• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Berkumur-kumur dengan susu Probiotik yang mengandung bakteri Lactobacillus Casei

efektif terhadap penurunan akumulasi plak khususnya pada plak supragingiva selama 7 hari bila dibandingkan dengan susu plasebo.

2. Berkumur-kumur dengan susu Probiotik secara statistik mempunyai perbedaan rata-rata

skor indeks plak yang bermakna (p<0,05) pada perbandingan hari ke-0, ke-1, ke,4 dan ke-7 khususnya pada plak supragingiva.

3. Berkumur-kumur susu Probiotik lebih baik dari segi waktu dan paparan dibandingkan

dengan permen karet Probiotik.

6.2 Saran

1. Penelitian selanjutnya dapat diarahkan untuk melihat apakah ada pengaruh

berkumur-kumur dengan susu Probiotik terhadap akumulasi plak subgingiva.

2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti pengaruh Susu Probiotik terhadap

mikroorganisme plak dental secara in vitro dalam hubungan penurunan akumulasi plak.

3. Diharapkan penelitian selanjutnya untuk meneliti efek jangka panjang dari

berkumur-kumur susu Probiotik sehingga dapat dikembangkan untuk digunakan sebagai penunjang pemeliharaan kesehatan rongga mulut.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaringan Periodontal

Jaringan periodontal adalah jaringan yang mengelilingi gigi dan berfungsi sebagai penyangga gigi yang terdiri dari gingiva, sementum, ligamen periodontal dan tulang alveolar.5

Awal terjadinya kerusakan biasanya timbul pada saat plak bakteri terbentuk pada permukaan gigi, meluas ke daerah sekitarnya dan masuk ke dalam sulkus gingiva yang nantinya akan merusak gingiva. Plak menghasilkan sejumlah zat yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam perkembangan penyakit periodontal. Peradangan pada gingiva dan perkembangannya pada bagian tepi permukaan gigi terjadi ketika koloni mikroorganisme berkembang. 5

Gambar 1. Gambaran gingiva yang sehat24

2.2 Plak Dental 2.2.1 Definisi

Plak adalah lapisan polisakarida dan merupakan deposit lunak yang semi transparan dan melekat kuat pada permukaan gigi dan mengandung bakteri patogenik. Kebanyakan bakteri bertahan hidup dalam komunitas kompleks yang merupakan biofilm. Biofilm adalah suatu kelompok bakteri terorganisir yang melekat pada permukaan dan berada di dalam lapisan ekstraseluler. Semua bakteri ini berevolusi untuk bertahan hidup dalam lingkungan oral seperti permukaan gigi, epitel gingiva, dan rongga mulut. 8 Plak berdasarkan lokasi dibedakan menjadi plak supragingiva dan plak subgingiva, serta terbentuk melalui tiga tahap yaitu pembentukan pelikel, kolonisasi bakteri, kolonisasi sekunder dan maturasi plak.

2.2.2 Struktur Plak

Struktur biofilm terdiri atas mikrokoloni bakteri, lapisan ekstraseluler, kanal cairan dan sistem komunikasi primitif. Bakteri membentuk suatu kelompok yang berikatan dengan permukaan. Kelompok mikrokoloni yang terbentuk mirip dengan bentuk jamur karena mempunyai dasar yang sempit. Setiap mikrokoloni merupakan kelompok independen yang mengandung ribuan bakteri. Mikrokoloni yang berbeda mengandung kombinasi spesies bakteri yang berbeda. Bakteri yang berada di tengah mikrokoloni dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang anaerob, sedangkan bakteri lain yang berada di tepi kanal cairan dapat bertahan hidup dalam lingkungan aerob.11

Lapisan ekstraseluler mrupakan pembatas protektif yang megelilingi mikrokoloni bakteri. Lapisan lendir tersebut melindungi mikrokoloni dari antibiotik, antimikrobal dan mekanisme pertahanan host. Kanal cairan yang menembus lapisan lendir ekstraseluler berfungsi sebagai nutrisi dan oksigen serta mengatur zat metabolit bakteri dan enzim di dalam struktur biofilm. Setiap mikrokoloni bakteri menggunakan sinyal kimiawi untuk menghasilkan sistem komunikasi primitif yang berfungsi untuk berkomunikasi dengan mikrokoloni bakteri yang lain.11

