• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab VI berisi kesimpulan dan saran dari hasil pengujian yang dilakukan pada Sistem Pendukung Keputusan untuk merekomendasikan pemilihan fasilitas kesehatan metode Elimination Et Choix Traduisant La

6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (SPPK) 2.1.1. Definisi Sistem Pengambilan Keputusan

Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (SPPK) atau Decision Support System (DSS) adalah sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan pengkomunikasian untuk masalah dengan kondisi semi terstruktur dan tak terstruktur. Sistem ini digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat (Turban, 2001).

Tujuan utama dari pembangunan SPPK adalah untuk melengkapi kebutuhan informasi dan peralatan untuk mendukung perencanaan strategi dan pembuat keputusan. Penyajian hasil SPPK melengkapi pembuat strategi yang memiliki kemampuan untuk meringkas dan mengatur proses data dan informasi dalam waktu dan keadaan tertentu. Dalam merencanakan strategi dan pembuatan keputusan harus melibatkan semua kemampuan untuk menyediakan informasi,metode analisis dan keahlian dalam suatu aturan untuk memilih yang lebih efektif dari beberapa alternatif.

2.1.2. Karakteristik SPPK

Karakteristik dari SPPK menurut Turban dalah sebagai berikut:

1. SPPK dapat membantu untuk pengambilan keputusan pada masalah

yang terstruktur ataupun masalah yang tak terstruktur.

2. Memberikan bantuan pada berbagai tingkatan manajer.

3. Memberikan dukungan pengambilan keputusan individu maupun

kelompok.

4. Memberikan dukungan pengambilan keputusan yang saling

berhubungan dan berurutan.

5. Mendukung semua tahap dari semua proses pengambilan yaitu:

penelusuran, desain, pemilihan dan implementasi.

6. SPPK mendukung berbagai gaya dan variasi dalam proses

pengambilan keputusan sehingga ada kesesuaian antara SPPK dengan atribut-atribut yang digunakan individu pembuat keputusan.

7. Dapat beradaptasi sewaktu-waktu.

8. Mudah untuk digunakan

9. Dapat meningkatkan efektivitas dari pembuatan keputusan

berdasarkan keakuratan, ketepatan waktu, kualitas dan efisiensinya.

10.Pengguna adalah pengontrol keputusan. SPPK hanya bertujuan untuk

mendukung saja.

11.SPPK dapat terus berevolusi terutama ketika muncul tuntutan baru dan penambahan pengetahuan sistem. Penambahan pengetahuan sistem

secara terus menerus akan meningkatkan dan mengembangkan kemampuan SPPK tersebut.

12.SPPK mudah untuk dibangun

13.Berbasiskan model-model untuk menganalisa situasi-situasi dimana keputusan itu diambil.

Pada tingkat lanjut, SPPK dilengkapi dengan komponen pengetahuan yang memungkinkan solusi yang efisien dan efektif.

Gambar 2. 1 Karakteristik SPPK menurut Turban

2.1.3. Manfaat SPPK

SPPK dapat memberikan berbagai manfaat dan keuntungan. Manfaat yang dapat diambil dari SPPK adalah:

1. SPPK memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam

2. SPPK membantu pengambil keputusan untuk memecahkan masalah terutama berbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.

3. SPPK dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan.

Walaupun suatu SPPK mungkin saja tidak mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun dia dapat menjadi stimulan bagi pengambil keputusan dalam memahami persoalannya, karena mampu menyajikan berbagai alternatif pemecahan.

2.1.4. Proses Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah bentuk pemilihan keputusan dari berbagai alternatif yang prosesnya melalui suatu mekanisme tertentu untuk mendapatkan keputusan terbaik. Dalam proses pengambilan keputusan, ada 4 tahap yang harus dilakukan yaitu:

1. Penelusuran (Inteligent)

Pada tahap ini permasalahan-permasalahan yang ada dikumpulkan untuk didefinisikan dan diidentifikasi. Tahapan ini merupakan penentu awal ketepatan pengambilan keputusan yang diambil.

2. Perancangan (Design)

Tahap ini adalah analisa untuk memutuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah. Setelah itu perlu dirancang dan dibangun

model-model pemecahan masalah dan menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.

3. Pemilihan (Choice)

Pada tahap ini terjadi hasil pemilihan alternatif solusi yang paling sesuai dengan tujuan dan hasil yang diharapkan.

