• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab penutup ini berisi kesimpulan penulis yang diperoleh berdasarkan pengujian sistem dan pengambilan data selama penelitian berlangsung. Selain itu, penutup juga berisikan tentang saran-saran dari penulis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam pengembangan lebih lanjut dari penelitian ini.

BAB 2

DASAR TEORI

2.1 AVR ATMEGA 32[5]

ATmega 32 tergolong mikrokontroler jenis AVR yang memiliki arsitektur RICS (Reduced Instruction Set Computing) 8 bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16 bit dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 siklus clock, berbeda dengan instruksi MCS51 yang membutuhkan 12 siklus clock. Tentu saja, hal itu terjadi karena kedua jenis mikrokontroler tersebut memiliki arsitektur yang berbeda. AVR berteknologi RISC, sedangkan seri MCS51 berteknologi CISC (Complex Instruction Set Computing).

Bentuk fisik dan konfigurasi pin ATmega 32 dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(a) (b)

2.1.1 Arsitektur ATmega 32

Arsitektur ATmega 32 dapat dilihat pada Gambar 2.2

Dari gambar tersebut, dapat dilihat bahwa ATmega 32 memiliki bagian-bagian sebagai berikut; saluran I/O sebanyak 32 buah (Port A, Port B, Port C, dan Port D), ADC 10 bit sebanyak 8 saluran, tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan, CPU yang terdiri dari 32 Register dan Watchdog timer dengan Internal Oscillator. Selain itu mikrokontroler ini juga memiliki SRAM sebesar 2 Kbyte, memori Flash sebesar 32 Kbyte dengan kemampuan

Read-While-Write, unit interupsi internal dan eksternal, port antarmuka SPI, EEPROM sebesar

1024 byte yang dapat diprogram saat operasi, dan port USART untuk komunikasi serial.

2.1.2 Fitur ATmega 32

Mikrokontroler ATmega 32 memiliki kapabilitas yang detail, antara lain:

Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan sampai 16 MHz. Kapabilitas memori flash 32 kb, SRAM sebesar 2 Kbyte, dan EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) sebesar 1024 byte. ADC internal dengan fidelitas 10 bit sebanyak 8 channel.

Portal komunikasi serial (USART) dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps. Enam pilihan mode sleep, yaitu; Idle, ADC Noise Reduction, Power Save,

Power Down, Standby dan Extended Standby untuk penghematan penggunaan

2.2 GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) [1]

GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit. Nama formalnya adalah NAVSTAR GPS (NAVigation Satellite Timing and Tanging

Global Positioning System). Pada dasarnya GPS terdiri dari tiga segmen utama, yaitu

segmen angkasa yang terdiri dari 24 satelit GPS, segmen sistem kontrol serta segmen pengguna yang terdiri dari para pemakai GPS. Ketiga segmen tersebut dapat digambarkan secara skematis seperti Gambar 2.3 dibawah ini.

Gambar 2.3 Tiga segmen utama pada GPS

2.2.1 Segmen Angkasa GPS

Segmen angkasa GPS terdiri dari satelit-satelit GPS serta roket-roket Delta peluncur satelit dari Cape Canaveral di Florida, Amerika Serikat.

dengan sel-sel pembangkit tenaga matahari (solar panel), yang merupakan sumber energi untuk satelit. Satelit juga mempunyai komponen internal seperti jam atom dan pembangkit sinyal. Komponen eksternal satelit adalah beberapa antena yang digunakan untuk menerima dan memancarkan sinyal-sinyal dari dan ke satelit GPS.

Konstelasi standar dari satelit GPS terdiri dari 24 satelit yang menempati enam bidang orbit yang bentuknya hampir seperti lingkaran, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Konfigurasi orbit satelit GPS

Keenam orbit satelit GPS mempunyai spasi sudut yang sama antar sesamanya. Meskipun begitu setiap orbit ditempati oleh 4 satelit dengan interval antaranya yang tidak sama, seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.4 diatas.

