• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa tari Walijamaliha merupakan tarian yang difungsikan sebagai tari ucapan selamat datang kepada wisatawan yang datang ke Provinsi Banten. Lahirnya tarian tersebut berdasarkan atas gagasan dari Ibu Ratu Atut Chosiyah selaku Gubernur Provinsi Banten yang menginginkan agar Provinsi Banten memiliki tari selamat datang sebagai bentuk ucapan penyambutan. Kemudian melalui Ibu Egi Djanuiswati selaku Kadisbudpar Provinsi Banten keinginan tersebut terealisasikan dengan dikumpulkannya beberapa seniman Provinsi Banten untuk menggarap tarian tersebut. Penggarapan tari Walijamaliha membutuhkan waktu kurang lebih 1 (satu) tahun lamanya dan diresmikan pada 5 November 2010 di Anyer pada acara Festival Anyer. Nama Walijamaliha diambil dari bahasa Arab yang bermakna daerah yang memiliki kecantikan atau daya tarik.

Keberadaan tari Walijamaliha hingga saat ini mendapatkan apresiasi yang baik dari berbagai pihak khususnya masyarakat Provinsi Banten. Karena melalui tarian tersebut ciri khas dan potensi-potensi yang dimiliki oleh Provinsi Banten dapat terlihat. Perkembangan tari Walijamaliha khususnya di Provinsi Banten sudah mulai banyak dikenal oleh masyarakat, karena pemerintah Provinsi Banten sudah mengadakan sosialisasi yang dihadiri oleh perwakilan setiap Kabupaten Kota yang ada di Provinsi Banten untuk selanjutnya disosialisasikan kembali terhadap masyarakat luas.

Tari Walijamaliha adalah tarian penyambutan sebagai ucapan selamat datang bagi tamu agung yang datang ke Provinsi Banten. Tarian ini dibawakan oleh penari putri yang lincah, ceria dan energic dengan perwujudan visualisasi gerak yang dinamis. Muatan geraknya diambil dari kesenian-kesenian lokal yang terdapat di

111

Amanda Fewin, 2013

Tari Walijamaliha Di Sanggar Bina Seni Tari Raksa Budaya Kota Serang Provinsi Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Provinsi Banten. Tarian ini memiliki enam pengadeganan yang menggambarkan karakterisasi masyarakat Provinsi Banten. Dari konsep pengadeganan tersebut terlahir dua puluh ragam gerak tari Walijamaliha yang muatan geraknya berasal dari kesenian-kesenian daerah di Provinsi Banten.

Rias pada tari Walijamaliha adalah rias pertunjukan dengan karakter lincah. Busana yang digunakan pada tari Walijamaliha bernuansa religi. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar masyarakat Provinsi Banten memeluk agama Islam. Pemilihan warna yang digunakan adalah warna biru, pink (merah muda), hitam dan hijau. Dari warna tersebut memiliki artinya masing – masing, seperti halnya warna biru yang memiliki makna bahwa masyarakat Banten adalah masyarakat yang penuh akan kasih sayang. Warna pink atau merah muda bermakna daerah yang telah mengalami akulturasi budaya dengan etnis Cina yang berkembang di Banten. Warna hitam adalah warna yang memiliki makna tentang kekuatan. Warna hijau mengandung makna filosofis Islami dan kebijaksanaan.

Iringan musik tari Walijamaliha menggunakan konsep yang tidak jauh berbeda dari konsep yang digunakan pada struktur gerak dan busana, yaitu menggunakan alat musik eksternal dengan menghadirkan iringan musik yang berasal dari kesenian-kesenian yang ada di Provinsi Banten.

Setelah melakukan penelitian yang dikaji kembali oleh peneliti, bahwa adanya keinginan lain dari dilahirkannya tari Walijamaliha ini, yaitu bahwa Ibu Gubernur Provinsi Banten menginginkan agar Banten dikenal oleh masyarakat luas, baik dari sisi karakterisasi masyarakatnya maupun ingin agar kesenian-kesenian tradisi yang terdapat di Provinsi Banten dapat tetap terlestarikan. Salah satunya yaitu dengan cara dipelajarinya tari Walijamaliha ini di tempat-tempat berkesenian.