4. Implementasi (Implementation)

Tahap terakhir adalah pelaksanaan dari keputusan yang diambil pada tahap ketiga. Dalam pelaksanaannya perlu disusun serangkaian tindakan yang terencana sehingga hasil keputusan dapat dipantau dan disesuaikan jika terjadi perubahan.

2.1.5. Komponen SPPK

Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan terdiri atas tiga komponen penting, (Hermawan, 2005), yaitu:

1. Manajemen Data

Data Management melakukan pengambilan data yang diperlukan baik dari database yang berisi data internal maupun database yang berisi data eksternal. Jadi, fungsi komponen data ini sebagai pengatur data data yang diperlukan oleh Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan.

2. Manajemen Model

Model Management melalui Model Base Management melakukan interaksi baik dengan User Interface untuk mendapatkan perintah maupun Data Management untuk mendapatkan data yang akan diolah. Jadi, tujuan

dari Model Management adalah untuk mengubah data yang ada pada Database menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan.

3. Antarmuka Pengguna

User Interface adalah interakasi antara pengguna dengan sistem baik untuk memasukkan informasi ke sistem maupun menampilkan informasi ke pengguna. Karena begitu pentingnya komponen user interface bagi suatu sistem pengambilan keputusan, maka harus bisa merancang suatu user interface yang bisa mudah dipelajari dan digunakan pengguna dan laporan yang bisa digunakan pengguna serta pelaporan yang bisa secara mudah dimengerti oleh pengguna.

4. Manajemen berbasis pengetahuan

Subsistem tersebut mendukung semua subsistem lain untuk bertindak langsung sebagai suatau komponen independen dan besifat opsional.

Komponen komponen tersebut membentuk sistem aplikasi sistem pendukung pengambilan keputusan yang bisa dikoneksikan ke intranet perusahaan, ekstranet atau internet. Arsitektur dari sistem pendukung pengambilan keputusan ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Skematik Komponen Sistem pendukung Keputusan

menurut Turban, (2005)

2.1.6. Keterbatasan SPPK

Setiap sistem akan memiliki keterbatasan dalam hal tertentu. Demikian pula dengan SPPK, ada beberapa keterbatasan yang dimiliki antara lain:

1. Ada beberapa kemampuan manajemen manusia yang tidak dapat dimodelkan sehingga model yang ada didalam sistem tidak mencerminkan persoalan secara keseluruhan.

2. Kemampuan SPPK terbatas pada tersedianya kemampuan yang dimilikinya saja.

3. Proses-proses yang dapat dilakukan SPPK tergantung pada kemampuan perangkat lunak yang digunakan.

2.1.7. Metode Electre

Menurut Janko dan Bernoider (2005:11), Electre (Elimination Et Choix Traduisant La Realite) merupakan salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria berdasarkan pada konsep outrangking dengan membandingkan pasangan alternatif-alternatif berdasarkan setiap kriteria yang sesuai.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyelesaian masalah

menggunakan metode electre adalah sebagai berikut:

1. Normalisasi matriks keputusan

Dalam prosedur ini, setiap atribut diubah menjadi nilai yang comparable. Setiap normalisasi dari nilai xij dapat dilakukan dengan rumus

(Rumus 2. 1)

untuk i=1,2,3,…,m dan j=1,2,3,…,n.

Sehingga didapat matrik R hasil normalisasi

Gambar 2. 3 Matriks Normalisasi

R adalah matriks yang telah dinormalisasi, dimana m menyatakan alternatif, n menyatakan kriteria dan r adalah normalisasi pengukuran pilihan dari alternatif ke-i dalam hubungannya dengan kriteria ke-j.

2. Pembobotan pada matriks yang telah dinormalisasi

Setelah dinormalisasi, setiap kolom dari matriks R dikalikan dengan bobot-bobot (w) yang ditentukan oleh pembuat keputusan. Sehingga, weighted normalized matrix adalah yang ditulis sebagai:

(Rumus 2. 2)

Gambar 2. 4 Persamaan Pembobotan

Dimana W adalah matriks pembobotan, R matriks yang telah dinormalisasi dan V matriks hasil perkalian antara matriks pembobotan dan matriks yang telah dinormalisasi.