2.2.3 Mekanisme Pembentukan Plak

Pembentukan plak dapat dibagi atas tiga tahapan11: a. Perlekatan bakteri pada permukaan

b. Pembentukan mikrokoloni pada permukaan c. Pembentukan biofilm subgingiva yang matang

Tahap pertama dalam pembentukan plak adalah melekatnya pelikel pada permukaan email. Pelikel berfungsi sebagai lapisan pelindung, pelicin permukaan, mencegah kerusakan jaringan, dan tempat perlekatan bakteri. Pelikel ini terdiri dari glikoprotein yang diendapkan dari saliva dan terbentuk segera setelah penyikatan gigi. 9 Pada tahap kedua pembentukan plak gigi, terjadi kolonisasi bakteri. Bakteri awal yang melekat dan berkoloni adalah bakteri positif Gramm. Koloni ini bersifat reversibel, yang kemudian akan menjadi irreversibel. 10 Tahap ketiga terjadi pertumbuhan dari koloni bakteri positif Gramm, disertai aggregasi bakteri lain sehingga terjadi kolonisasi sekunder, serta peningkatan jumlah dan spesies bakteri. Dalam tahap ini terjadinya perubahan lingkungan, dari aerob menjadi anaerob yang didominasi oleh bakteri negatif Gramm. Pematangan plak merupakan proses akhir dari plak, yang umumnya terjadi dua hari setelah plak terbentuk. 11

Gambar 3. Deposisi plak pada permukaan gigi26

2.2.4 Hubungan Plak dengan Penyakit Periodontal

Bakteri yang berada pada ekosistem kompleks biofilm harus mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup dan berkembang dalam jaringan periodontal. Mikroorganisme periodontal harus memiliki minimal 3 karakteristik sebagai patogen yaitu kapasitas kolonisasi, kemampuan menghindari mekanisme pertahanan dari host, dan kemampuan untuk memproduksi substansi yang dapat menginisiasi kerusakan jaringan. Plak bakteri mengandung atau memproduksi substansi yang mampu memyebabkan inflamasi. Substansi tersebut mempunyai efek langsung pada vaskular dan lekosit, sehingga terjadi vasodilatasi, peningkatan aliran cairan sulkus gingiva dan migrasi dari netrofil. Pada tahap yang lebih lanjut, antigen bakteri ini dapat mengaktivasi sel

host seperti monosit, limfosit, dan fibroblas sehingga terjadi perubahan patologis yang konsisten terhadap respon inflamasi kronik.

Pada lesi inisial gingivitis dengan respon inflamasi akut akan mempunyai karakteristik seperti infiltrasi netrofil, perubahan vaskular, perubahan sel epitel dan degradasi kolagen. Perubahan ini terjadi karena kemotaksis netrofil dan vasodilatasi sebagai efek langsung dari produk bakteri, juga termasuk aktivasi sistem pertahanan host seperti komplemen dan kinin.12 Bakteri yang terdapat pada gingivitis yang diinduksi oleh plak (gingivitis kronik) terdiri atas bakteri positif Gramm (56%), negatif Gramm (44%), fakultatif (59%) dan anaerob (41%). Positif Gramm termasuk S. sanguis, S. mitis, S. intermedius, S. oralis, A. viscosus, A. naeslundii, dan

Peptostreptococcus micros. Negatif Gramm termasuk F. nucleatum, P. intermedia, V. parvula, Hemophilus, Capnocytophaga dan Campylobacter spp.13 Periodontitis dapat dibedakan dengan gingivitis secara klinis dengan adanya kehilangan perlekatan jaringan ikat pada gigi dengan peradangan gingiva.12 Pada periodontitis kronik, bakteri yang sering dijumpai adalah P.

