• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan merupakan inti sari yang bersumber dari hasil penelitian, dan berdasarkan kesimpulan dapat dibuat rekomendasi yang berisi saran-saran yang dapat diambil sebagai tindakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan di lokasi penelitian.

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

LUBUK PAKAM

A.Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu ada 2 (dua) Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat didalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 267/KMK.01/1989 diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak sekaligus dibentuk Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.785/KMK.01/1993 tertanggal 3 agustus 1993 Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi 4 (empat) wilayah kerja yaitu;

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai

Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi Direktorat Jendral Pajak perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun level kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan. Sebagai langkah pertama, untuk memudahkan wajib pajak , ketiga jenis kantor pajak yang ada yaitu, Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak(Karipka) dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama).

Adapun Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utarat I (Kanwil Sumut I) akan mengoperasikan delapan unit kantor pelayanan modern yang dijuluki Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Ke delapan KPP Pratama dimaksud yakni enam unit KPP konvensional yang ada saat ini dimodernisasi dan ditambah dua KPP baru. Keenam KPP konvensional yang dijadikan KPP Pratama yakni:

1. KPP Pratama Medan Belawan

2. KPP Pratama Medan Barat

3. KPP Pratama Medan Polonia

4. KPP Pratama Medan Kota

6. KPP Pratama Binjai

Dua KPP baru yang dibentuk adalah:

1. KPP Pratama Medan Petisah

2. KPP Pratama Lubuk Pakam

KPP Pratama Lubuk Pakam sebelumnya adalah Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Lubuk Pakam yang berada dibawah organisasi Kanwil Sumut II. Sejak dileburnya ketiga jenis Kantor Pelayanan Pajak menjadi satu, maka Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Lubuk Pakam berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dan berada dibawah organisasi Kanwil Sumut I.

Sesuai dengan Keputusan DJP Nomor KEP-95/PJ/2008/ Tentang Saat Mulai Operasi (SMO) Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I, maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ditetapkan mulai beroperasi tanggal 27 Mei 2008.

Visi dari KPP Pratama Lubuk Pakam adalah menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.

Visi tersebut menjadi cita-cita daripada KPP Pratama Lubuk Pakam untuk menjadi Public Service yang berstandar internasional baik dari sisi kualitas aparat

maupun manajemennya sehingga menjadi ekstensi dan kinerjanya mampu memenuhi harapan masyarakat sebagai institusi yang memiliki citra baik dan bersih.

Misi dari KPP Pratama Lubuk Pakam adalah menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan UU Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan anggaran pendapatan dan belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.

1. Letak Geografis kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Penentuan lokasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama) merupakan salah satu faktor terpenting dalam memberikan kemudahan pelayanan kepada Wajib Pajak. Kantor Pelayananan Pajak Pratama Lubuk Pakam terletak di Jl.P.Diponegoro No. 42-44. Kantor pemerintah ini disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, kedekatan dengan Kantor Pemerintah lainnya, seperti Kantor Polisi Deli Serdang dan Kantor Bank, ini juga memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap Wajib Pajak dalam membayar Pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dikepalai oleh seorang kepala Kantor yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang Kepala seksi. Agar dapat lebih jelas dan trasparan tentang keadaan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, maka penulis akan menggambarkan kedudukan, tugas, fungsi dan struktur organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam.

2. Wilayah-wilayah Kerja KPP Pratama Lubuk Pakam: Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah:

1. Sunggal 12. Kutalimbaru

2. Labuhan Deli 13. Namorambe

3. Pancur Batu 14. Batangkuis

4. Deli tua 15. Tanjung Morawa

5. Beringin 16. Pagar Merbau

6. Lubuk Pakam 17. Hamparan Perak

7. Gunung Meriah 18. Patumbak

8. Percut Sei Tuan 19. Sibolangit

9. STM Hulu 20. Sibiru-biru

10. Galang 21. Pantai Labu

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam

Struktur Organisasi adalah suatu bagian yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas,fungsi dan wewenang serta tanggungjawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan untuk membinakeharmonisan kerja agar pekerjaan dapat pilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara maksimal.

