• Tidak ada hasil yang ditemukan

A.Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Peranan guru dalam membina peserta didik menjadi insan yang berkarakter yang baik sangat dibutuhkan. Penggunaan metode yang bervariasi dalam menciptakan suasana belajar agar tidak membosankan untuk menarik minat peserta didik serta menjadi pembina ekstrakulikuler dalam mendekatkan diri kepada peserta didik memudahkan para guru dalam menanamkan nilai-nilai karakter baik. Guru merupakan sosok panutan atau contoh bagi peserta didik. Keberhasilan pendidikan karakter sangat tergantung dari peran seorang guru dalam proses pembelajaran. Jadi sosok seorang guru dapat menjadi cerminan peserta didik yang sangat menentukan karakternya.

Mata pelajaran PKn berpengaruh dalam membentuk karakter peserta didik agar berkarakter baik. Materi-materi mata pelajaran PKn yang berhubungan dengan karakter menjadi acuan dalam membina karakter peserta didik agar menjadi karakter baik yang mempunyai sikap anti kekerasan. Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menanamkan, mengembangkan, dan membina peserta didik agar memiliki pemikiran yang kritis, rasional, bertanggungjawab, sehingga peserta didik dapat berkembang secara positif dan dapat berinteraksi dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara serta dengan bangsa-bangsa lainnya.

Program pembudayaan berhasil dalam membina karakter anti kekerasan. Dari data hasil wawancara dan observasi juga menunjukkan bahwa program pembudayaan berhasil dalam menanggulangi kekerasan pelajar di SMA Pasundan 2 Bandung. Hal tersebut didasarkan pada catatan tidak adanya peserta didik yang melakukan kekerasan yang terdapat di BP/BK. Program pembudayaan berhasil

94

dalam membina karakter anti kekerasan peserta didik SMA Pasundan 2 Bandung guna menanggulangi kekerasan pelajar yang mungkin bisa terjadi. Menurut peneliti, program pembudayaan tersebut akan semakin berhasil jika dilakukan seluruh pihak di SMA Pasundan 2 Bandung secara bersama-sama serta menambahkan ceramah tentang nilai, moral, dan agama yang rutin dilaksanakan setiap hari. Melalui ceramah diharapkan peserta didik tidak hanya mengetahui kegiatan keagamaan dan fasih melafalkan ayat-ayat Al-Quran, tetapi juga dapat memahami nilai-nilai agama secara mendalam.

Penciptaan suasana kondusif dalam proses belajar mengajar sangat membantu dalam menanamkan karakter anti kekerasan. Penerapan sikap disiplin yang diterapkan guru dalam peraturan kelas berperngaruh dalam keberhasilan proses pembelajaran demi menciptakan suasana belajar yang kondusif. Menciptakan suasana kondusif dalam proses belajar mengajar sangat penting. Melalui suasana belajar yang kondusif memudahkan peserta didik untuk memahami materi pelajaran dan dapat membantu pendidik dalam mengajarkan materi yang berhubungan dengan nilai-nilai anti kekerasan.

2. Kesimpulan Khusus

a. Guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan telah mampu mengintegrasikan nilai-nilai serta moral baik dalam materi pembelajaran hubungan internasional dan sengketa internasional.

b. Integrasi PKn sebagai mata pelajaran dalam membina karakter anti kekerasan dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai karakter baik seperti relegius, jujur, dan toleransi.

c. Pembudayaan yang dilakukan sekolah dalam membina karakter anti kekerasan di kalangan siswa dilakukan melalui kegiatan membaca Al Quran dan sholat dzuhur berjamaah agar para siswa memiliki karakter yang memahami nilai-nilai agama untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah serta jauh dari tindakan kekerasan.

d. Penciptaan suasana kondusif dilakukan guru dengan cara menciptakan suasana belajar yang nyaman dan membuat peraturan tata tertib kelas.

B.Saran

Adapun saran yang bisa peneliti berikan dari permasalahan ini guna memenuhi tujuan dan manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Saran untuk Guru di sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang menanamkan nilai-nilai yang diberikan oleh guru kepada siswa. Nilai yang harus ditanamkan dan dikembangkan oleh guru sebagai pendidik yaitu:

a. Guru hendaknya lebih mengembangkan nilai-nilai positif yang ada di sekolah seperti kejujuran, toleransi, kecerdasan, tanggung jawab, dan kedisiplinan.

b. Guru hendaknya menyiapkan model pembelajaran yang baik agar siswa dapat memahami materi yang guru ajarkan.

c. Guru hendaknya lebih banyak menyelipkan karakter-karakter yang baik untuk siswanya dalam setiap proses belajar mengajar.

d. Perlu lebih meningkatkan pengelolaan kelas yang baik oleh guru guna mencapai tujuan pengajaran.

e. Guru hendaknya lebih meningkatkan peran sebagai keteladanan sikap yang baik kepada siswanya.

f. Hendaknya lebih mengintensifkan hubungan komunikasi antara guru dengan orang tua siswa untuk bekerjasama dalam membina karakter anti kekerasan pada siswa.