2.2.2 Segmen Sistem Kontrol GPS

Segmen sistem kontrol berfungsi mengontrol dan memantau operasional satelit dan memastikan bahwa satelit berfungsi sebagaimana mestinya. Secara lebih spesifik tugas utama dari segmen sistem kontrol GPS adalah:

Secara kontinyu memantau dan mengontrol sistem satelit, Menentukan dan menjaga waktu GPS,

Memprediksi ephemeris satelit serta karakteristik jam satelit,

Secara periodik meremajakan (update) navigation message dari setiap satelit, Melakukan manuver satelit agar tetap berada dalam orbitnya, atau melakukan relokasi untuk menggantikan satelit yang tidak sehat.

Segmen sistem kontrol terdiri dari lima stasiun pengontrol dan monitor, yaitu di Hawaii, Ascension Island, Diego Garcia, Kwajalein, dan Colorado Springs.

2.2.3 Segmen Pengguna GPS

Segmen pengguna terdiri dari para pengguna satelit GPS yang memanfaatkan receiver GPS untuk digunakan sebagai penerima dan pemroses sinyal dari satelit GPS dalam hal keperluan navigasi.

Dilihat dari fungsinya, secara umum receiver GPS dapat diklasifikasikan secara skematik seperti pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Klasifikasi pesawat penerima GPS

2.2.4 Penentuan Posisi dengan GPS

Satelit GPS secara umum memancarkan dua macam sinyal gelombang micro yaitu:

L1 dengan frekuensi 1575.42 Mhz yang membawa pesan navigasi dan sinyal kode SPS (Standard Positioning Service).

L2 dengan frekuensi 1227.60 Mhz yang digunakan untuk mengukur keterlambatan pada lapisan ionosfer dengan menggunakan penerima PPS (Precise Positioning Service).

Tiga kode binari digunakan untuk menggeser fase sinyal L1 dan L2 yang ditransmit oleh sebuah satelit GPS. Ketiga macam kode binari itu adalah sebagai berikut:

Modulasi kode C/A (Coarse Acquisition) pada fase L1. Kode C/A ini dikirim secara berulang setiap 1 Mhz PRN (Pseudo Random Noise). Kode C/A PRN ini berbeda untuk setiap satelit GPS yang merupakan identifikasi untuk satelit tersebut. Modulasi kode C/A ini yang digunakan sebagai dasar untuk penggunaan GPS pada masyarakat sipil.

Modulasi kode P (Pricise) pada kedua sinyal L1 dan L2. Kode P ini sangat panjang sampai 7 hari pada 10 Mhz PRN. Pada penggunaan Anti-Spoofing (AS), kode P ini dienkripsi kedalam kode Y untuk setiap channel penerima dan digunakan untuk keperluan pemakai tertentu saja dengan

cryptographic-key. Kode P(Y) ini menjadi dasar penggunaan pada PPS (Precise Positioning Service).

Pesan navigasi lainnya juga dimodulasikan dengan kode L1- C/A setiap 50 Mhz termasuk mengenai orbit satelit, koreksi waktu dan sistem parameter lainnya.

Dengan mengamati kode P ataupun kode C/A jarak dari pengamat ke satelit dapat ditentukan. Prinsip pengukuran jarak adalah dengan membandingkan kode yang diterima dari satelit dengan kode replika yang diformulasikan di dalam receiver, seperti yang digambarkan oleh Gambar 2.6.

Waktu yang diperlukan untuk ’mengimpitkan’ kedua kode, ”dt” adalah waktu yang diperlukan oleh kode tersebut untuk menempuh jarak dari satelit ke pengamat. Dengan mengalikan data ”dt” dengan kecepatan cahaya maka jarak antara pengamat

Pengamat

dt

Replika kode yang dibangun di dalam receiver GPS

Kode yang datang dari satelit GPS

Gambar 2.6 Prinsip penentuan jarak dengan perhitungan delay kode

Jarak yang didapatkan dari hasil perkalian kecepatan cahaya dengan delay kode masih merupakan besaran skalar, sehingga belum dapat menentukan posisi pengamat secara tepat. Hasil perhitungan jarak yang didapatkan dirubah kedalam bentuk vektor dengan cara triangulasi posisi. Triangulasi posisi hanya dapat dilakukukan oleh tiga satelit atau lebih. Masing-masing satelit memiliki medan jarak berbentuk bola terhadap pengamat, seperti yang digambarkan pada Gambar 2.7. Hasil perpotongan medan jarak dari ketiga satelit menunjukkan posisi pengamat. Penguncian sinyal satelit yang keempat membuat pesawat penerima GPS dapat menghitung posisi ketinggian titik tersebut terhadap muka laut rata-rata (Mean Sea

/Level) atau disebut 3D fix dan keadaan ini yang ideal untuk melakukan navigasi.