KPP Pratama Lubuk Pakam adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor.KPP Lubuk Pakam terdiri dengan sembilan (8) seksi. Masing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi.

Struktur Organisasi yang ada di KPP Lubuk Pakam dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Kepala Kantor

2. Sub. Bagian Umum

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

4. Seksi Pelayanan

5. Seksi Penagihan

7. Seksi Ekstensifikasi

8. Seksi Pengawasan dan konsultasi (Waskon I,II,III)

9. Kelompok jabatan fungsional

C. Tugas dan Fungsi KPP Lubuk Pakam

Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana KPP PratamaLubuk Pakam mempunyai tugas pokok melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak tidak langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan, serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun sejak tahun 2012 KPP Pratama Lubuk Pakam sudah tidak menerima Pajak Bumi dan Bangunan lagi karna sudah dialihkan ke Dinas Pendapatan Daerah.

Maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur organisasi KPP Lubuk Pakam adalah :

1. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum terdiri dari 3 bagian, yaitu :

Tugasnya adalah menyelenggarakan tugas pelayanan di bidang tata usaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan dan pengadaan, penataan berkas penyusutan arsip, tata usaha kepegawaian dan pengiriman laporan agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.

2. Keuangan

Tugasnya adalah menyusun anggaran dan administrasi keuangan untuk pembiayaan administrasi kantor dan penggajian pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam.

3. Bagian Rumah Tangga

Tugasnya adalah mengurusi segala keperluan rumah tangga dan keperluan perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Seksi Pengolahan Data dan Informasi di pimpin oleh seorang kepala seksi yang tugasnya mengkoordinir urusan pengolahan data dan penyajian informasi pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan serta ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi elektronik, pengaplikasian Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP), dan Sistem Informasi Geogarafi (SIG), serta penyiapan laporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

4. Seksi Penagihan

Seksi penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

5. Seksi Pemeriksaan

Seksi pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) I, II, III

Seksi Pengawasan dan konsultasi I, seksi pengawasan dan konsultasi II, seksi pengawasan dan konsultasi III, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib pajak, analisis kinerja Wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari Supervisor, Ketua Tim, dan Anggota Tim. KPP Pratama Lubuk Pakam mempunyai 2 kelompok Fungsional sesuai dengan bidang keahliannya. Setiap kelompok tersebut di koordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala KPP yang bersangkutan. Jumlah jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTEK

A.Penyitaan ( Menurut Undang-Undang No.19/2000)

Undang-Undang penagihan pajak pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun2000, menyebutkan “Penyitaan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh jurusita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak guna dijadikan jaminanuntuk melunasi utang pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan”.Terkadang ada yang mengaitkan penyitaan dengan pemblokiran, dimanapenyitaan adalah rangkaian dari pemblokiran,padahal pemblokiran adalahtindakan pengamanan harta kekayaan milik penanggung pajak yang tersimpanoleh bank dengan tujuan terhadap penambahan jumlah atau nilai.

Tujuan penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak danpenanggung pajak.Olehkarena itu penyitaan dapat dilaksanakan terhadap semuabarang penanggung pajak. Penyitaanmerupakan tindakan penagihan lebih lanjutsetelah surat paksa yang hanya dapat dilakukan setelah batas waktu 2x24 jamsebagaimana dimaksud dalam surat paksa. Artinya apabila penanggungpajak/wajib pajak tidak melunasi utang pajak sebagaimana tercantum dalam suratpaksa, barulahpenyitaan dapat dilaksanakan. Dalam hal penyitaan wajibpajak/penanggung pajak tidak mengakibatkan penundaan kewajibannyamembayar/melunaskan pajak terutangnya atau kurang bayar.