gingivalis, B. forsythus, P. intermedia, C. rectus, Eikenella corrodens, F. nucleatum, A. actinomycetemcomitans, P. micros, Treponema dan Eubacterium.13

2.3 Probiotik

Resistensi terhadap antibiotik, dengan munculnya sejumlah strain yang multiresisten semakin menjadi masalah global yang penting. Perkembangan tidak menguntungkan ini memicu para ilmuwan untuk mencari cara lain dalam meneliti penyakit-penyakit yang infeksius. Satu cara yang terlupakan mengenai penggunaan bakteri yang dapat memberikan keuntungan bagi kesehatan mulai diteliti kembali secara intensif dengan menggunakan desain metode penelitian yang modern. Istilah probiotik, antonim dari istilah antibiotik, adalah substansi yang dihasilkan oleh mikroorganisme-mikroorganisme yang dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme yang lainnya. (Lily & Stillwell, 1965). Istilah probiotik sebelumnya memiliki beberapa definisi yang pada akhirnya disahkan oleh Food and Agriculture Organization dan World Health

Organization pada tahun 2001, probiotik didefinisikan sebagai mikroorganisme hidup yang

ketika diberikan dalam jumlah yang tepat, dapat memberikan manfaat bagi kesehatan host.14 Probiotik pertama kali digunakan dalam bidang kedokteran, sebagai terapi atau pencegahan terhadap diare akibat antibiotik, selain itu untuk toleransi tarhadap laktosa,

antikarsinogenik dan dermatitis atopik. Dalam bidang kedokteran gigi, probiotik telah banyak digunakan sebagai terapi preventif terhadap karies gigi, akumulasi plak, kesehatan gingiva, halitosis dan penyakit periodontal.14

Mikroorganisme yang umum digunakan pada probiotik adalah bakteri asam laktat dan

bifidobacteria. Bakteri asam laktat merupakan kelompok bakteri yang paling banyak

menghasilkan bakteriosin, yaitu senyawa peptida antimikroba yang mempunyai sifat bakterisida atau bakteriostatik melawan spesies lain.15

Tabel 1. Mikroorganisme pada Probiotik16

Lactobacillus spp. Bifidobacterium spp. Lain-lain

L. acidophilus B. bifidum Saccharomyces boulardii L. Casei B. breve Lactococcus lactis subsp.

Cremoris L. delbrueckii subsp.

Bulggaricus

B. infantis Enterococcus faecium L. fermentum B. longum Streptococcus salivarius

subsp. Thermophilus L. gasseri B. lactis S. diaacetylactis L. johnsonii B. adolescentis S. intermedius L. paracasei

L. plantarum L. reuteri L. rhamnosus

2.3.1 Kegunaan Probiotik

Sejumlah peneliti juga mengungkapkan beberapa pengaruh positif bagi kesehatan dari probiotik yaitu meningkatkan ketahanan terhadap penyakit infeksi terutama infeksi usus dan diare, menurunkan tekanan darah/ antihipertensi menurunkan konsentrasi kolesterol serum darah, mengurangi risiko intoleransi laktosa, mempengaruhi respon imun, memudahkan pencernaan, menurunkan risiko terjadinya tumor dan kanker kolon dan bersifat antimutagenik serta bersifat anti karsinogenik. 17

Kontrol plak supragingiva secara mekanis seperti penyikatan gigi dan flossing tidak 100% efektif menyingkirkan penumpukan plak. Kontrol plak mekanis tidak memadai untuk menjamin kesehatan jaringan periodontal pada kebanyakan individu.3 Oleh karena itu, diperlukan metode tambahan yaitu kontrol plak secara kimiawi. Metode ini mudah dilakukan dan efektif dalam menghambat pembentukan plak. Namun, metode kimiawi ini hanya merupakan penunjang kontrol plak mekanis karena struktur biofilm terdapat lapisan lendir ekstraseluler yang menghambat penetrasi bahan antimikrobal ke dalam koloni bakteri.