Ilustrasi triangulasi yang dilakukan oleh tiga satelit yang berbeda ditunjukkan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Triangulasi tiga satelit GPS

2.3 SISTEM KOORDINAT GEOGRAFIS [6]

Sistem koordinat geografis merupakan versi dari koordinat bola yang memungkinkan penentuan lokasi pada Bumi berdasarkan lintang dan bujur lebih mudah. Sistem koordinat geografis merupakan sistem koordinat geosentrik dimana menggunakan titik pusat Bumi sebagai titik acuan. Ilustrasi Komponen-komponen yang membentuk sistim koordinat geografis ditunjukkan pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Komponen pembentuk sistem koordinat geografis

2.3.1 Lintang

Lintang adalah sudut dari sebuah titik di permukaan Bumi terhadap bidang

equatorial dengan acuan titik tengah Bumi. Garis yang menghubungkan titik-titik

yang memiliki sudut yang sama terhadap Equator disebut garis lintang. Kutub utara adalah lintang 90° N, kutub selatan adalah lintang 90° S dan lintang 0° ditandai sebagai Equator. Equator adalah garis fundamental dari semua sistem koordinat geografis. Equator membagi bola Bumi menjadi dua bagian yaitu bagian utara dan bagian selatan. Ilustrasi lintang dan bujur pada Bumi digambarkan pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Lintang dan bujur pada Bumi

2.3.2 Bujur

Bujur adalah sudut timur atau barat dari garis yang menghubungkan titik tengah kedua kutub Bumi. Garis yang menghubungkan titik-titik yang memiliki sudut posisi barat atau timur yang sama disebut garis bujur (meridian). Semua garis masing-masing tidak sejajar dan berupa setengah putaran, tapi masing-masing-masing-masing mereka bertemu di kutub utara dan selatan.

Garis yang melewati Royal Observatory, Greenwich (dekat London dalam Negara Inggris) dipilih sebagai referensi titik bujur 0° yang dikenal sebagai Prime meridian. Tempat yang disebut belahan bumi bagian timur adalah disebelah timurnya, sedangkan tempat yang disebut belahan bumi bagian barat adalah bagian baratnya.

2.3.3 Ekspresi Lintang dan Bujur dalam Satuan Linier

Pada permukaan laut satu detik lintang dihitung sebesar 30,82 m, satu menit lintang dihitung sebesar 1.849 m, dan satu derajat lintang dihitung sebesar 110,9 km. Sedangkan, pada permukaan laut satu detik bujur dihitung sebesar 30,92 m, satu menit bujur dihitung sebesar 1.855 m, dan satu derajat bujur dihitung sebesar 111,3 km.

Ketentuan diatas didasarkan dari perhitungan dengan menggunakan persamaan:

( )

r ocos M 180 (2.1)

( ) ( ( )( ))

2

( ( )( ))

2 2 4 2 4 cos cos sin cos cos 180 a b b a o + + (2.2)

Persamaan (2.1) diatas digunakan untuk menghitung satu derajat lintang dan persamaan (2.2) diatas digunakan untuk menghitung satu derajat bujur. Dengan adalah sudut lintang atau bujur yang ingin ditentukan dalam satuan meter. M adalah r

jari-jari equator (dalam hal ini 6.367.449 m), sedangkan a dan b (dalam hal ini) masing-masing 6.378.137 m dan 6.356.752,3 m.

Sumbu X positif 1 satuan 45 o A a 2.4 VEKTOR[4]

Dalam bidang fisika, dikenal dua macam besaran. Kedua besaran ini adalah besaran skalar dan besaran vektor. Besaran skalar adalah suatu besaran yang hanya mempunyai nilai saja, tetapi tidak mempunyai arah. Sedangkan besaran vektor adalah suatu besaran yang mempunyai nilai sekaligus arah.