Gambar 2. 5 Matriks Ternormalisasi

3. Menentukan himpunan concordance dan discordance index

Untuk setiap pasang dari alternatif k dan l (k, l= 1,2,3, …, m dan k l) kumpulan J kriteria dibagi menjadi dua himpunan bagian, yaitu concordance dan discordance. Sebuah kriteria dalam suatu alternatif termasuk concordance jika:

(Rumus 2. 3)

untuk j = 1,2,3,…n.

Sebaliknya, komplementer dari himpunan bagian concordance adalah himpunan discordance, yaitu bila:

(Rumus 2. 4)

untuk j = 1,2,3,…n.

4. Menghitung matriks concordance dan discordance

Menghitung matriks concordance, untuk menentukan nilai dari elemen-elemen pada matriks concordance adalah dengan menjumlahkan bobot-bobot yang termasuk pada himpunan concordance, secara matematisnya adalah sebagai berikut:

(Rumus 2. 5)

Menghitung matriks discordance, untuk menentukan nilai dari elemen-elemen pada matriks disordance adalah dengan membagi maksimum selisih kriteria yang termasuk ke dalam himpunan bagian disordance dengan maksimum selisih nilai seluruh kriteria yang ada, secara matematisnya adalah sebagai berikut:

5. Menentukan matriks dominan concordance dan discordance

Menghitung matriks dominan concordance, matriks F sebagai matriks dominan concordance dapat dibangun dengan bantuan nilai threshold, yaitu dengan membandingkan setiap nilai elemen matriks concordance dengan nilai threshold.

(Rumus 2. 7)

Dengan nilai threshold ( c ) adalah :

(Rumus 2. 8)

Sehingga elemen matriks F ditentukan sebagai berikut :

(Rumus 2. 9)

Menghitung matriks dominan discordance, matriks G sebagai matriks dominan disordance dapat dibangun dengan bantuan nilai threshold d:

(Rumus 2. 10)

Dan elemen matriks G ditentukan sebagai berikut:

6. Menentukan aggregate dominance matrix

Matriks E sebagai aggregate dominance matriks adalah matriks yang setiap elemennya merupakan perkalian antara elemen matriks F dengan elemen matriks G yang bersesuaian, secara matematis dapat dinyatakan sebagai:

(Rumus 2. 12)

7. Eliminasi alternatif yang less favourable

Matriks E memberikan urutan pilihan dari setiap alternatif , yaitu bila ekl

= 1 maka alternatif Ak merupakan alternatif yang lebih baik daripada Al. Sehingga, baris dalam matriks E yang memiliki jumlah ekl = 1 paling sedikit dapat di eliminasi. Dengan demikian, alternatif terbaik adalah alternatif yang mendominasi alternatif lainnya .

2.2. Sistem Informasi

2.2.1. Pengertian Sistem

Definisi sistem berkembang sesuai dengan konteks dimana sistem digunakan. Berikut ini adalah definisi sistem yang dikutip dari berbagai tokoh

menurut Lucas (1992) “sistem adalah suatu pengorganisasian yang saling

berintraksi, saling tergantung dan terintegritas dalam kesatuan variabel atau

komponen ”. Sedangkan menurut Scoot (1996), Sistem terdiri dari unsur

-unsur seperti masukan (input), pengolahan (processing), serta

Gambar 2. 6 Model Sistem

Dengan sederhana defenisi dari sistem itu sendiri adalah serangkaian hubungan yang saling berintraksi satu sama lain yang bertujuan untuk mencapai satu tujuan tertentu. Berikut ini adalah karakteristik yang dapat membedakan satu sistem dengan sistem lainya :

1. Batasan (Boundary): Penggambaran dari suatu elemen atau unsur yang mana termasuk di dalam sistem dan mana yang di luar sistem. Lingkunan (Envoironment) : Segala sesuatu diluar sistem, lingkungan yang menyediakan asumsi, kendala, dan input terhadap suatu sistem.

2. Masukan (Input) : Sumber daya (data, bahan baku, peralatan, energi)

dari lingkungan yang dikonsumsi dan dimanipulasi oleh suatu sistem. 3. Keluaran (Output) : Sumber daya atau produk (informasi, laporan, dokumen, tampilan layer computer, barang jadi) yang disediakan untuk lingkungan sistem oleh kegiatan dalam suatu sistem.

4. Komponen (Component) : Kegiatan-kegiatan atau proses dalam suatu

sistem yang mentrasformasikan input menjadi bentuk setengah jadi (output). Komponen ini bisa merupakan sub sistem dari sebuah sistem.

