• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kedua subyek sama-sama menunjukkan kemampuan problem solving, autonomy, sense of purpose and bright future.

• Kedua subyek mampu untuk melakukan perencanaan, berpikir kritis, memikirkan alternatif solusi, dan mampu untuk mengidentifikasi sumber eksternal yang dapat membantunya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam menjalani hidup mereka.

• Kedua subyek memiliki kontrol terhadap diri mereka sendiri sehingga mereka dapat lebih memahami keadaan kesehatan mereka. Kedua subyek percaya bahwa mereka mampu untuk menjaga kesehatan mereka agar tetap stabil sehingga mereka dapat membuktikan kepada lingkungan bahwa mereka mampu untuk tetap bertahan hidup dengan penyakit yang mereka derita.

• Kedua subyek optimistik bahwa mereka mampu untuk menjaga kesehatan mereka agar tetap stabil. Jika mereka mengalami kejenuhan dalam menjalankan pengobatan kedua subyek mampu untuk terus memotivasi diri mereka agar tetap menjalani pengobatan. Terkadang mereka juga akan melakukan hobby mereka untuk mengatasi kejenuhan yang mereka

rasakan. Selain itu kedua subyek juga lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara beribadah dan selalu bersyukur dengan keadaan mereka saat ini. Sebagai ODHA kedua subyek juga memiliki harapan dalam menjalani hidupnya.

2. Protective factors (caring relationships, opportunities for participations and contribution, high expectations) sangat berperan pada dinamika resiliensi subyek.

• Dukungan dan perhatian dari keluarga, teman-teman dan lingkungan sekitarnya merupakan salah satu faktor yang cukup berperan dalam meningkatkan resiliensi kedua subyek.

• Kesempatan untuk berpartisipasi dan berkontribusi yang diberikan keluarga, teman-teman dan lingkungan kepada para responden juga cukup berperan dalam dinamika resiliensi kedua subyek.

High expectations dari keluarga turut berperan pula dalam mengembangkan resiliensi kedua responden. Keluarga yang mampu mengungkapkan kepercayaan mereka terhadap kemampuan subyek dalam menghadapi penyakit yang dideritanya dapat membuat subyek merasa lebih percaya diri dalam menjalani pengobatannya.

3. Kedua subyek memiliki dinamika resiliensi yang berbeda dan mereka mampu untuk mempertahankan resiliensi yang ada di dalam dirinya dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Protective factors yang diberikan oleh lingkungan keluarga, teman-teman dan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya membuat Ibu D mampu untuk

memunculkan kemampuan sosial competence yang tinggi sehingga membuatnya mampu untuk memunculkan kemampuan autonomy yang dimilikinya, yang selanjutnya berpengaruh positif terhadap kemampuan problem solving-nya sehingga membuatnya mampu untuk memunculkan sense of purpose and bright future.

• Ibu IC kurang memiliki kemampuan sosial competence, namun dengan adanya dukungan, perhatian dan harapan yang positif serta kesempatan yang diberikan oleh mertua dan keluarganya membuatnya mampu untuk melakukan problem solving atas masalah-masalah yang dihadapinya. Hal ini berpengaruh positif terhadap kemampuannya untuk memunculkan autonomy dan kemampuan sense of purpose and bright future.

Besarnya protective factors yang diperoleh kedua subyek dari keluarga dan teman-teman membuat mereka mampu untuk mengatasi risk factors (tingkat pendidikan formal, status sosial ekonomi, lingkungan sekitar subyek) yang mereka hadapi.

Berdasarkan simpulan di atas dan dengan menyadari adanya beberapa keterbatasan yang mewarnai hasil penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti merasa perlu untuk mengajukan beberapa saran, yaitu :

5.2.1 Saran Penelitian Lanjutan

• Bagi para peneliti lain yang ingin meneliti mengenai wanita dewasa awal yang terinfeksi HIV/AIDS disarankan untuk membuat kriteria sampel yang lebih spesifik lagi. Misalnya memasukkan kriteria kelas sosial, tingkat pendidikan dan jenis kelamin agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai faktor yang berpengaruh terhadap resiliensi yang dimiliki oleh seseorang.