Penyitaan adalah salah satu sengketa yang diperbuat oleh wajib pajak ataupenanggung pajak yangtidak melaksanakan kepatuhannya sebagai warga negaraIndonesia, dimana menganut perpajakan sebagai penerimaanpendapatan kasnegara, oleh karena itu negara mempunyai hak, mempunyai kewajiban kepadawarga untuk menjamin keselamatan jiwa dan harta warganya.Walaupun wajib pajak/penanggung pajak dikenakan penyitaan terhadapbarang-barang sitaan, wajib pajak dapat melakukan pembayaran yang masih adapajak terutangnya atau upaya hokum.Karena dalam melaksanakan kewajibanperpajakan, wajib pajak sering kali merasa tidak puas atas pelaksanaan undangundangyang dilaksanakan oleh fiskus baik karena dikeluarkannya ketetapanpajak maupun karena pelaksanaan penagihan pajak berdasarkan ketentuanundang yang berlaku.Terhadap hal demikian, Undang-Undangperpajakan itu sendiri menegaskan upaya hokum yang dapat dilakukan oleh wajibpajak untuk menyelesaikan sengketa pajak yang timbul.Dalam hal ini dapatdiajukan penyelesaiannya.

Melalui Direktorat Jenderal Pajak atau BPSP ( Badan PenyelesaianSengketa Pajak). Pada prinsipnya penyitaan dalam hukum pajak tidak mengubahstatus kepemilikan atas suatu barang, bahkan barang yang telah disita ataudititipkan pada penangung pajak atau dapat disimpan ditempat lain. Pemilikbarang, pada dasarnya masih tetap dapat mempergunakan barang yang telah disitaatas barang yang telah disita tersebut, tidak dialihkan. Hukumnya kepada pihaklain yang merusak barang, ataumenghilangkan barang adalah merupakan tindakpidana sesuai pasal 231 KUHP

Pelaksanaan penyitaan atau penyanderaan barang penanggung pajakdapat dilakukan, apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya dalamjangka waktu yang telah ditetapkan, maka pejabat dapat menerbitkan suratperintah melaksanakan penyitaan. Penyitaan dilakukan berdasarkan surat perintahmelaksanakan penyitaan, jika penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknyalewat dari 2x24 jam setelah surat pajak diberitahukan. Adapun tahapanpelaksanaan penyitaan atas barang-barang penanggung pajak sebagai berikut(PPNo. 135/2000):

Pasal 4:

a. Penyitaan dilaksanakan oleh jurusita pajak dengan disaksikan oleh sekurangkurangnya 2 (dua) orang yang relah dewasa. Penduduk Indonesia, dikenaloleh jurusita pajak dan dapat dipercaya.

b. Setiap melaksanakan penyitaan, jurusita pajak membuat berita acarapelaksanaan sita,ditandatangani oleh jurusita pajak, penanggung pajak dansaksi-saksi.

c. Dalam hal ini penanggung pajak adalah badan, maka berita acara pelaksanaansita ditandatangani oleh pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang,penanggung jawab, pemilik modal, atau pegawai tetap perusahaan.

d. Walaupun penanggung pajak tidak hadir, pelaksanaan penyiitaan tetap dapatdilakukan dengansarat salah satu seorang saksi berasal dari pemerintahandaerah setempat. Berita acara pelaksanaan sitanya dapat ditandatangani oleh

e. Berita acara pelaksanaan sita tetap mempunyai kekuatan hukum mengikat,meskipun penanggung pajak menolak untuk menandatangani berita acarapelaksanaan sita tersebut.

f. Salinan berita acara sita dapat ditempelkan pada barang bergerak atau barangyang tidak bergerak yang disita berada dan atau berada ditempat-tempatumum.

g. Atas barang yang disita dapat ditempelkan atau diberi segel sita. Pengajuankeberatan tidak menunda pelaksanaan sita.

h. Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasipenagihan pajak dan hutang pajak berdasarkan putusan pengadilan atauputusan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain dengan Keputusan Menteriatau Keputusan kepala daerah.

Sedangkan yang menjadi dasar hukum pelaksanaanpenyitaan/penyanderaan terhadap barang-barang wajib pajak sebagai berikut :

Undang-Undang No.16 Tahun 2000 tentang Perubahan ke 3 atas UndangUndang No. 6 Tahun 1983.Tentang Ketentuan Umum dan T ata Cara Perpajakan.

Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-UndangNo.19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

1. Peraturan pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara PenyitaanDalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 137 Tahun 2000 tentang Tempat Dan TataCara Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak Dan PemberianGanti Rugi Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.

3. Keputusan Menteri Keuangan Republi Indonesia Nomor562/KMK.04/2000 Tentang Syarat-Syarat, Tata Cara Pengangkatan DanPemberhentian Juru Sita Pajak

4. Keputusan Menteri Keuangan Republi Indonesia Nomor561/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan SeketikaSekaligus Dan Pelaksanaan Surat Paksa.

B. BARANG-BARANG YANG TERMASUK PENYITAAN DAN PENGECUALIANNYA

a. Barang-barang penanggung pajak yang dapat disita

Penyitaan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor.19 Tahun 1997 pasal 14ayat 1,2 dan 3, sebagai berikut: Penyitaan dapat dilakukan terhadap milik penanggungpajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau ditempatlain, termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang dibebanidengan hak penanggung pajak jaminan pelunasan utang tertentu berupa : 1.Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai dan depositoberjangka, tabungan, saldo, rekening Koran, giro atau bentuk lainnyayang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham atau surat berhargalainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lainnya.

2. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal, penyitaansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sampai dengan nilaibarang yang disita diperkirakan cukup melunasi utang pajak dan biayapenagihan.

b. Barang bergerak yang dapat disita

Perincian mengenai barang bergerak yang dapat disita adalah sebagai berikut : 1.Semua barang bergerak yang ada dirumah penanggung pajak seperti:

a.Perkakas rumah tangga (lemari,meja,kursi dan sebagainya) b.Barang-barang mewah(tv,lemari es,tape recorder,kompor gas dan sebagainya)

c.Barang-barang perhiasan(kalung,cincin,gelang dari emas,berlian dan batu permata lainnya)

d.Uang tunai(surat-surat berharga)

e.Kendaraan(mobil,sepeda motor,sepeda dan sebagainya) f. Lain-lainnya(jam dinding,lukisan,radio dan sebagainya) 3.Barang-barang yang dikecualikan dari penyitaan:

 Barang-barang yang dikecualikan menurut ketentuan pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor.19 tahun 2000, adalah sebagai berikut :

a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang dilakukan olehpenanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungan.

b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan besertaperalatan memasak yang berada dirumah.

c. Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas.

d. Buku-buku yang berhubungan dengan jabatan atau pekerjaan penanggungpajak dan alat-alat yang digunakan untuk pendidikan,kebudayaan

e. Peralatan dalam keadaan jalan yang memiliki kegunaan untukmelaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlahseluruhnya tidak melebihi Rp 20.000.000(Sepuluh juta rupiah).

f. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dankeluarga.

C. TUGAS DAN FUNGSI JURU SITA PAJAK

Pelaksanaan penyitaan dan penyanderaa terhadap baran-barang wajibpajak/penanggung pajak untuk melunasi utang pajak hanya dapat dilakukan olehjurusita pajak. Pejabat yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak RepublikIndonesia Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, menyebutkan bahwaJurusita Pajak adalah Pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihanpajak seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyanderaan.

Adapun tugas Jurusita Pajak sebagaimana tercantum dalam Undang-UndangNomor 19 Tahun 2000,adalah :

“Pasal 5, Jurusita bertugas :

1. Melaksanakan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus 2. Memberitahukan surat paksa

3. Melaksanakan penyitaan atas barang-barang penanggung pajak berdasarkansurat perintahmelaksanakan penyitaan, dan

4. Melaksanakan penyanderaa berdasarkan surat perintah penyanderaan”.

Petugas pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartutanda pengenalJurusitaPajak dan Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dan

harusdiperlihatkan kepada Penanggung Pajak, Jurusita Pajak dapat meminta bantuankepada kepolisian unuk barang bergerak yangkepemilikannya terdaftar. BadanPertahanan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar. PemerintahDaerah dan Pengadilan setempat, untuk tanah yang kepemilikannya belum tardaftar,Direktorat Jenderal Pajak Perhubungan Laut ntuk Kapal, Bank atau pihak lain.