5. Penghubung (Interface) : Tempat dimana dari komponen atau sistem

6. Penyimpanan (Storage) : Area yang dikuasai dan digunakan untuk penyimpanan sementara dan tetap dari informasi, bahan baku, dan sebagainya. Penyimpanan merupakan suatu media penyangga diantara komponen tersebut bekerja dengan berbagai tingkatan yang ada.

2.2.2. Pengertian Informasi

Informasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah penerang ; pemberitahuan ; kabar atau berita tentang sesuatu. Pengertian informasi menurut para ahli menurut Abdul Kadir (2002) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut, Azhar Susanto (2004) dalam buku sistem informasi menyatakan bahwa informasi adalah hasil pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat. Jadi secara umum definisi dari informasi adalah sebuah data yang telah diolah menjadi sesuatu bentuk lain yang lebih berguna dan bermanfaat bagi penggunanya.

2.2.3. Pengertian Sistem Informasi

Pengertian sistem informasi menurut para ahli adalah sebagai berikut,

menurut Mc Leod Sistem informasi adalah suatu sistem yang memiliki

kemampuan untuk mengumpulkan informasi dari semua sumber dan menggunakan berbagai media untuk menampilkan informasi, menurut John

F. Nash (1995)sistem informasi adalah kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mengatur jaringan komunikasi yang penting, proses transaksi tertentu membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstern dan menyediakan dasar untuk pengambilan keputusan yang tepat.

Untuk dapat memahami pengertian sistem informasi dapat dilihat dari keterkaitan antara data dan informasi sebagai entitas penting pembentuk sistem informasi. Dengan demikian bila sistem informasi dilihat berdasarkan konsep (input, processing, output–IPO) dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. 7Konsep Sistem informasi

2.3. Sistem Informasi Geografis 2.3.1. Definisi Geografis

Istilah georgrafis ini digunakan karena sistem informasi geografis

dibangun berdasarkan pada ‘geografi’ atau ‘spasial’. Obyek ini mengarah

pada spesifikasi lokasi dalam suatu space. Obyek bisa berupa fisik, budaya, atau ekonomi alamiah. Penampakan tersebut ditampilkan pada suatu peta untuk memberikan gambaran yang representatif dari spasial suatu obyek sesuai dengan kenyataannya dibumi. Simbol, warna dan gaya garis digunakan untuk mewakili setiap sparsial yang berbeda pada peta dua dimensi.

2.3.2. Definisi Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem informasi geografis adalah suatu sistem berbasis komputer untuk menangkap, menyimpan, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, dan men-display data dengan peta digital ( Turban, 2005 ).

Istilah geography digunakan karena SIG dibangun berdasarkan pada geografi atau spasial. Obyek ini mengarah pada spesifikasi lokasi dalam suatu space. Geographic Information System (GIS) merupakan sistem komputer yang berbasis pada sistem informasi yang digunakan untuk memberikan bentuk digital dan analisis terhadap permukaan geografi bumi.

Geografi adalah informasi mengenal permukaan bumi dan semua

obyek yang berada diatasnya, sedangkan sistem informasi geografis(SIG) atau dalam bahasa inggris disebut Geographic Information System (GIS) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Sistem informasi geografis adalah bentuk sistem informasi yang menyajikan informasi dalam bentuk grafis dengan menggunakan peta sebagai antar muka. SIG tersusun atas konsep beberapa lapisan (layer) dan relasi (Prahasta, 2009).

2.3.3. Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) atau juga dikenal sebagai Geographic Information System (GIS) pertama pada tahun 1960 yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan geografis. 40 tahun kemudian GIS berkembang tidak hanya bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan geografi saja tetapi sudah merambah ke berbagai bidang seperti analisis

penyakit epidemik (demam berdarah) dan analisis kejahatan (kerusuhan) termasuk analisis kepariwisataan. Kemampuan dasar dari SIG adalah mengintegrasikan berbagai operasi basis data seperti query, menganalisisnya serta menampilkannya dalam bentuk pemetaan berdasarkan letak geografisnya. Inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lain (Prahasta,2009).

2.3.4. Sub Sistem SIG

Menurut (Prahasta, 2009), SIG dapat diuraikan menjadi beberapa

sub sistem sebagai berikut :

1. Data Input

Sub sistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data sparsial dan atribut dari berbagai sumber. Sub sistem ini juga bertanggung jawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan format-format data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG.