112

Amanda Fewin, 2013

Tari Walijamaliha Di Sanggar Bina Seni Tari Raksa Budaya Kota Serang Provinsi Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Saran

Dengan berakhirnya penelitian ini, peneliti ingin memberikan beberapa saran atau rekomendasi terhadap pihak-pihak terkait seputar penelitian ini, diantaranya :

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Keinginan peneliti untuk mengetahui seluk beluk yang mendalam mengenai setiap makna yang terdapat pada struktur gerak.

2. Bagi Pelaku Seni

Peneliti mengharapkan kepada setiap pelaku seni yang memiliki pengetahuan mengenai kebudayaan Provinsi Banten, khususnya kebudayaan yang sudah jarang ditemui oleh masyarakat untuk diadakan suatu pengenalan kembali terhadap kebudayaan Banten atau pemberian informasi dalam bentuk apapun guna melestarikan kebudayaan-kebudayaan lokal yang ada di Provinsi Banten agar tidak punah.

3. Bagi Pembaca

Peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat menjadi salah satu media sosialisasi mengenai tari Walijamaliha dan beberapa kebudayaan yang ada di Provinsi Banten. Selain itu dapat dijadikan sebagai referensi untuk melanjutkan penelitian tentang tari Walijamaliha.

AMANDA FEWIN, 2013

TARI WALIJAMALIHA DI SANGGAR BINA SENI TARI RAKSA BUDAYA KOTA SERANG PROVINSI BANTEN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

113

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Caturwati, Endang. (2000). R.Tjetje Somantri (1892-1963) Tokoh Pembaharu Tari Sunda. Yogyakarta : Tarawang.

. (1997). Tata Rias dan Busana Tari Sunda. Bandung : STSI Press. Djanuiswaty, Egi. (2011). Profil Seni Budaya Provinsi Banten. Banten : KP3B.

Hermanto, Idan. (2010). Pintar Antropologi (Pendamping dan Pengkayaan Siswa Hebat). Jogjakarta : Tunas Publishing.

Kasmahidayat, Yuliawan. (2010). Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara. Bandung : CV. Bintang WarliArtika.

. (2012). Apresiasi Simbol dalam Seni Nusantara. Bandung : CV. Bintang WarliArtika.

dan Isus Sumiaty. (2008). Ibing Pencak Sebagai Materi Pembelajaran. Bandung : CV. Bintang WarliArtika.

Masunah, Juju. (2012). Bahan Ajar Mata Kuliah Tari Pendidikan. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Murgiyanto, Sal. (1993). Ketika Cahaya Merah Memudar. Jakarta : Deviri Ganan. Nalan, S Arthur (Editor). (1996). Kapita Selekta Tari. Bandung : STSI Press. Narawati, Tati. (2003). Wajah Tari Sunda Dari Masa ke Masa. Bandung : P4ST. Pamadhi, Hadjar. dkk. (2008). Pendidikan Seni di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Pekerti, Widia. dkk. (2007). Metode Pengembangan Seni. Jakarta : Universitas Terbuka. Rohaendi. (2010). Naskah Garapan Tari Selamat Datang Khas Banten. Anyer : Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten.

Rosala, Dedi. dkk. (1999). Pengetahuan Tari dan Drama Sebuah Pengantar. Bandung : Daya Mandiri Grafika.

114

AMANDA FEWIN, 2013

TARI WALIJAMALIHA DI SANGGAR BINA SENI TARI RAKSA BUDAYA KOTA SERANG PROVINSI BANTEN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Royce, Anya Peterson (Penterjemah : F.X Widaryanto). (2007). Antropologi Tari. Bandung : Sunan Ambu Press STSI.

Rusliana, Iyus. (1982). Pendidikan Seni Tari. Bandung : Angkasa.

Sedyawati, Edi. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : Sinar Harapan. . (1984). Tari. Jakarta Pusat : PT. Dunia Pustaka Jaya.

Sedyawati, Edi. dkk. (1986). Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta : Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soedarsono, R.M. (1976). Pengantar Pengetahuan Tari. Yogyakarta : Akademi Seni Tari Indonesia.

. (2010). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Supartini, Ai Titin. (2004). Penyajian Tari Rampak Kendang Putri di Sanggar Dinika Bogor. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI Press.

B. Sumber Lain (Internet)

[online]. Tersedia : http:/id.wikipedia.org/wiki/Banten/ [19 Februari 2013].

[online]. Tersedia : www.google.com/search?q=lambangprovinsibanten&tbm=isch/ [5 Maret 2013].

Dokumen terkait