• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan ini merupakan inti sari yang bersumber dari hasil penelitian, dan berdasarkan kesimpulan dapat dibuat rekomendasi yang berisi saran-saran yang dapat diambil sebagi tindaakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan di lokasi penelitian.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Pada Tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Infeksi Pajak. Pada saat itu masih ada dua kantor inpeksi pajak yaitu Kantor Pajak Medan Selatan dan Kantor Infeksi Pajak Medan Utara.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 276/KMK/01/1989 Tanggal 25 Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jendaral Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya Menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak April 1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara.

Kemudian untuk menetapkan pelayanan yang akan di berikan pemerintah kepada masyarakat umum, khususnya kepada Wajib Pajak pada Tanggal 29 Maret 1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK/1994 terhitung mulai Tanggal 1 April 1994 Kantor Pelayanan Pajak di Medaan dirubah menjadi 4 kantor yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, ]l Asrama Nomor 7 Medan. 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, JI Diponegoro Nomor 30 Medan. 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara,Jl, Sukamulia Nomor 17A Medan.

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, Jl Binjai Nomor 7.

Kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK/01/2001 Tanggal 23 Juli 2001 Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak Polonia yang mulai berlaku sejak Tanggal 25 Januari 2002.

Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat Meliputi:

1. Kecamatan Medan Barat 2. Kecamatan Medan Helvetia 3. Kecamatan Medan Sunggal 4. Kecamatan Medan Petisah

Melalui pengumuman Kanwil DJP Sumatera Utara 1, PENG-04/WPJ.01/2008 tangagal 26 Mei 2008, KPP Medan Barat dipecah menjadi KPP Pratama Medan Petisah dan KPP Pratama Medan Barat yang mulai berlaku sejak 27 Mei 2008. Wilayah kerja KPP Pratama Medan Barat adalah Kecamatan Medan Barat yang meliputi 6 kelurahan yaitu Kelurahan Kesawan, Kelurahan Silasas, Kelurahan Sei Agul, Kelurahan Karang Berombak, Kelurahan Gelugur Kota, dan Kelurahan Pulo Berayan Kota.

Adapun Visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah menjadi pelayan masyarakat yang profesional dengan kinerja yang baik dan dapat dipercayai untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajal Sumatera Bagian Utara.

Misi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah meningkatkan penerimaan negara melalui PPh, PPN, PPnBM, dan PTLL serta peningkatan kecepatan dan mutu pelayanan perpajakan senantiasa memperbaharui diri sesuai dengan perkembangan aspirasi masyarakat dan tertib administrasi.

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat

Struktur organisasi adalah suatu bagan yang mengambarkan sistematis mengenai tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah di tentukan sebelumnya. Tujuannya yaitu untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal.

KPP Pratama Medan Barat menerapkan sutruktur organisasi lini dan staf KPP Pratama Medan Barat dipimpin oleh seorang kepala kantor yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepela Kantor Wilayah Dirktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I.

KPP Prtama Medan Barat diri dari 1 (satu) Sub bagian dan 9 (sembilan) seksi yang masing-masing seksi dipimpin Kepala seksi dan Pelaksana. Khusus untuk seksi Pengawasan dan Konsultasi, selain Kepala Seksi dan Pelaksana, seksi ini juga memiliki Account Representative atau yang biasa disingkat dengan sebutan AR.

Struktur organisasi di KPP Pratama Medan Barat dapat dagambarkan sebagai berikut:

1. Kepala Kantor 2. Sub Bagian Umum 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Pengolahan data dan Informasi (PDI) 5. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi (WASKON) 6. Seksi Penagihan

7. Seksi Ekstensifikasi 8. Seksi pemeriksaan

9. Kelompok Jabatan Fungsional

C. Bidang Kerja dan Fungsi Organisasi Instansi

Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan operasional perpajakan di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak tidak Langsung Lainnya (PTLL) Pajak Bumi dan/atau Bangunan (PBB) dalam daerah wewenangnya, berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetepkan oleh Direktorat Jendral Pajak.