2. Data Output

Sub sistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti : tabel, grafik, peta, dan lain-lain.

3. Data Manajemen

Sub sistem ini mengorganisasikan basis data spasial maupun atribut kedalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-update dan di-edit.

4. Analisis dan Manipulasi Data

Sub sistem ini menentukan informasi – informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, sub sistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.

2.3.5. Cara Kerja SIG

SIG dapat menyajikan real world (dunia nyata) pada monitor sebagaimana lembaran peta dapat merepresentasikan dunia nyata diatas kertas. Tetapi, SIG memiliki kekuatan lebih dan fleksibilitas dari pada lembaran pada kertas. Peta merupakan representasi grafis dari dunia nyata, obyek-obyek yang dipresentasikan di atas peta disebut unsur peta atau map features (contohnya adalah sungai, taman, kebun, jalan dan lain-lain). Karena peta mengorganisasikan unsur-unsur berdasrkan lokasi-lokasinya. SIG menyimpan semua informasi deksriptif unsur-unsurnya sebagai atribut-atribut didalam basis data. Kemudian, SIG membentuk dan menyimpannya didalam tabel-tabel (relasional) dengan demikian, atribut-atribut ini dapat diakses melalui lokasi-lokasi unsur-unsur peta dan sebaliknya, unsur - unsur peta juga dapat diakses melalui atribut-atributnya (Prahasta Eddy 2009).

2.3.6. Kemampuan SIG

Sistem informasi geografis mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisis dan akhirnya memetakan hasilnya (Prahasta, 2009) :

1. Memasukkan dan mengumpulkan data geografis (spasial dan atribut) 2. Mengintegrasikan data geografis.

3. Memeriksa, meng-update (meng-edit) data geografis. 4. Menyimpan atau memanggil kembali data geografis. 5. Mempresentasikan atau menampilkan data geografis. 6. Mengelola, memanipulasi dan menganalisis data geografis.

7. Menghasilkan output data geografis dalam bentuk peta tematik (view dan layout), tabel,grafik (chart) laporan, dan lainnya baik dalam bentuk hardcopy maupun softcopy.

2.4. Peta

2.4.1. Pengertian Peta

Peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi yang digambar pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi simbol sebagai penjelas. Sedangkan menurut Erwin Raisz (1948), peta adalah gambaran konvensional dari kenampakan muka bumi yang diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas, dibuat pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelas.

2.4.2. Komponen Peta

Peta memiliki kelengkapan penting agar mudah dibaca dan dipahami. Kelengkapan tersebut dinamakan komponen peta. Komponen-komponen peta antara lain sebagai berikut:

1. Judul peta

Judul peta merupakan identitas atau nama untuk menjelaskan isi atau gambar peta. Judul peta biasanya terletak di bagian atas peta. Judul peta merupakan komponen yang penting. Biasanya sebelum memperhatikan isi peta, pasti seseorang terlebih dahulu membaca judulnya.

2. Legenda

Legenda merupakan keterangan yang berisi gambar-gambar atau simbol-simbol beserta artinya. Legenda biasanya terletak di bagian pojok kiri bawah peta.

3. Skala

Skala merupakan perbandingan jarak antara dua titik pada peta dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi. Misalnya skala 1:200.000. Skala ini artinya 1 cm jarak pada peta sama dengan 200.000 cm atau 2 km jarak sebenarnya.

4. Simbol

Simbol merupakan lambang-lambang atau gambar yang menunjukkan obyek alam atau buatan. Simbol peta harus memenuhi tiga syarat, yakni sederhana, mudah dimengerti, dan bersifat umum.

5. Mata angin

Mata angin merupakan pedoman atau petunjuk arah mata angin. Mata angin pada peta biasanya berupa tanda panah yang menunjuk ke arah utara. Mata angin sangat penting keberadaannya supaya tidak terjadi kekeliruan arah.

6. Garis astronomis

Garis astronomis merupakan garis khayal di atas permukaan bumi. Garis astronomis terdiri dari dari garis lintang dan garis bujur. Garis lintang merupakan garis dari timur ke barat sedangkan garis bujur merupakan garis dari utara ke selatan.