Berdasarkan tinjauan bidang kajian geometri, secara umum suatu besaran vektor dapat digambarkan dengan menggunakan ruas garis berarah. Seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.10 dibawah ini.

Gambar 2.10 Vektor sebagai ruas garis berarah

Misalkan A adalah sebuah titik dibidang dengan koordinat (x,y). Dari pusat koordinat kartesius (0,0) ke titik A dapat ditarik garis berarah a membentuk vektor yang memiliki komponen x (a ) dan komponen y (x ay) yang lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.11.

x y x a y a a a

Gambar 2.11 Komponen vektor pada bidang

Komponen-komponen x dan y dari vektor dapat digunakan untuk mencari panjang vektor ( a ) dan arah vektor ( ) dengan menggunakan persamaan

dibawah ini. 2 2 2 y x a a a = + (2.3) x y a a = tan (2.4)

3.1 ARSITEKTUR SISTEM UMUM

Arsitektur sistem secara umum digambarkan pada Gambar 3.1 dibawah ini.

Gambar 3.1 Arsitektur sistem umum

3.2 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS

Subsistem perangkat keras terdiri dari:

Mikrokontroler sebagai pengolah data dan penyimpanan data lokasi. Modul GPS sebagai sumber informasi lokasi.

Keypad untuk memasukkan data lokasi target. Lintang dan bujur target µC GPS ( posisi motor ) Keypad LCD -Sudut -jarak

Modul SIM508 dan mikrokontroler membutuhkan suplay 5V. Keduanya akan dipasang pada sepeda motor yang memiliki tegangan aki sebesar 12V. Oleh karena itu, dibutuhkan rangkaian yang dapat menurunkan tegangan dari 12V menjadi 5V. Skema rangkaian power suplay dapat dilihat pada Gambar 3.2 dibawah ini.

Gambar 3.2 Skema rangkaian power suplay

23.3.2 Perancangan Sistem Minimum ATmega 32 + LCD

Sistem minimum mikrokontroler berfungsi sebagai media interface dengan unit IO (input/output) dan GPS. Rangkaian ini dilengkapi dengan ISP Flash

Programming yang berfungsi untuk menuliskan program yang diinginkan ke dalam

mikrokontroler. Selain itu, rangkaian sistem minimum ini juga ditambahkan rangkaian LCD pada port C, yaitu; Enable di port C.2, Rs di port C.0, DB7 di port C.7, DB6 di port C.6, DB5 di port C.5, dan DB4 di port C.4. Untuk keypad

Gambar 3.3 Skema sistem minimum ATmega 32 + LCD

33.3.2 Perancangan Antarmuka SIM508 [7]

Dimensi dari SIM508 adalah 55 mm x 34 mm x 2.9 mm. Ukuran yang kecil ini memiliki konsekuensi pada sambungan interface-nya yang berukuran sangat kecil berupa konektor 80 pin dengan dimensi sekitar 24 mm x 0.5 mm. Letak dan bentuk

Antarmuka modul SIM508 dibutuhkan karena modul yang digunakan belum memiliki antarmuka langsung seperti port-port terbuka yang siap hubung, kecuali port sambungan antena.

Port-port yang belum memiliki antar muka langsung seperti port suplay, port komunikasi serial, dan port-port lainnya masih terintegrasi pada konektor 80. Untuk itu, Penulis membutuhkan suatu antarmuka yang dapat mengeluarkan port-port pada modul SIM508, khususnya yang dibutuhkan untuk mengaktifkan fungsi GPS.

Port-port yang digunakan untuk mengaktifkan fungsi GPS, yaitu: GPS_VCC sebagai input suplay ke GPS, GND sebagai ground, GPS_VRTC sebagai back up RTC dan SRAM, GPS_VANT sebagai input tegangan eksternal untuk fungsi antena aktif, GPS_VCC_RF sebagai output untuk antena aktif tipe 3 V.

Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Hasil keluaran GPS pada hypertherminal[8]

Data keluaran yang digunakan adalah format data NMEA 0183 berbentuk kalimat (string) yang merupakan rangkaian karakter ASCII 8 bit. Setiap kalimat pesan diawali dengan satu karakter '$' , dua karakter Talker ID (dalam hal ini hanya ada ”GP” ), tiga karakter Sentence ID (dalam hal ini GSA, RMC, GGA, GSV), dan diikuti oleh data fields yang masing-masing dipisahkan oleh koma serta diakhiri oleh

hanya urutan data-data fields dan data-data tambahan yang ditampilkan. Contoh kalimat pesan GPRMC yaitu:

$GPRMC,180432,A,4027.027912,N,08704.857070,W,000.04,181.9,131000,1.8,W,D*25

Kalimat pesan GPRMC terdiri dari data-data fields yang dijelaskan pada Gambar 3.8 .

Gambar 3.8 Penjelasan data field pada kalimat pesan GPRMC[8]

Mengacu dari gambar diatas, maka cara pengambilan data GPS dilakukan dengan menunggu karakter ”$” yang kemudian dicocokkan dengan keluaran data yang diinginkan. Pada proyek akhir ini format yang digunakan adalah keluaran GPS dengan format $GPRMC, maka setelah dikenali karakter ”$” maka dicek apakah string yang menyertainya adalah ”GPRMC” atau bukan maka diulang sampai

Data dari format NMEA dapat dengan mudah dibagi menjadi beberapa bagian array karena masing-masing data dipisahkan oleh tanda koma. Dengan menjadikan tanda koma sebagai acuan, data yang diperlukan dapat diseleksi dan diambil.

Dari sekian data fields yang disediakan hanya akan diambil data lintang dan bujurnya saja. Data lintang dan bujur pada NMEA 0183 masih berformat ddmm.mm, sehingga perlu dilakukan pengubahan format menjadi dd.dddddd. Hal ini penulis lakukan untuk memudahkan dalam perhitungan jarak dan sudut nantinya.

3.3.3 Perancangan Program Memasukkan dan Memanggil Data Target

Pada sistem yang dibuat akan ditambahkan fasilitas untuk memasukkan dan memanggil data target pada memori EEPROM ATmega 32 yang digunakan. Memori dipersiapkan untuk menyimpan lintang dan bujur suatu target. Lokasi memori yang akan dibuat berjumlah 9 lokasi yang dibedakan dengan angka dari 1 sampai 9.

Data target yang akan dimasukkan berupa lintang dan bujur dengan format dd.dddddd yang memungkinkan penggunaan string ”.” sebagai penunjuk desimal. Lintang dan bujur yang dimasukkan juga tidak menggunakan arah barat atau timur untuk bujur dan arah utara atau selatan untuk lintang, sehingga memungkinkan nilai yang dimasukkan akan berupa nilai negatif dengan menggunakan tanda ”-” didepannya. Pada keypad membran 4x4 yang akan digunakan tidak tersedia tombol

2 1 2 2 1 2

) ( )

(y y x x

R= +

akan terbaca pada program adalah string ”-” dan ketika tombol ”*” yang ditekan, yang akan terbaca pada program adalah string ”.” .

3.3.4 Perancangan Program Analisa Jarak dan Sudut

Ilustrasi perancangan analisa vektor pada sistem digambarkan pada Gambar 3.9 dibawah ini.

Gambar 3.9 Ilustrasi perancangan analisa jarak dan sudut

Dalam perhitungan jarak digunakan persamaan (3.1), yaitu:

(3.1) R

meter digunakan koreksi dari literatur yaitu bahwa 1 derajat lintang adalah sejauh 110.9 km sedangkan untuk 1 derajat bujur adalah sejauh 111.3 km.[11]

Sedangkan, untuk menghitung sudut digunakan persamaan (3.2), (3.3), dan (3.4), yaitu: 1 2 1 2 arctan x x y y = (3.2) 2 2 arctan x x y y t t t = (3.3)

Sudut yang digunakan untuk penentuan target adalah hasil selisih dari persaman (3.2) dengan (3.3), seperti pada persamaan (3.4) dibawah ini.

t

BAB 4

PENGUJIAN DAN ANALISA

4.1 PENGUJIAN AMBIL DATA GPS

Untuk membuktikan algoritma yang telah dirancang untuk menseleksi data keluaran NMEA 0183 sehingga hanya didapatkan nilai lintang dan bujur, maka dilakukan pengujian diluar ruangan dengan menggunakan LCD. Instalasi pengujian ambil data GPS ditunjukkan pada Gambar 4.1 dibawah ini.