Beberapa tugas dan fungsi organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat:

1. Pengumpulan dan pengolahan data, pengalihan potensi pajak serta ekstensifikasi Wajib Pajak.

2. Penatausahaan dan Pengecekan data Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan serta berkas Wajib Pajak.

3. Penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa serta pemantauan atas data yang sudah direkam di Seksi PDI.

4. Penatausahaan penerimaan, penagihan, dan penatausahaan penyelesaiaan Keberatan serta restitusi PPh, PPN, PPnBM, dan PTLL.

5. Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan.

6. Pengurusan penerbitan Surat Ketapan Pajak (SKP). 7. Penyuluhan dan pelayanan perpajakan.

8. Pengurusan tata usaha dan rumah tangga KPP.

Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan Menteri Keuangan PENG-04/WPJ.01/2008 Tanggal 26 Mei 2008 yang dimulai berlaku sejak 27 Mei 2008 maka pembagian tugas wewenang masing-masing seksi dalam Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat.

1. Kepala Kantor

KPP Pratama Medan Barat merupakan penggabungan dari KPP,KPPBB, dan Karikpa maka Kepala KPP Pratamaa mempunyai tugas mengkoordinasi pelaksanana penyuluhan, pelayanana, pengawasan wajib pajaka di bidang PPH, PPN, PPnBM, PTLL, dan PBB serta BPHTB dalam wilayh wewenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasi tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha kepegawaiaan, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.

Uraian pekerjaan yang ada dalam Sub bagian Umum Ini adalah sebagai berikut:

a. Tata usaha dan kepegawaiaan b. Koordinator keuangan

c. Koordinator rumah tangga 3. Seksi Pelayanan

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Pengolahan Data Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasi pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha, penerimaan perpajakan, pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan PBHTB, pelayanan dukungan teknis

komputer, pemantauan aplikasi e- SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.

Tugas dan Fungsinya:

a. Melakukan Urusan Pengolahan data dan penyajian informasi dan pembuatan Monografi Pajak.

b. Melakukan Pengalian Potensi Pajak.

c. Melakukan Pemberian dukungan teknis komputer. 5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBHTB, dan Pajak Lainnya), bimbingan /himbauan kepada Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (teoritorial) tertentu.

6. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan piutang pajak sesuai ketentuan yang berlak

Tugas dan Fungsinya:

a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penagihan, penundaan dan angsuran piutang pajak.

b. Melakukan penerbitan surat tagihan, surat perintah melakukan penyitaan. c. Melakukan penyitaan, usulan lelang dan penagihan lainnya.

7. Pemeriksaan

Membatu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan perencaanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

8. Seksi Ekstensifikasi

Membatu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan obyek dan subyek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat fungsi terdiri dari atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama Medan Barat dalam melaksanakan pekerjaanya, Pejabat Fungsional pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai Berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi

D. Bagan Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat

Struktur organisasi yang dipakai oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah struktur organisasi lini dan staff, yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat yaitu sebagai berikut :

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK

A. PENGERTIAN PENYITAAN (MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 19/2000)

Undang-Undang penagihan pajak pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan surat Paksa, menyebutkan “Penyitaan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh juru sita. Pajak untuk menguasai barang penanggung pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasiutang pajak menurut pereturan perUndang-undangan.” Terkadang ada yang mengkaitkan penyitaan dengan pemblokiran adalah tindakan pengemen harta kekayaan milik penanggung pajak yang tersimpan oleh Bank dengan tujuan terhadappenambahan jumlah atau nilai.

Tujuan penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dan penanggung pajak. Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap semua barang penenggung pajak. Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebih lanjut setelah surat paksa yang hanya dapat dilakukan setelah batas waktu 2x24 jam sebagaimana dimaksud dalam surat paksa. Artinya apabila penanggung pajak/WP tetap tidak melunasi utang pajak sebagaimana tercantum dalam surat paksa, barulah penyitaan dapat dilaksanakan. Dalam hal penyitaan WP/penanggung pajak tidak dapat penanggung pajak tidak mengakibatkan penundaan kewajibannya membayar/melunasi pajak terutangnya atau kurang bayar.