Pertama kali efek probiotik diduga melalui modifikasi genetik sehingga strain bakteri dapat menghasilkan antibodi, enzim, dan sitokin. Saat ini diketahui bahwa mekanisme probiotik adalah melalui produksi senyawa antimikroba, meregulasi respon imun dan menghilangkan adhesi bakteri patogen dan menggantikannya dengan bakteri non-patogen. Probiotik dapat membuat lapisan biofilm dalam rongga mulut, bertindak sebagai lapisan protektif bagi jaringan melawan penyakit gigi dan mulut. 17

Bakteri probiotik dapat mempengaruhi sistem imun, baik lokal maupun humoral. Pada respon imun seluler dikatakan bahwa probiotik meningkatkan proliferasi splenosit sebagai akibat mitogen untuk Sel-T dan sel-B. Lactobacillus BB terutama akan meningkatkan jumlah sel penghasil IgA dan sel penghasil immunoglobin lainnya, serta merangsang pelepasan interferon lokal yang memfasilitasi transport antigen. Probiotik juga berperan terhadap peningkatan produksi sitokin, sebagai contoh strain streptococcus thermophilus akan meningkatkan produksi sitokin TNF dan IL-6 melalui sel makrofag. Strain L.bulgaricus, Bifidobacterium culolescenti dan B.bifidum akan meningkatkan produksi IL-6 melalui sel T-helper. Peran probiotik pada immunitas non-spesifik yaitu adanya kemampuan untuk meningkatkan efek fagositosis terhadap patogen. Peran non-spesifik lainnya yaitu mampu menurunkan reaksi hipersensitifitas. 18

Bakteriosin yang dihasilkan bakteri probiotik merupakan senyawa peptide antimikroba, yaitu senyawa dengan berat molekul rendah baik berupa protein atau peptida pendek yang memiliki aktivitas menghambat atau membunuh antimikroba. Penggunaan senyawa antimikroba dalam pengobatan tidak memberikan efek samping pada sel host, karena bersifat toksistas selektif akibat adanya keseimbangan interaksi elektrostatik dan hidrofobisitas terhadap sel targetnya. Bakteriosin yang dihasilkan akan menetap dalam rongga mulut, dapat beradhesi

Mekanisme probiotik dalam tubuh secara umum terbagi menjadi tiga, yaitu normalisasi dari mikroba intestin, modulasi respon imun, dan pengaruh metabolik. Mekanisme-mekanisme ini juga dapat dianalogikan ke dalam rongga mulut. Cara yang pertama adalah probiotik berkompetisi dengan bakteri patogen, mencari tempat perlekatan dan beragregasi. Keadaan ini akan menghambat adhesi bakteri patogen dan menguranginya. Cara yang kedua adalah probiotik berkompetisi dalam nutrisi dan faktor-faktor pertumbuhan dengan bakteri-bakteri patogen, serta memproduksi zat antimikrobial. Keadaan ini akan menghambat pertumbuhan dari bakteri-bakteri patogen dan plak gigi. Cara yang ketiga adalah memperkuat respon imun host, menghambat bakteri patogen memproduksi pro-inflammatory cytokine, serta mengurangi produksi MMP. Hal ini berperan dalam respon imun, baik sistemik maupun lokal sehingga terjadi pengurangan inflamasi dan kerusakan jaringan.14

2.3.3 Tipe-tipe Probiotik

Probiotik digunakan dalam proses pengolahan pangan, misalnya pada pengolahan susu seperti yogurt, keju; dalam fermentasi sayuran seperti sauerkraut, pikel, kecap kedelai, miso; dalam fermentasi ikan seperti kecap ikan dan pasta ikan; dalam pembuatan silase seperti bakteri E. faecium dan E. faecalis; serta dalam pengolahan daging seperti sosis fermentasi dan daging fermentasi.19