Dalam melaksanakan penyitaan, jurusita pajak berwenang memasuki danmemeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untukmenemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau ditempat tinggalpenanggung pajak, atau ditempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan objeksita, Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya diwilayah kerja pejabat yangmengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri dan KeputusanKepala Daerah.

D. PROSEDUR PENYITAAN OLEH JURU SITA PAJAK

Sebelum melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak diharuskan telah memenuhikriteri atau syarat-syarat yang dipenuhi untuk menjadi Jurusita (sebagaimana tertuangdalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor.562/KMK.04/2000.

1. Berijazah serendah-rendanya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat dengan itu ;

3. Berbadan sehat ;

4. Lulus pendidikan dan latihan Jurusita Pajak ; 5. Jujur, bertanggung jawab dab penuh pengabdian.

Sebelum mendapatkan jabatannya, Jurusita Pajak diambil sumpah atau janjimenurut agama dan kepercayaannya oleh pejabat yang berbunyi sebagai berikut ;“Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk memangkujabatan saya ini,langsung atau tidaklangsung,dengan menggunakan nama atau caraapapun juga,tidak memberikan atau menjanjikanbarang sesuatu kepada siapapunjuga”.

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukansesuatu dalam jabatan saya ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidaklangsung dari siapapun juga sesuatu janji atau pemberian”

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia dan akan mempertahankan sertamengamalkan pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, Undang-undang Dasar1945, dan segala Undang-undang serta peraturan lain yang berlaku bagi negaraRepublik Indonesia”

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan sayaini dengan jujur, seksama dan dengan tidak membeda-bedakan orang dalammelaksanakan kewajiban saya dan akan berlaku sebaik-baiknya dan seadil-adilnyaseperti layaknya bagi seorang Jurusita Pajak yang berbudi baik dan jujur,menegakkan hukum dan keadilan.”

Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartutanda pengenal jurusita pajak dan memperlihatkan kepada penanggung pajak. JurusitaPajak dapat meminta bantuan kepada polisi, kejaksaan, departemen yang membidangihukum danperundang-undangan, pemerintah daerah setempat, badan pertahanannasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihaklain.

Dalam melakukan penyitaan jurusita Pajak berwenang memasuki danmemeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari,laci dan tempat lain untukmenemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau tempat tinggalpenanggung pajak atau ditempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan objeksita pajak. Jurusita pajak dalam menjalankan tugasnya diwilayah kerja pejabat yangmengangkatnya kecuali ditetapkan lain dengan keputusan Menteri atau keputusaKepala Daerah.

Sewaktu-waktu jurusita pajak dapat diberhentikan sesuai dengan kapasitasdirinya apabila:

a.Meninggal dunia b.Pensiun

c. Karena alih tugas atau keperluan dinas lainnya d.Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugasnya e.Melakukan perbuatan tercela

Dalam pelaksanaan penyitan terhadap barang-barang yang akan disita, adabeberapa hal yang harus diperhatikan oleh jurusita pajak seperti halnya penyitaanterhadap perhiasan emas permata dan sejenisnya yang dilakukan sebagai berikut:membuat rincian tentang jenis, jumlah dan harga perhiasan yang disita dalam suratdan daftar yang merupakan acara pelaksanaan sita yang sebelumnya telah membuatberita acara pelaksanaan sita.

E. PELAKSANAAN PENYITAAN TERHADAP BARANG-BARANG SITAAN Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing dapat dilaksanakandengan menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat rinciannyadalam suatu daftar yang merupakan laporan berita acara pelaksanaan sita danmenyimpan uang tunai yang disita dalam tempat penyimpan yang selanjutnyaditempati dengan segel sita dan kemudian kepada penanggung pajak ataumenitipkannya kepada bank.

Dokumen terkait