Penyitaan adalah salah satu sengketa yang diperbuat oleh WP/penanggung pajak yang tidak melaksanakan keputusannya sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), dimana menganut perpajakan sebagai penerimaan pendapatan kas Negara, oleh karena itu Negara mempunyai hak, mempunyai kewajiban kepada warga untuk menjamin keselamatan jiwa dan harta warganya.

Walaupun WP/penanggung pajak dikenakan penyitaan terhadap barang-barang sitaan, Wp dapat melakukan pembayaran yang masih ada pajak yang terutang atau upaya hukum. Karena dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, WP sering kali merasa puas atas pelaksanaan Undang-Undang yang berlaku. Terhadap hal demikian, Undang-Undang perpajakan itu sendiri menegaskan upaya hokum yang dapat dilakukan oleh WP untuk menyelesaiakan sengketa pajak yang timbul.

Dalam hal ini dapat diajukan penyelesaiannya. Melalui Direktorat Jendral Pajak atau Pengadilan Pajak. Pada prinsipnya penyitaan dalam hukum pajak tidak mengubah status kepimilikan atas suatu barang, bahkan barang yang telah disita atau dititipkan pada penanggung pajak atau dapat disimpan ditempat lain. Pemilik barang, pada dasarnya masih tetep dapat mempergunakan barang yang telah disita atas barang yang telah disita tersebut tidak dialihkan. Hukumnya kepada pihak lain yang merusak barang atau menghilangan barang adalah merupakan tindakan pidana sesuai pasal 31 KUH Pidana.

Pelaksanaan penyitaan atau penyanderaan barang penanggung pajak dapat dilakukan, apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya dalam jangka waktu yang telah ditetepkan, maka pejabat dapat menenbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP). Penyitaan dilakukan berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, jika penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya lewat dari 2x24 jam setelah surat pajak diberitahukan. Adapun tahapan pelaksanaan penyitaan atas barang-barang penanggung pajak sebagai berikut (PP Nomor 135/2000,RIPKA, Kanwil Sumbagut Medan).

Pasal 4 :

1. Penyitaan dilakukan oleh juru sita pajak dengan disasksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewa. Penduduk Indonesia, dikenal oleh juru sita pajak dan dapat dipercaya.

2. Setiap melaksanakan penyitaan, juru sita pajak membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita, ditandatangani oleh juru sita, pengguna pajak dak saksi-saksi.

3. Dalam hal ini penanggung pajak adalah Badan, maka Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh pengurus, Kepala Perwakilan, Kepala cabang penanggung jawab, pemilik modal, atau pegawai tetep perusahaan.

4. Walaupun penanggung pajak tidak hadir, pelaksanaan penyitaan tetap dapat dilakukan dengan syarat, salah satu seorang saksi berasal dari

pemerintahan daerah setempat. Berita Acara Pelaksanaan Sitanya dapat ditandatangi oleh juru sita pajak dan saksi-saksi.

5. Berita Acara Pelaksanaan Sita tetep mempunyai kekuatan hukum meningkat, meskipun penanggung pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut.

6. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang bergerak atau barang yang tidak bergerak yang disita berada dan atau ditempat-tempat umum.

7. Atas barang yang disita dapat ditempelkan atau diberi segel sita. Pengajuan keberetan tidak menunnda pelaksanaan sita.

8. Pencabutan sita dilakukan apabila penanggung pajak telah melunasi penagihan pajak atau utang pajak berdasarkan putusan pengadilan atau putusan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri atau Keputusan Kepala Daerah.

Sedangkan yang menjadi dasar hukum pelaksanaan penyitaan/penyenderaan terhadap barabg-barang WP sebagai berikut:

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Perubahan ke tiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983. Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP).