Sumber probiotik juga bisa diperoleh dari susu fermentasi (yogurt), keju dan susu sapi, jus, dan susu bubuk bayi. (Jennie, 2007). Probiotik biasa juga dijumpai dalam kemasan tablet, kapsul, atau granula. Produk-produk tersebut memiliki beberapa kebaikan kesehatan, yang meliputi kekebalan terhadap infeksi usus, perbaikan penggunaan laktosa, pencegahan penyakit diare, kanker kolon, hiperkoleseterolemia, penyakit alat pencernaan bagian atas, stabilisasi barier mukosa usus, perbaikan absorpsi kalsium, dan sintesis vitamin, serta pra pencernaan protein.20

Gambar 5. Produk-produk Probiotik27

2.4 Probiotik dan Kesehatan Rongga Mulut

Syarat yang penting bagi suatu mikroorganisme untuk menjadi probiotik rongga mulut adalah kemampuan untuk melekat dan berkolonisasi pada permukaan di dalam rongga mulut. Sekitar 1% dari mikroflora mulut yang dapat dikultur adalah Lactobacilli. Species Lactobacilli yang paling sering ditemukan pada saliva adalah L. Fermentum, L. Rhamnosus, L. Salivarius, L.

Casei, L.acidophilus dan L.plantarum. Tiga di antaranya adalah strain probiotik yang digunakan

pada produk susu (Yakult, Vitagen, dll.) 21

Probiotik dapat memengaruhi pertumbuhan biofilm dan mikroflora pada rongga mulut. Mekanisme adhesi pada permukaan mulut merupakan hal yang penting yang mendukung aktivitas probiotik. Kemampuan ko-aggregasi dari spesies lactobacilli memungkinkan untuk membentuk barrier yang dapat mencegah kolonisasi bakteri patogen, yang disebabkan oleh produksi lingkungan mikro di sekeliling patogen-patogen tersebut, dan substansi-substansi inhibisi dihasilkan oleh spesies lactobacillus, sehingga terjadi reduksi bakteri kariogenik dan bakteri patogen periodontal.14,21 Lactobacillus juga berperan terhadap fungsi epitel barrier dan memodulasi respon imun sehingga dapat meningkatkan resistensi rongga mulut terhadap terjadinya infeksi. 14

Gambar 6. Species Lactobacilli

2.5 Probiotik dan Penyakit Periodontal

Efek periodontal dalam meningkatkan kesehatan telah diteliti secara luas hingga saat ini. Penelitian dilakukan terutama pada bagian saluran gastrointestinal. Walau demikian, pada beberapa tahun yang lalu, probiotik juga pernah diteliti dalam hubungannya dengan kesehatan mulut. Pada bidang Periodonsia, Lactobacilli dilaporkan bisa menghambat pertumbuhan

P.gingivalis dan Prevotella intermedia masing-masing sebesar 82% dan 65%.21 Pengunaan permen karet probiotik selama 14 hari, pada penderita gingivitis sedang sampai berat terbukti berkurang secara signifikan.22 Penelitian lain menyatakan bahwa bakteri probiotik S.salivarius dapat menghasilkan sangat sedikit komponen sulfur volatil yang merupakan penyebab dari halitosis. Penelitian terbaru adalah pemberian probiotik dapat menurunkan jumlah Candida dalam mulut pada orang yang berusia lanjut.21

2.6 Indeks Plak 2.6.1 Loe and Silness

Indeks plak ini diperkenalkan oleh Silness-Loe pada tahun 1964. Indeks ini mengukur plak berdasarkan pada ketebalan penumpukan plak pada margin servikal gigi di sisi distovestibular, vestibular, mesiovestibular dan oral. 23

Kriteria pemberian skor23: 0 = Tidak ada plak

1 = Ada plak tipis disekitar tepi gingiva bebas dan permukaan. Plak terlihat dengan menggesekkan sonde sepanjang permukaan gigi

2 = Terdapat penumpukan plak yang sedang pada poket gingiva atau pada permukaan gigi dan batas tepi gingival bebas yang terlihat dengan mata

3 = Terdapat penumpukan plak yang banyak pada poket gingiva atau pada permukaan gigi dan batas tepi gingival bebas, tumpukan itu sudah dapat dilihat dari jauh

