• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ibu yang memiliki anak CP tipe spastic yang sedang menjalani fisioterapi ”X” di Jakarta, memiliki optimisme yang berbeda-beda mengenai fisioterapi yang dijalani oleh anaknya. Dari hasil penelitian, didapatkan dua Ibu tergolong optimistik dan satu ibu tergolong pesimistik.

2. Faktor mother’s explanatory style memberikan kontribusi yang cukup besar dalam cara berpikir optimisme Ibu yang memiliki anak CP tipe spastic dalam menjalani fisioterapi ”X” di Jakarta.

3. Ibu pertama, A, tergolong optimistik. A mampu berpikir kemajuan yang terjadi pada hasil fisioterapi anaknya, H, bersifat permanen, setelah anaknya mengalami kemajuan, A menjadi lebih bersemangat dalam bekerja, dan A menganggap kemajuan fisioterapi disebabkan karena A rajin dalam memberikan latihan di rumah dan membeli alat-alat fisioterapi. Dalam kondisi H mengalami kemunduran, A berpikir hal tersebut hanya besifat sementara, tidak mempengaruhi aspek lain dalam kehidupan A, dan peristiwa tersebut terjadi karena H tidak mendapatkan latihan yang cukup memadai di tempat fisioterapi. A

Universitas Kristen Maranatha belajar dari Ibunya bahwa segala peristiwa yang terjadi akan terselesaikan jika berserah pada Allah SWT dan melakukan sholat. 4. Ibu kedua, B, tergolong optimistik. B berpikir kemajuan yang terjadi

pada anaknya, M, bersifat permanen, disebabkan peran diri B dan orang lain namun tidak mempengaruhi aspek lain dalam kehidupan B. Dalam situasi belum adanya kemajuan pada M, B berpikir kondisi tersebut hanya bersifat sementara, tidak mempengaruhi aspek lain dalam kehidupan B dan disebabkan karena sarana yang kurang memadai. A banyak belajar dari ibunya untuk menyerahkan persoalan hidupnya pada Tuhan, lebih bersabar dan terus berdoa. Selain itu, adanya pengalaman B mampu melewati masa krisis yang terjadi dalam hidupnya, membuat B berpikir bahwa peristiwa yang terjadi pada M juga dapat teratasi dengan baik.

5. Ibu ketiga, C, tergolong pesimistik. C berpikir kemajuan yang tampak dalam diri anaknya, A, hanya bersifat sementara, tidak mempengaruhi aspek lain dalam kehidupan C dan disebabkan karena peran terapis di tempat fisioterapi. Dalam situasi belum adanya kemajuan pada A, C berpikir kondisi tersebut bersifat permanen, mempengaruhi aspek lain dalam kehidupan C dan disebabkan karena kurangnya latihan yang diberikan C di rumah. Dari ibunya, C belajar untuk bereaksi negatif dalam menghadapi masalah, seperti mengeluh, menarik diri dari lingkungan dan terus menerus menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab munculnya permasalahan. Selama hidupnya, C banyak

Universitas Kristen Maranatha mendapatkan kritikan negatif dari lingkungannya yang membuat C menjadi tidak percaya diri dalam menghadapi setiap persoalan. Adanya pengalaman masa krisis yang tidak dapat teratasi dengan baik membuat C merasa tidak berdaya dalam mengatasi kondisi anaknya saat ini.

6. Adanya dukungan dalam keluarga berperan besar untuk menumbuhkan optimisme Ibu yang memiliki anak CP tipe spastic dalam menjalani fisioterapi anaknya.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas dan dengan menyadari adanya berbagai keterbatasan, maka peneliti merasa perlu untuk mengajukan beberapa saran,yaitu : 5.2.1 Saran Penelitian Lanjutan

1. Meneliti lebih lanjut mengenai seberapa besar kontribusi dari faktor-faktor pembentukan optimism terhadap Ibu yang memiliki.anak CP tipe spastic dalam menjalani fisioterapi di tempat ”X” Jakarta.

2. Meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara spiritualitas dengan optimisme pada Ibu yang memiliki anak CP tipe spastic dalam menjalani fisioterapi di tempat “X” Jakarta.

Universitas Kristen Maranatha 5.2.2 Saran Guna Laksana

1. Bagi praktisi, pemerhati dan lembaga-lembaga yang menangani anak CP tipe spastic, disarankan untuk memberikan semangat dan menjadi good supporter kepada Ibu yang memiliki anak CP tipe spastic sehingga Ibu dapat lebih optimistik dalam menjalani fisioterapi anaknya yang menderita CP tipe spastic.

2. Bagi Ibu yang memiliki anak CP tipe spastic disarankan untuk mengikuti perkumpulan-perkumpulan sesama Ibu yang memiliki anak CP, tidak terlalu memikirkan kritikan negatif yang diberikan oleh lingkungan, tetap semangat dan menumbuhkan harapan selama menjalani fisioterapi.

3. Bagi keluarga yang memiliki anak CP tipe spastic, disarankan untuk selalu memberikan dukungan dan semangat pada Ibu yang memiliki anak CP tipe spastic agar Ibu memiliki cara berpikir yang optimistik.

Universitas Kristen Maranatha Kedokteran Universitas Indonesia, 1985

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi

3). Balai pustaka

Fakultas Psikologi. 2007. Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Moore, Aleycia. 2010. 8 Jenis Kelainan pada Anak. Kalamboti.

Monika dan Waruwu, F. Anak berkebutuhan khusus: Bagaimana mengenal dan menanganinya. Jurnal Provitae. Vol. 2, No. 2, November 2006.Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara Jakarta

Nakita, 20 Agustus 2005. Memahami dan menangani anak dengan kebutuhan

khusus (Cerebral palsy)”.

Nasir, Moh. 1988. Metodologi Penelitian, cetakan ketiga. Jakarta : Ghalia Indonesia

Peterson, Christopher & Lisa. M, Bossio. 1991. Health and Optimism. New York: The Free Pass.

Purwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi/ E Kristi Purwandari, pengantar Fuad Hassan, cetakan pertama. Jakarta. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI, 1998.

Santrock, John, W.1995. Life-span Development. Univercity of Dallas: Brown and Benchmark.

Universitas Kristen Maranatha Khusus edisi Cerebral Palsy. Majalah Nakita.

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. 2007. “Panduan Penelitian Skripsi Sarjana” edisi 1 revisi. Fakultas psikologi Universitas Kristen Maranatha. Bandung Http://library.gunadarma.ac.id Juni 2009 Http://us.geocities.com Juni 2009 Http://cedera-otak.blogspot.com Oktober 2009 Http://www.livingwithcerebralpalsy.com Januari 2010 Http://karyatulisilmiahkeperawatan.blogspot.com Maret 2010

Ratihdewanti, Hapsari Budi. Suatu Studi Kasus Mengenai Derajat Optimisme pada Odapus di Yayasan “X” di Jakarta. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Sri Tanjung Pinasti, 0430155, “Suatu Survei Mengenai Derajat Optimisme Terapis anak-anak autistic dalam Memberikan Terapi di Kota Bandung”. Juli 2007

Tri Sarjono Waluyo, 110 070 072, “Pengaruh Mobilisasi Trunk Terhadap Penurunan Spastisitas pada Cerebral Palsy Spastic Diplegi”. 2000

Tika Trisnayani Soemardji, 0430025, 2007, “Suatu Penelitian mengenai Derajat Optimisme pada ibu yang memiliki anak autis di pusat terapi “X” di kota Bandung

Wahyudi, Nurma. 2008. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Cerebral Palsy Spastic Diplegi dengan Terapi Latihan Metode Bobath di YPAC Surakarta. (Online). (http://etd.eprints.ums.ac.id/943/1/j100050002.pdf).

www.perkembangananak.com tanggal 18 Juni 2009 www.ypac-semarang.org April 2010

Universitas Kristen Maranatha www.fisiosby.com November 2009

www.dokteranakku.com Agustus 2009 www.pediatric.com Agustus 2009

Dokumen terkait