berikut:

a. Masyarakat mempunyai kepentingan kepada Negara, yaitu memperoleh perlindungan atas atas jiwa dan harta bendanya, serta memperoleh pelayanan

 

dan fasilitas yang bersifat umum. Untuk menyelenggarakan kepentingan tersebut diperlukan biaya yang cukup besar dan dibayar dalam bentuk pajak. b. Pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban adalah untuk membuktikan

adanya tanda kepatuhan kita kepada Negara. Pembayaran pajak merupakan suatu perwujudan dari pengabdian dan peran serta masyarakat yang secara bersama-sama untuk melaksanakan pembangunan Negara.

D. Hak Memungut Pajak dan Kewajiban Penyetoran

Berdasarkan prinsip atau asas yang tercantum dalam Undang-undang pepajakan, hanyapemerintah yang berwenang memungut pajak. Orang swasta atau badan-badan swasta tidak dapat memungut pajak, kecuali apabila kepadanya diberia wewenang atau kewajiban untuk memungut pajak oleh Undang-undang karena hak memungut pajak adalah hak public yang tidak ada pada subjek swasta. Tidak semua penguasa publik memungut pajak, yang berhak hanya instansi dan pejabat-pejabat tertentu yang ditunjuk oleh Undang-undang.

Hak untuk menghitung dan memotong pajak dari jumlah-jumlah yang telah ditelah dibayarkan kepada pihak ketiga, disertai dengan kewajiban untuk

menyetorkan jumlah pajak merupakan pelanggaran peraturan Undang-undang yang diancam dendgan sanksi.

Pada Wajib Pajak, disamping hak untuk menetapkan sendiri besar pajaknya, berkait kewajiban untuk membayar jumlah pajak itu didalam kas

 

Negara, dalam jangka waktu tertentu tanpa ikut campur tangan pihak Direktoraat Jenderal Pajak.

E. Hak dan Kewajiban Masyarakat di Bidang Perpajakan Kewajiban Wajib Pajak tersebut meliputi:

a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) sebagai identitas diri Wajib Pajak. Dengan memperoleh NPWP, berarti Wajib Pajak tersebut telah terdaftar.

b. Mengambil sendiri, mengisi dan memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) ke Direktorat Jenderal Pajak tepat pada waktunya.

c. Menhitung dan membayar pajak yang terutangnya sendiri dengan benar. d. Menyelenggarakan pembukuan dengan benar.

e. Jika diperiksa Wajib Pajak harus:

1. Memberikan keterangan yang diperlukan.

2. Memperlihatkan dan meminjamkan pembukuan dan pencatatan. 3. Mmemberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang

dipandang perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan. f. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen

serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, itu ditiadakan oleh permintaan oleh keperluan pemeriksaan. Hak Wajib Pajak tersebut meliputi:

a. Mengajukan Surat Keberatan.

 

c. Melakukan pembetulan terhaddap Surat Pemberitahuan (SPT) yang dimasukan.

d. Mengajukan permohonan penundaan pemasukkan Surat Pemberitahuan (SPT).

e. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak. f. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

g. Memberikan kuasa kepada orang lain untuk melaksanakan kewajiban perpajakan.

h. Mengajukan permohonan penghapusan ddan pengurangan sanksi, serta pembetulan Surat Ketetapan Pajak yang salah.

i. Apabila Waib Pajak dipotong oleh pemberi kerja, Wajib Pajak berhak meminta bukti pemotongan PPh Pasal 21 pada pemotong, mengajukan atas pemotongan tersebut.

F. Pengertian Keberatan

Dalam perpajakan keberatan adalah suatu upaya yang ditempuh oleh Wajib Pajak jika merasa tidak atau kurang puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga.

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Keberatan Pajak Penghasilan, Pajak Penambahan Nilai dan atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pasal 1 yang dimaksud dengan :

 

1. Surat Keberatan adalah surat yang diajukan oleh Wajib Pajak kepada Direktorat Jenderal Pajak mengenai keberatan terhadap suatu surat ketetapan pajak atau pemotongan atau pemungutan pajak oleh piak ketiga.

2. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputsan yang membetulkan kesalahan tulis,kesalahan hitung,dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputuan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga.

3. Penyampaian Surat Keberatan secara elektronik yang selanjutnya disebut dengan e-filling adalah suatu cara penyampaian Surat Keberatan yang dilakukan secara on-line yang real-time melalui situs web Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) atau Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP).

4. Bukti Penerimaan Elektronik adalah informasi yang berisi nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, tanggal, jam, Nomor Tanda Terima Elektronik (NTTE) yang tertera pada hasil cetakan bukti penerimaan dalam hel e-filling dilakukan melalui situs web Direktorat Jenderal Pajak, atau informasi yang berisikan nama,Nomor Pokok Wajib Pajak,tanggal,jam,Nomor Tanda Terima

 

Elektronik(NTTE) dan Nomor Transaksi Penerimaan ASP (NTPA), serta nama perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi(ASP), yang tertera pada hasil cetakan surat permohonan, dalam hal e-filling dilakukan melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP).

5. Surat Pemberitahuan Untuk Hadir adalah surat yang disampaikan kepada Wjib Pajak yang berisi mengenai pemberian kesempatan kepada Wajib Pajak untuk hadir dalam waktu yang telah ditetapkan guna memberikan keterangan atau memperoleh penjelasan mengenai hasil penelitian keberatan dari tim peneliti keberatan.

6. Prosedur Persetujuan Bersama (Mutual Agreement Procedure) yang selanjutnya disebut MAP adalah prosedur administrasi yang diatur dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam penerapan P3B.

7. Persetujuan Bersama adalah hasil yang telah disepakati dalam penerapan P3B oleh pejabat yang berwenang dari Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Negara Mitra atau yurisdiksi mitra P3B sehubung dengan MAP yang telah dilaksanakan.

G. Dasar Hukum Keberatan Pajak

1. Pasal 25 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagimana telah diubah terakhir kali menjadi Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009.

 

2. Peratuan Menteri Keuangan Nomor 194/PMK.03/2007 yang diubah menjadi 9/PMK.03/3013 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan. 3. Surat Edaran Nomor 11/PJ/2014 tentang Petunjuk Pelasksanaan Penyelesaian

Keberatan Pajak Penghasilan, Pajak Penambahan Nilai, dan atau Pajak Penjualan Barang Mewah.

4. Peraturan Direktorat Jendeal Pajak Nomor PER-49/PJ/2009

5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2022 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak

Dokumen terkait