Gambar 4.1 Instalasi pengujian ambil data GPS

Pada pengujian ini, penulis berhasil memecah data yang beragam pada format NMEA 0183 untuk menyeleksi dan mengampilkan nilai lintang dan bujur pada LCD.

Mikrokontroler ATmega32 LCD PS 5V SIM 508 (modul GPS) Aki

Pada pengujian ini penulis mengalami kendala pada penentuan array berdasarkan perencanaan pada Bab sebelumnya.

Pada perancangan, Gambar 3.8 memperlihatkan bahwa data GPS untuk lintang dan bujur yaitu berturut-turut pada array ke-3 dan ke-5. Akan tetapi, ketika dicoba pada program yang dibuat, data yang keluar tidak seharusnya (bukan data lintang dan bujur). Data yang keluar adalah data yang berada pada array 2 dan ke-4. Penulis berkesimpulan bahwa data dihitung dari string “GPRMC” yang menyertai data GPS sebenarnya. dengan kata lain string ”GPRMC” dihitung sebagai array pertama. Ketika penulis coba mengganti dengan array ke-4 dan ke-6 didapat data lintang dan bujur sesuai dengan yang diinginkan.

Pada pengujian ini menggunakan LCD sebagai display dan aki sebagai sumber dayanya, sehingga alat yang dibangun dapat dibawa ke luar ruangan. Data yang dimunculkan adalah berupa latitude (lintang) dan longitude (bujur). Contoh data yang terlihat di LCD dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Tampilan LCD pada pengambilan data GPS

Pengujian dilakukan di dalam wilayah Kampus Baru UI Depok yang letak titik-titiknya digambarkan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Titik-titik pengambilan data [9]

Nilai posisi (lintang dan bujur) titik-titik pada gambar diatas diambil dengan menggunakan alat yang dibangun maupun dengan menggunakan situs wikimapia. Kedua metode pengambilan data ini dimaksudkan untuk membandingkan data yang diambil dilapangan dengan data yang diambil melalui situs wikimapia. Pada Tabel 4.1 dijabarkan perbandingan data yang didapat melalui alat yang dibangun dengan data yang didapat melalui wikimapia. Selain itu, pada Tabel 4.1 juga di hitung selisih antara data lintang dan bujur pada setiap titik antara data yang diambil dari situs wikimapia dengan data yang diambil dilapangan, sehingga dapat ditarik kesimpulan adanya pergeseran data lokasi antara data yang diambil dari situs wikimapia dengan data yang diambil dilapangan.

Tabel 4.1 Perbandingan data antara data yang didapat dengan data dari situs wikimapia

No. Dari situs wikimapia Data yang didapat Selisih (m)

lintang bujur lintang bujur lintang Bujur

1 -6,3653250 106,8215865 -6,3653020 106,8215680 -2,55 2,06 2 -6,3669084 106,8230027 -6,3668720 106,8230190 -4,04 -1,81 3 -6,3675482 106,8268973 -6,3675410 106,8268270 -0,80 7,82 4 -6,3685824 106,8275893 -6,3685380 106,8275450 -4,92 4,93 5 -6,3682999 106,8280399 -6,3683040 106,8280790 0,45 -4,35 6 -6,3676815 106,8285173 -6,3677060 106,8284650 2,72 5,82 7 -6,3684652 106,8286729 -6,3684200 106,8287040 -5,01 -3,46 8 -6,3691049 106,8290323 -6,3690770 106,8290320 -3,09 0,03 9 -6,3690836 106,8299282 -6,3691120 106,8298640 3,15 7,15 10 -6,3682626 106,8307436 -6,3682490 106,8307950 -1,51 -5,72