7. Garis tepi

Garis tepi merupakan garis yang dibuat mengelilingi gambar peta untuk menunjukkan batas peta tersebut.

8. Tahun pembuatan peta

Tahun pembuatan peta menunjukkan kapan peta tersebut dibuat. Dari tahun pembuatan kita dapat mengetahui peta tersebut masih sesuai atau tidak untuk digunakan saat ini.

9. Inset peta

Inset peta merupakan gambar peta yang ingin diperjelas atau karena letaknya di luar garis batas peta. Inset peta digambar bila diperlukan. Inset peta disebut juga peta sisipan.

10.Tata warna

Tata warna merupakan pewarnaan pada peta untuk membedakan obyek satu dengan yang lainnya. Misalnya warna coklat menunjukkan dataran tinggi, hijau menunjukkan dataran rendah dan biru untuk menunjukkan wilayah perairan.

2.5. Sistem Koordinat dan Proyeksi Peta 2.5.1. Proyeksi Peta

(Aryono Prihandito, 1988) Informasi lokasi ditentukan berdasarkan sistem koordinat, yang di antaranya mencakup datum dan proyeksi peta. Datum adalah kumpulan parameter dan titik kontrol yang hubungan geometrinya diketahui, baik melalui penggukuran atau penghitungan. Sedangkan sistem proyeksi peta adalah sistem yang dirancang untuk merepresentasikan permukaan dari suatu bidang langkung atau spheroid (misalnya bumi) pada suatu bidang datar. Proses representasi ini menyebabkan distorsi ruang yang perlu dihitung untuk memperoleh ketelitian beberapa incam property, seperti jarak, sudut. Berikut ini macam-macam proyeksi peta secara garis besar proyeksi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Proyeksi Peta Azimuthal

Proyeksi azimuthal bidang proyeksi berupa bidang datar dan menyinggung salah satu kutub. Daerah kutub dan sekitar kutub, cukup baik

digambarkan dengan proyeksi ini karena tidak banyak kesalahan. Dapat dilihat pada gambar

Gambar 2. 8 Proyeksi Peta Azimuthal

b. Proyeksi Peta Silinder

Proyeksi silinder bidang proyeksi menyinggung ekuator, dan digunakan untuk di daerah di ekuator dan sekitar ekuator, karena kesalahan di daerah ini tidak ada atau sangat kecil.

Gambar 2. 9 Proyeksi Silinder

c. Proyeksi Peta Kerucut

Proyeksi kerucut bidang proyeksi berupa kerucut dan menyinggung salah satu paralel di sekitar lintang tengah. dan baik digunakan di daerah ini

karena kesalahan yang sangat kecil, sedang pada paralel singgung kesalahan tidak ada

Gambar 2. 10 Proyeksi Peta Kerucut

2.5.2. Sistem Koordinat

Koordinat adalah pernyataan besaran geometric yang menentukan posisi suatu titik dengan mengukur besaran vector terhadap satu posisi acuan yang telah didefinisikan. Posisi acuan dapat ditetapkan dengan asusmsi atau ditetapkan dengan suatu kesepakatan matematis yang diakui secara universal dan baku. Jika penetapan titik acuan tersebut secara asumsi, maka sistem koordinat tersebut bersifat lokal atau disebut koordinat lokal dan jika ditetapkan sebagai kesepakatan berdasar matematis maka koordinat itu disebut koordinat yang mempunyai sistem kesepakatan dasar matematisnya. Untuk menggambarkan obyek atau features permukaan bumi di atas layar komputer, peneliti memerlukan suatu sistem penggambaran yang merepresentasikan keadaan bumi sebenarnya yang peneliti sebut sebagai proyeksi. Proyeksi peneliti gambarkan dalam sistem koordinat cartesian, yang umumnya dikenal dalam unit X dan Y. Berikut akan peneliti bahas

sistem proyeksi yang sering digunakan dalam SIG yaitu proyeksi longitude latitude (longlat) (Aryono Prihandito 1988).

2.5.2.1. Sistem Koordinat Kartesian 2D

Sistem koordinat kartesian dua dimensi merupakan sistem koordinat yang terdiri dari dua salib sumbu yang saling tegak lurus, biasanya sumbu X dan Y, seperti digambarkan pada gambar

Gambar 2. 11 Sistem koordinat kartesia 2D

2.5.2.2. Proyeksi Longitude Latitude (Geographic Coordinat

Dokumen terkait