• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Pengujian atas distribusi frekuensi (frequency of loss distribution) dengan menggunakan Chi-Square Goodness of Fit Test menunjukkan bahwa kejadian pemberhentian pegawai sebelum masa ikatan dinasnya berakhir pada Instansi XYZ mengikuti distribusi Poisson baik pada confidence level 95% maupun pada confidence level 99%. Nilai Chi-Square test yang diperoleh yaitu 0,672943 lebih kecil dibandingkan nilai critical value Chi-Square pada confidence level 95% yaitu 11,070498 dan juga pada confidence level 99% yaitu 15,086272 menunjukkan tingkat yang sangat signifikan sehingga hipotesis Ho bahwa distribusi frekuensi mengikuti distribusi Poisson tidak ditolak. Parameter lamda (λ) pada distribusi frekuensi sebesar 3,0277778 akan digunakan untuk menghitung probabilita frekuensi kejadian dalam pengukuran Operational Value at Risk (OpVaR) selanjutnya.

2. Pengujian atas distribusi severitas kerugian pemberhentian pegawai sebelum masa ikatan dinasnya berakhir pada Instansi XYZ (severity of loss distribution) dengan menggunakan Chi-Square Goodness of Fit Test menunjukkan bahwa kerugian pemberhentian pegawai sebelum masa ikatan dinasnya berakhir pada Instansi XYZ mengikuti distribusi Lognormal baikpada confidence level 95% maupun pada confidence level 99%. Dari distribusi severitas kerugian yang diuji yaitu distribusi lognormal, dan distribusi exponential, distribusi lognormal menunjukkan nilai yang signifikan dengan nilai Chi-Square test sebesar 0,745176 yang lebih kecil daripada critical value Chi-Square pada confidence level 95% sebesar 3,841459 maupun pada confidence level 99% sebesar 6,634897 sehingga hipotesis Ho bahwa distribusi severitas mengikuti distribusi lognormal tidak ditolak. Sedangkan dalam pengujian dengan distribusi exponential, didapatkan nilai Square test sebesar 10,3971 yang lebih besar daripada critical value Chi-Square pada confidence level 95% sebesar 5,99146 maupun pada confidence

level 99% sebesar 9,210340 sehingga hipotesis Ho bahwa distribusi severitas mengikuti distribusi exponential ditolak.

Parameter distribusi lognormal yang diperoleh yaitu location (μ) sebesar 16,179079 dan scale (σ) sebesar 1,068576 akan digunakan dalam perhitungan kelas data probabilita severtas untuk pengukuran Operational Value at Risk (OpVaR) selanjutnya.

3. Pengukuran OpVaR dengan Loss Distribution Approach – Actuarial Model dengan parameter yang didapat, menghasilkan nilai OpVaR untuk periode Januari 2001 sebesar Rp 220.683.463,00 pada confidence level 95% dan sebesar Rp 348.157.546,00 pada confidence level 99%.

4. Nilai Loglikelihood Ratio (LR) yang diperoleh dalam pengujian validitas model dengan Kupiec Test adalah sebesar 0,185531 untuk confidence level 95% dan 1,925156 untuk confidence level 99%. Nilai Loglikelihood (LR) pada confidence level 95% sebesar 0,185531 tersebut lebih kecil daripada nilai critical value Chi-Square-nya yaitu sebesar 3,841459. Begitu pula nilai Loglikelihood (LR) pada confidence level 99% sebesar 1,925156 juga lebih kecil daripada nilai critical value Chi-Square-nya yaitu sebesar 6,634897. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Loss Distribution Approach – Actuarial Model valid untuk menghitung risiko pemberhentian pegawai sebelum masa ikatan dinasnya berakhir pada Instansi XYZ baik untuk confidence level 95% maupun untuk confidence level 99%. Berdasarkan hasil perhitungan OpVaR dengan Loss Distribution Approach – Actuarial Model dalam backtesting, diketahui bahwa OpVaR untuk periode Januari 2011 adalah sebesar Rp 72.779.586,00 untuk confidence level 95% dan sebesar Rp 121.421.688,00 untuk confidence level 99%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian seperti terangkum dalam kesimpulan hasil tesis ini, dapat diberikan saran sebagai berikut:

 Bagi Instansi XYZ, pengukuran Operational Value at Risk atas Pemberhentian Pegawai melalui Loss Distribution Approach – Actuarial Model, dengan menggunakan distribusi Poisson untuk frekuensi, serta

distribusi Lognormal untuk severitas kerugian, dapat digunakan untuk menghitung risiko pemberhentian pegawai sebelum masa ikatan dinasnya berakhir pada Instansi XYZ. Sehubungan dengan pengukuran risiko operasional dengan Loss Distribution Approach – Actuarial Model tersebut valid baik pada confidence level 95% maupun 99%, maka dapat dipilih pengukuran dengan confidence level 95% untuk menghitung nilai OpVaR karena memberikan nilai OpVaR yang lebih kecil. Untuk mengestimasi nilai OpVaR periode selanjutnya, dapat dilakukan dengan cara yang sama yaitu menggunakan data kerugian selama 36 bulan sebelumnya. Manajeman Instansi XYZ dapat melakukan pengukuran risiko kerugian pemberhentian pegawai sebelum masa ikatan dinasnya berakhir secara berkala, untuk keperluan pemetaan risiko dalam rangka penerapan manajemen risiko pada Instansi XYZ.

 Bagi pembuat kebijakan terkait permasalahan sumberdaya manusia, yaitu Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta Badan Kepegawaian Negara, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi terkait pengukuran risiko operasional secara kuantitatif dalam pembuatan kebijakan untuk menerapkan manajemen risiko pada Instansi Pemerintah lainnya. Instansi Pemerintah lainnya yang terkait dengan SDM dengan karakteristik yang sama dengan Instansi XYZ (yang SDM-nya berasal dari pegawai tugas belajar dengan ikatan dinas) dapat menerapkan pengukuran OpVaR dengan cara yang sama.

 Bagi akademisi/peneliti selanjutnya, untuk mengukur OpVaR atas risiko pemberhentian pegawai sebelum masa ikatan dinasnya berakhir pada Instansi XYZ, dapat digunakan metode lain dalam pendekatan Advanced Measurement Approach (AMA), seperti Loss Distribution Approach – Aggregation Model ataupun model lainnya seperti Bootstrapping Approach, Bayesian Approach ataupun Extreme Value Theory untuk mendapatkan model terbaik untuk mengestimasi kerugian dengan cara yang paling tepat, mudah, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini dapat pula digunakan untuk penelitian lain terkait kerugian sebagai akibat pemberhentian pegawai, seperti

penelitian mengenai beralihnya manfaat atas pegawai yang berhenti tersebut. Jika dalam hasil penelitian ini menyimpulkan adanya kerugian Negara melaui Instansi XYZ, maka secara makroekonomi sebetulnya dapat dikatakan bahwa kerugian Negara tersebut tidak terjadi. Hal ini terkait dengan pemberhentian pegawai dari Instansi XYZ, akan mengalihkan sumberdaya manusia yang bersangkutan menjadi karyawan atau bahkan berwiraswasta sendiri. Apa yang dikatakan sebagai kerugian bagi Negara dari sisi Instansi XYZ, secara makro tetap akan dapat memberikan manfaat bagi Negara melalui dunia usaha di sisi lain.