2. Saran untuk siswa

a. Siswa diharapkan terus mengikuti proses pembelajaran dan pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah.

96 c. Mencerminkan karakter baik dalam kehidupan sehari-hari dengan

berperilaku baik di sekolah, di rumah, dan di lingkungan masyarakat.

3. Saran untuk Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

a. Memperbanyak kajian ilmu PKn dalam perkuliahan untuk meningkatkan pembinaan karakter anti kekerasan.

b. Mampu menjadikan mahasiswa sebagai warga negara yang baik c. Membantu mahasiswa mewujudkan nilai-nilai Pancasila.

d. Menjadikan mahasiswa yang cinta tanah air dengan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

4. Saran untuk mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan a. Lebih menghargai antar suku bangsa Indonesia.

b. Berperilaku dan bersikap baik sesuai dengan nilai dan norma. c. Berfikir kritis, rasional, dan bersikap demokratis.

d. Menjadi warga negara yang baik

Daftar Pustaka

Asmani, Jamal. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.

Basnawi dan M Arifin. (2012). Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Karakter. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Budimansyah, Dasim. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimanyah, Dasim. dan Komalasari, Kokom. (eds) (2011). Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung : Widya Aksara Press.

Budimansyah, Dasim. (2012). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter: Seri Pembinaan Profesionalisme Guru. Bandung: Widya Aksara Press. Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. (2010).

Pendidikan Karakter: Kumpulan Pengalaman Inspirasi. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Faisal sanapiah. 1992. Dasar dan teknik menyusun angket. Surabaya: usaha nasional.

Fathoni, Abdurrahmat. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta

Hasan, Said Hamid. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan.

Indonesia, Undang-undang Tentang Perkawinan, UU No. 1 tahun 1974. LN No. 1 Tahun 1974. TLN No. 3019

Jabar, Mohd Azidan Abdul. (2006). Cemerlang, gemilang dan terbilang: Ikrar Pelajar (Siri Motivasi Dan Kecemerlangan Utusan). Kuala Lumpur : Utusan Publications & Distributors.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2011). Jakarta. Departemen Pendidikan Indonesia: Balai Pustaka.

Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas.

Kusuma, Dede (2009). Membina karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Kesuma, Dharma. Dkk. (2011). Pendidikan Karakter Di Sekolah. Bandung:

Rosda.

Lickona, Thomas. (1991). Educating For Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responbility. Jakarta: Bumi Aksara.

Masri, Sulaiman. (2006). Bahasa Melayu: Dimensi Pengajaran dan Pembelajaran. Kuala Lumpur: Utusan Publications & Distributors. Masyhuri, Zainuddin. (2008). Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis dan

Aplikatif. Bandung : PT Refika Aditama

Megawangi, Ratna. (2004). Pendidikan Karakter: Solusi yang tepat untuk membangun bangsa. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation

Moleong, Lexy. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif: edisi revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muslich, Masnur. (2010). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Nasution (2003). Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara.

Poerwadarminta, WJS. (1996). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Rusyan, Tabrani. (1989). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Karya.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Sarwono, Sarlito Wiriawan. (2001). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alpabeta.

Syarbini, Amirulloh. (2012). Buku Pintar Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Karakter Anak di Sekolah, Madrasah, dan Rumah. Jakarta: Prima Pustaka.

Willis, Sofyan S. (1994). Problema Remaja dan Pemecahannya. Bandung: Angkasa.

Wirartha, I Made. (2006). Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi dan Tesis. Yogyakarta : Andi.

Yusuf LN, Syamsu (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumber Lain:

Anna, Lusia Kus. “Pelajar Anggota Geng Motor Akan Diawasi”. Kompas (Senin 2 April 2012).

Dewi, Rosdianah. “Polisi Masih Diamkan Kasus Bullying Siswa SMU 82”. Kompas (Senin, 9 November 2009)

Fujiansyah, Tatik. (2007). Persepsi Siswa Terhadap Masalah Tawuran Di Kalangan Pelajar Dalam Kaitannya Dengan Kenakalan Remaja. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hayati, Auliya Aenul. (2011). Pembinaan Karakter Siswa Sebagai Upaya Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Yang Unggul. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Kuwado, Fabian Januaris. “Dua Kelompok Pelajar Adu Senjata”. Kompas (Rabu, 12 Desember 2012)

More, Imanuel. “Pelaku Bullying Langsung Ditahan Bila Terbukti Ada Ancaman”. Kompas (Senin 30 Juli 2012)

Sudarsono, Ratih Prahesti. “Pelajar Tewas Akibat Tawuran”. Kompas (Senin 12 September 2011).

Sudarsono, Ratih Prahesti. “2 Pelajar Kena Bacok dalam Tawuran di Kebayoran Baru”. Kompas (Kamis 19 April 2012).

Dokumen terkait