Perhitungan skor populasi = Jumlah subjek yang diperiksa Jumlah skor individual

Perhitungan skor individual = Jumlah skor gigi yang diperiksa

2.7 Kerangka Teori

Probiotik

Antagonis dengan patogen

Beragregasi dengan bakteri rongga mulut

Interaksi dengan epitel rongga mulut Modulasi komposisi biofilm Reduksi mikroorganisme plak dental Memperkuat fungsi epitel barrier Modulasi respon imun Meningkat resistensi terhadap infeksi rongga mulut

Menghambat pertumbuhan dari plak gigi

2.8 Kerangka Konsep

Variabel terikat:

Indeks plak Loe and Silness

Variabel terkendali:

a. Volume susu Probiotik dan susu Plasebo yang dikumur

b. Lama berkumur

c. Frekuensi penggunaan susu Probiotik dan susu Plasebo d. Waktu dan frekuensi menyikat

gigi

e. Jenis sikat gigi dan pasta gigi

Variabel tidak terkendali:

a. Cara berkumur susu Probiotik dan susu Plasebo

b. Diet

c. Teknik menyikat gigi Variabel bebas:

Susu Probiotik Susu Plasebo

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam satu penelitian terbaru, probiotik telah mulai dilihat sebagai cara untuk mengurangi penyakit mulut, peradangan kronis, dan pemindahan bakteri patogen melalui adhesi bakteri, serta kekhawatiran tentang resistensi anti-mikroba yang disebabkan oleh antibiotik. Oleh karena itu, beberapa percobaan kontrol secara random telah dilakukan untuk menguji efek probiotik pada kesehatan oral.1

Akumulasi plak dental merupakan etiologi utama terjadinya gingivitis. Etiologi lainya adalah disebabkan oleh kalkulus dan debris, faktor sistemik, obat-obatan dan kekurangan gizi. Gingivitis yang diinduksi oleh plak dental dan tidak dirawat sering akan berkembang menjadi periodontitis. Perawatan periodontal yang berhasil dalam jangka waktu panjang sangat tergantung pada usaha kontrol plak yang berkesan agar dapat mempertahankan kadar plak yang kompatibel dengan kesehatan gingiva.1

Salah satu bahan yang digunakan dalam diet dan berguna bagi kesehatan gigi dan mulut adalah probiotik. Istilah “Probiotik” berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘for life’. Probiotik adalah mikroorganisme hidup (dalam banyak kasus, bakteri) yang ditemukan mirip seperti mikroorganisme menguntungkan yang terdapat pada usus manusia. Bakteri tersebut juga disebut

“friendly bacteria” atau “good bacteria”. Probiotik tersedia untuk konsumen, terutama dalam

bentuk makanan dan suplemen diet.2 Bakteri probitotik dapat bertindak melalui beberapa cara, yaitu mencegah adhesi dan invasi bakteri patogen, bersaing dengan mikroba oral, memproduksi substansi antimikroba dan memodulasi respon imun.3

Hasil penelitian pakar bakteri, Elie Metchnikoff pada tahun 1907 (Staufenbiel, 2007), rakyat Bulgaria hidup lebih lama dibandingkan dengan individu lain karena sering mengkonsumsi produk susu fermentasi yang mengandung bakteri hidup yaitu Lactobacillus

Bulgaricus. Konsumsi probiotik secara regular dapat menurunkan jumlah kariogenik

dkk, 2009). Beberapa peneliti juga menunjukkan bahwa strain probiotik Lactobacillus mengurangi inflamasi gingiva dan memperbaiki kesehatan periodontal.3

Lactobacilli mempunyai prevalensi yang tertinggi dalam rongga mulut yang sihat dibandingkan dengan pasien dengan periodontitis kronis. (Kholl-Klais dkk, 2005). Signifikansi penurunan indeks gingiva terjadi apabila sering mengunyah permen karet yang mengandung probiotik sekaligus membuat kesimpulan bahwa probiotik adalah efektif untuk mengurangi gingivitis dan perlekatan plak. (Krasse dkk, 2001). Selain itu, pada penelitian epidemiologi telah membuktikan bahwa orang yang sering mengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik menunjukkan berkurangnya kedalaman poket akibat menurunnya kehilangan perlekatan gingiva.(Shimazaki dkk, 2004).4