Gambar 4.4 Plot selisih data antara data yang didapat dengan data dari situs wikimapia

Dari kesepuluh titik diatas pada pengambilan data yang dilakukan yang memiliki akurasi yang paling rendah yaitu pada titik ke-3 dan ke-9. Pada titik di

10 9 6 8 7 5 4 3 2 1 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bujur (m) Lintang (m)

didapat bergeser sejauh 3 m dan bujurnya bergeser sejauh 7 m. Padahal, pada titik tersebut (lihat pada Gambar 4.3) tidak tertutup atap Balairung atau tidak terlalu banyak pepohonan yang lebat disekitarnya (jika dibandingkan dengan titik 3) yang dapat menghambat sinyal GPS jatuh pada antena penerima GPS. Sedangkan pada titik 3 lintang bergeser sejauh 7 m.

Angka yang tertera pada hasil pembuatan hadware tersebut tidak dapat dianalisa menjadi perbagian kesalahan. Akan tetapi, eror yang didapat merupakan suatu sistem eror (kesalahan sistem). Berikut penjelasan eror-eror yang mungkin pada penentuan lokasi dengan menggunakan GPS.

Sinyal GPS dalam perjalanannya dari satelit ke pengamat di permukaan Bumi harus melalui medium-medium ionosfer dan troposfer, dimana dalam kedua lapisan tersebut sinyal GPS akan mengalami refraksi dan sintilasi (scintillation) di dalamnya, serta pelemahan (atmospheric attenuation) dalam lapisan troposfer [1]. Disamping itu, sinyal GPS juga dapat dipantulkan oleh benda-benda di sekitar pengamat sehingga dapat menyebabkan terjadinya multipath, yaitu fenomena dimana sinyal GPS yang diterima oleh antena adalah resultan dari sinyal langsung dan sinyal pantulan, yang akan menyebabkan data akan bergeser cukup jauh (akurasinya jauh berkurang).

Kesalahan lain seperti kesalahan orbit dan waktu, akan menyebabkan kesalahan pada jarak ukuran dengan GPS (pseudorange serta jarak fase) [1], sehingga harus diperhitungkan dalam pemrosesan sinyal GPS untuk keperluan penentuan posisi ataupun parameter lainnya.

Mikrokontroler ATmega 32 LCD PS 5V Keypad

Ketelitian posisi yang didapatkan juga dapat dipengaruhi dari: metode penentuan posisi yang digunakan, geometri dan distribusi dari satelit-satelit yang diamati (jumlah satelit, lokasi dan distribusi satelit, lama pengamatan), ketelitian data yang digunakan, dan strategi/metode pengolahan data yang diterapkan (real time dan

post processing), strategi eliminasi dan pengkoreksian kesalahan dan bias, metode

estimasi yang digunakan, pemrosesan baseline dan perataan jaringan, kontrol kualitas)[1].

4.2 PENGUJIAN MEMASUKKAN DAN MEMANGGIL DATA DI EEPROM

Instalasi pengujian keypad untuk memasukkan dan memanggil data di EEPROM ditunjukkan pada Gambar 4.4 dibawah ini.

Gambar 4.5 Instalasi pengujian EEPROM

sesuai dengan lokasi yang dipilih sebelumnya (dari 1 – 9). Kemudian, dilakukan pemanggilan data dengan lokasi yang sama dan dibuktikan apakah data tersebut dapat dipanggil kembali atau tidak. Ternyata data dapat dipanggil sesuai dengan lokasi penyimpanan data tersebut. Tampilan LCD memasukkan dan memanggil data EEPROM dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.6 Tampilan LCD ketika memasukkan dan memanggil data EEPROM

Ke Sub Program Ambil Data GPS Selain 1 dan 2 Input keypad “2’ misalkan “106.739864’ (1-9) misalkan “1’ Input keypad “1’ (1-9) misalkan “1’ misalkan “-6.145499’

Pengujian juga dilakukan dengan sebelumnya memutus suplay mikrokontroler, untuk membuktikan data yang tersimpan terhapus atau tidak ketika suplay diputus. Pada pengujian ini didapatkan bahwa data yang tersimpan tidak

Dokumen terkait