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa:

1. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penagihan dalam Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

2. PP Nomor 137 Tahun 2000 tentang Tempat dan Tata Cara Penyanderaan, Rehabilitas Nama baik Penanggung Pajak dan Pemberian Ganti Rugi dalam Rangka Penagihan dengan Surat Paksa.

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK 04/2000 tentang Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada Bank dalam Rangka Penagihan Pajak dengam Surat Paksa.

4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 362/KMK 04/2000 tentan surat-surat, tata cara penganggkatan dan pemberhentian juru sita pajak Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561/KMK 04/2000 tentang Tata Cara Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Surat Paksa.

B. BARANG-BARANG YANG TERMASUK PENYITAAN DAN PENGECUALIANNYA

a. Barang Penanggung Pajak yang Dapat Disita

1. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro atau bentuk lainnya, yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lainnya.

2. Barang tidak bergerak, termasuk tanah, bangunan dan kapal, Penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup melunasi utang pajak dan biaya penagihan. b. Barang Bergerak yang Dapat Disata

Semua barang bergerak yang ada dirumah penanggung pajak seperti : 1. Perkakas RT (lemari, meja, kursi, dan sebagainya)

2. Barang-barang mewah (tv, lemari es, tape recorder, kompor gas dan sebagainya)

3. Barang-barang perhiasan (kalung, cincin, gelang, dari emas, berlian dan batu permata lainnya)

4. Uang tunai (surat-surat berharga)

5. Kendaraan (mobil, sepeda motor dan sebagainya) 6. Lain-lainya (jam dingding, lukisan dan sebagainya)

Barang-barang yang dikecualikan dari penyitaan, menurut Ketentuan Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, adalah sebagai berikut :

1. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapan yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungan.

2. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada dirumah.

3. Perlengkapan penanggung pajak bersifat dinas yang diperoleh dari negara. 4. Buku-buku yang berhubungan dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung

Pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmuan.

5. Peralatan dalam keadaan jalan yang memiliki kegunaan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak melebihi dari Rp 20.000.000,- (Dua puluh juta rupiah)

6. Peralatan penyanderaan cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.

C. TUGAS DAN FUNGSI JURU SITA PAJAK

Pelaksanaan penyitaan dan penyanderaan terhadap barang-barang WP/Penanggung Pajak untuki melunasi utang pajak hanya dapat dilakukan oleh juru sita pajak. Pejabat yang ditunjuk oleh DJP Republik Indonesia (RI) dalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, menyebutkan bahwa Juru Sita Pajak adalah pelaksanaan tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyanderaan.

Adapun tugas Juru Sita Pajak sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 adalah :

Pasal 5, Juru Sita bertugas :

1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus. 2. Memberitahukan Surat Paksa.

3. Melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.

4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan. Petugas pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartu tanda pengenal Juru Sita Pajak dan Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita harus dipelihatkan kepada Penanggung Pajak, Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan kepada kepolisian untuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar. Pemerintah Daerah dan Pengadilan Negeri setempat untuk tanah yang kepemilikannya belum terdaftar, DJP Perhubungan Laut untuk Kapal, Bank tau pihak lain.

Dalam melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak berwewenang memasuki dan memeriks semua ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau ditempat tinggal penanggung pajak, atau ditempat lain yang sebagai tempat penyimpanan objek sita, Sita Pajak dalam menjalankan tugasnya diwilayah kerja pejabat yang mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri Keuangan Kepala Daerah.

D. PROSEDUR PENYITAAN OLEH JURU SITA PAJAK

Sebelum melaksanakan penyitaan Juru Sita Pajak, diharuskan telah memenuhi Kriteria atau syarat-syarat yang dipenuhi untuk menjadi Juru Sita (sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan RI No. 562/KMK 04/2000, tertanggal 26 Desember 2000).

1. Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat dengan itu.

2. Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda/Golongan II/a. 3. Berbadan sehat.