Prevalensi terjadinya gingivitis pada populasi barat adalah kurang lebih 75%. (Eberhard dkk, 2005). Gambaran klinis penyakit periodontal adalah gingiva berwarna merah, oedem, gusi lunak yang kadang-kadang sakit apabila disentuh, dan perdarahan waktu diprobing.3 Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa prevalensi terjadinya penyakit periodontal cukup tinggi terjadi pada masyarakat dan hal ini berkaitan dengan kondisi nutrisi khususnya pengonsumsian susu probiotik. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Susu Probiotik pada Akumulasi Plak pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi angkatan 2010 di Universitas Sumatera Utara Medan, di Instalasi Periodonsia FKG USU.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh susu probiotik terhadap penurunan akumulasi plak?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk :

Untuk menganalisis pengonsumsian susu probiotik dapat mempengaruhi kadar akumulasi plak.

1.4 Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh meminum susu probiotik terhadap akumulasi plak pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi angkatan 2010, Universitas Sumatera Utara.

1.5 Manfaat penelitian

1. Bagi instansi terkait

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang susu Probiotik dan implikasi atau efeknya terhadap kondisi periodontal.

2. Bagi peneliti

Memberi pengalaman langsung dalam melakukan penelitian sekaligus menambah pengetahuan dan informasi tentang adanya hubungan antara susu probiotik terhadap akumulasi plak.

3. Bagi mahasiswa

Sebagai tambahan informasi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian lebih lanjut tentang probiotik dan pengaruhnya terhadap rongga mulut.

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Periodonsia

Tahun 2014

Izza Aleena

Pengaruh Susu Probiotik Terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

Angkatan 2010

x + 33 Halaman

Probiotik telah mulai dilihat sebagai cara untuk mengurangi penyakit mulut, peradangan kronis,

dan pemindahan bakteri patogen melalui adhesi bakteri, serta kekhawatiran tentang resistensi

anti-mikroba yang disebabkan oleh antibiotik. Oleh karena itu, beberapa percobaan kontrol

secara random telah dilakukan untuk menguji efek probiotik pada kesehatan oral yang diawali

dengan pengaruhnya terhadap akumulasi plak supragingiva. Bakteri probitotik dapat bertindak

melalui beberapa cara, yaitu mencegah adhesi dan invasi bakteri patogen, bersaing dengan

mikroba oral, memproduksi substansi antimikroba dan memodulasi respon imun. Penelitian

bertujuan untuk menganalisis pengonsumsian susu probiotik dapat mempengaruhi kadar

akumulasi plak. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental ulang atau pre-posttest control

group design. Empat puluh subjek penelitian yang merupakan mahasiswa dari FKG USU

angkatan 2010 telah dipilih sesuai berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dan dibagi menjadi

dua kelompok secara acak. Kelompok perlakuan diberi susu Probiotik dan kelompok kontrol

setelah sikat gigi pagi dan malam hari. Pemeriksaan indeks plak Loe and Silness dilakukan pada

hari ke-0, ke-1, ke-4 dan ke-7. Analisis data dilakukan dengan uji T berpasangan untuk melihat

perbandingan penurunan indeks plak sebelum dan sesudah berkumur, sedangkan uji T tidak

berpasangan digunakan untuk melihat perbandingan selisih penurunan indeks plak antara

kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan kelompok perlakuan terjadi

penurunan skor indeks plak yang bermakna (p < 0,05) pada hari ke-1, ke-4 dan ke-7.

Kesimpulannya, susu Probiotik mempunyai pengaruh terhadap penurunan akumulasi plak selama

7 hari. Namun, penelitian selanjutnya diharapkan dapat diteliti efek jangka panjang dari

berkumur-kumur susu Probiotik sehingga dapat dikembangkan untuk digunakan sebagai

Dokumen terkait