5.2.2 Saran Praktis

1. Memberikan informasi kepada klinik X mengenai dinamika resiliensi para ODHA sehingga pihak klinik dapat memberikan dukungan yang diperlukan oleh ODHA guna meningkatkan resiliensi ODHA.

2. Kedua ODHA disarankan untuk dapat meningkatkan atau mempetahankan resiliensi yang mereka miliki dengan cara tetap rutin melakukan penmeriksaan kesehatan, mengikuti prtemuan-pertemuan dan penyuluhan-penyuluhan mengenai HIV/AIDS.

3. Memberikan informasi kepada keluarga subyek mengenai dinamika resiliensi subyek agar pihak keluarga dapat terus memberikan

dukungan dan perhatian kepada subyek serta mampu melihat sisi positif atau kelebihan yang masih dimiliki oleh para subyek.

4. Bagi para ODHA yang telah memiliki resiliensi yang cukup tinggi disarankan untuk dapat mendampingi dan membantu ODHA lainnya agar dapat mempertahankan dan meningkatkan resiliensi yang telah dimiliki oleh ODHA lainnya.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1997. AIDS dan Penanggulangannya. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Hawari, Dadang. 2006. Globlal Effect HIV/AIDS Dimensi Psikoreligi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang M. Nurs. (Hons), Nursalam dan Dian Kumiawati, Ninuk, 2007. Asuhan

keperawatan pada pasien terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika. Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian, cetakan ketiga. Jakarta : Ghalia indonesia. Santrock, John. W. 2005. Perkembangan Masa Hidup, edisi kelima.

Diterjemahkan oleh Achmad Chusairi, dan Juda Damanik. Jakarta : Erlangga

Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi/E. Kristi Poerwandar; pengantar Fuad Hassan, cetakan pertama. Jakarta : Lembaga pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI, 1998.

Pujiastuti, E. & Retnowati, S. (2004). Kepuasan Perkawinan Dengan Depresi Pada Kelompok Wanita Menikah yang Bekerja dan yang Tidak Bekerja. Jurnal Psikologi. Vol 15, No.1.

Anwar Siswandi. 2009. Anak Muda dan Ibu Rumah Tangga Rawan Tertular AIDS. (online). Edisi 30 Juni 2009. (www.tempointeraktif.com diakses 25 Desember 2009).

Kompas. 2009. 1,7 Juta Wanita Terinfeksi HIV/AIDS. (online). Edisi 12 Agustus 2009. (www.kompas.com, diakses 24 September 2009).

Kompas. 2005. Perempuan Meruntuhkan Stigma, Melanjutkan Hidup. (online). Edisi 30 Mei 2005. (www.kompas.com, diakses 24 September 2009). Penderita HIV/AIDS JABAR Sebanyak 1.535. jurnal komunitas. (online).

(http://jurnalkomunitas.multiply.com/journal/item/51/diakses 10 January 2008).

Suara Merdeka. 2010. Ibu Rumah Tangga Jadi Korban. (online). Edisi 17 Februari 2010. (http://www.aids-ina.org, diakses 23 febuari 2010).

Saragih, R. (2003). Perbedaan Kepuasan Perkawinan Pada Wanita Bekerja Pasangan Single Carrer dan Pasangan Dual Carrer. Skripsi (tidak

diterbitkan). (online). Program Studi Psikologi Universitas Sumatera Utara. Medan.(www.google.com, diakses tanggal 6 maret 2011)

www.aidsindonesia.or.id, diakses 10 January 2008. http://m.detik.com, Senin, 10/08/2009 08:25 WIB www.wiskipedia.indonesia.com, diakses 6 Maret 2009). www.aids-ina.org, Rakyat Merdeka, 08 September 2009 www.Wikipedia.com, diakses 5 januari 2010

Dokumen terkait