4. Lulus pendidikan dan latihan Jurusita Pajak, dan 5. Jujur, bertanggung jawab dan penuh pengabdian.

Sebelum memangku jabatannya, Juru Sita Pajak diambil sumpah atau janji menurut agama atau kepercayaan oleh Pejabat untuk yang berbunyi sebagai berikut :

“Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk memangku jabatansaya ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapa pun juga.’

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan saya ini, tiada sekali-kali akan menerima langsung atu tidak langsung dari siapa pun juga sesuatu janjiatau pemberian.’Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia kepada daakan mempertahankan serta mengamalkan Pancasila sebagai dasar dan Ideologi Negara, Undang-Undang dasar 1945, dan segala undang-undang serta peraturan lain yang berlaku negara Republik Indonesia.”

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan saya ini dengan jujur, saksama dan dengan tidak membeda-bedakan orang dalam melaksanakan kewajiban saya dan akan berlaku sebaik-baiknya dan seadil-adilnya seperti layaknya bagi seorang Jurusita Pajak yang berbudi baik dan jujur, menegakkan hukum dan keadilan.”

Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tuganya harus dilengkapi dengan kartu tanda pengenal Juru Sita Pajak dan harus diperhatikan pada penanggung pajak. Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan kepada polisi, kejaksaan ,depertemen yang membidangi hukum dan perUndang-undangan, Pemerintah Daerah setempat, Badan Pertahanan Nasional, Direktorat Jenderal Pajak Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak lain.

Dalam melakukan penyitaan Juru Sita Pajak berwewenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk lemari, laci, dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau tempat tinggal penanggung pajak atau tempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan sebagai objek sita pajak. Juru Sita Pajak dalam menjalankan tugasnya di wilayah kerja pejabat yang mengangkatnya kecuali ditetapkan lain denganKeputusan Menteri atau Keputusan Kepala Daerah.

Sewaktu-waktu Juru Sita Pajak dapat diberhentikan sesuai dengan kapasitas dirinya apabila :

1. Meninggal dunia. 2. Pensiun.

3. Karena alih tugas atau keperluan dinas lainnya. 4. Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugasnya. 5. Melakukan perbuatan tercela.

6. Melanggar sumpah atau janji Juru Sita Pajak. 7. Sakit jasmani atau rohani terus menerus.

Dalam melaksanakan penyitaan terhadap barang-barang yang akan disita, ada beberapa hal yang diperhatikan oleh Juru Sita Pajak seperti halnya penyitaan terhadap perhiasan emas permata dan sejenisnya yang dilakukan sebagai berikut: Membuat rincian tentang jenis, jumlah dan harga perhiasan yang disita dalam surat dan daftar

yang merupakan Berita Acara Pelaksana Sita yang sebelumnya telah membuat Berita Acara Pelaksana Sita.

E. PELAKSANAAN PENYITAAN TERHADAP BARANG-BARANG

SITAAN

Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing dapat dilakukan dengan menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat rinciannya dalam suatu daftar yang merupakan laporan Berita Acara Pelaksanaan Sita dan menyimpan uang tunai yang telah disita dalam tempat penyimpanan yang selanjutnya ditempeli dengan segel sita dan kemudian menitipkannya kepaa penanggung pajak atau menitipkannya kepada Bank.

Lain hal penyitaan terhadap kekayaan penanggung pajak yang disimpan di Bank berupa deposito jangka panjang, tabungan saldo rekening Koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilaksanakan, dengan cara pejabat menunjukkan permintaan pemblokiran kepada Bank disertai dengan penyimpanan salinan surat paksa dan surat penyitaan.

Perintah melaksanakan penyitaan, Bank wajib memblokir seketika, setelah menerima pemblokiran dari pejabat dan membuat berita acara pemblokiran serta menyampaikan salinan kepada pejabat Juru Sita Pajak setelah menerima Berita Acara pemblokiran dari Bank, memerintah penanggung pajak untuk memerintahkan Bank agar memberitahukan saldo kekayaan yang tersimpan pada Bank tersebut kepada Juru

Sita Pajak. Dalam hal penanggung pajak tidak memberikan kuasa kepada

Dokumen terkait